Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sikap Buruk yang Kerap Terbawa meski Lebaran Sudah Usai

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Gustavo Fring)

Semarak momentum lebaran memang sudah usai. Kita harus kembali lagi menyambut rutinitas dengan segala macam kesibukannya. Namun demikian, beberapa sikap buruk ternyata masih terbawa dan mempengaruhi cara kita berpikir maupun bertingkah laku.

Jika tidak segera disadari, sikap buruk ini berpotensi besar mengganggu kestabilan hidup. Bahkan kita terjebak dalam kekacauan dan permasalahan baru. Dari enam sikap buruk di bawah ini, apakah ada yang terdapat dalam dirimu? Jangan sampai dipertahankan lebih lama.

1. Gaya hidup konsumtif untuk menuruti kepuasan sesaat

ilustrasi belanja (pexels.com/Max Fischer)

Lebaran memang menjadi momen untuk saling memaafkan kesalahan. Tapi pada faktanya momentum hari raya Idul Fitri justru erat dengan penyimpangan. Hal ini bisa dilihat dari gaya hidup konsumtif yang dianggap wajar karena sebagai bentuk mengistimewakan momen berharga.

Tentu ini menjadi sikap buruk yang wajib diwaspadai oleh setiap individu. Gaya hidup konsumtif untuk menuruti kepuasan saat akan merusak kestabilan finansial. Kita terjebak pada kondisi keuangan yang lebih besar pasak daripada tiang.

2. Mengedepankan sikap gengsi

ilustrasi menyambut lebaran (pexels.com/Jorge Fakhouri Filho)

Jika kita membahas tentang momentum lebaran, tentu kamu sudah tidak asing dengan barang fashion branded dan trendy. Tapi bagaimana jadinya jika ini justru dibiarkan berkelanjutan? Kamu menjadi tipe orang yang kecanduan barang-barang fashion dengan harga mahal.

Di sinilah situasi yang wajib diwaspadai. Mengedepankan gengsi merupakan sikap buruk yang kerap terbawa saat lebaran sudah usai. Padahal, standar gengsi ini justru menjadi beban yang mengganggu ketenangan dalam menjalani hidup. Kamu hanya terpaku pada kemewahan dan kebahagiaan semu.

3. Lebih mementingkan validasi daripada ketenangan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Spora Weddings)

Pernahkah kamu memperoleh pujian saat momentum lebaran? Contohnya dipuji bertambah cantik, dipuji karena memiliki baju yang bagus, atau reaksi positif atas barang-barang branded yang kamu kenakan. Validasi ini seringkali membuat seseorang lupa diri setelahnya.

Ternyata ini juga menjadi sikap buruk yang kerap terbawa meski lebaran sudah usai. Kita tumbuh menjadi individu yang lebih mementingkan validasi daripada ketenangan. Kita berambisi memenuhi seluruh tuntutan dan ekspektasi sosial hanya untuk sebaris reaksi positif yang didambakan.

4. Bermalasan dan menunda pekerjaan

ilustrasi bermalasan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menikmati libur lebaran adalah momen yang menyenangkan. Kita bisa memanfaatkan waktu untuk bersantai dari padatnya rutinitas. Tapi dengan catatan, kita juga harus mengetahui porsi yang tepat. Apalagi saat momentum lebaran sudah usai dan harus kembali pada kesibukan yang padat.

Di sinilah sikap buruk yang kerap terbawa meski momentum lebaran sudah selesai. Tanpa sadar kita cenderung bermalasan dan hobi menunda pekerjaan. Efek libur panjang membuat seseorang kesulitan beradaptasi dengan rutinitas yang harus dijalani.

5. Tidak menjaga pola makan dan pola tidur

ilustrasi makanan pedas (pexels.com/Cats Coming)

Selama menikmati libur lebaran kita memang memiliki waktu dan gaya hidup yang lebih bebas. Contohnya saja kamu mengonsumsi aneka macam makanan yang sebenarnya tidak baik bagi kesehatan. Belum lagi dengan pola tidur yang sering begadang karena tidak ada tanggungan bekerja keesokan hari.

Tapi jika libur lebaran ini sudah usai, kita juga harus sadar diri. Tidak menjaga pola makan dan pola tidur juga menjadi sikap buruk yang merusak kualitas hidup. Setelah terbiasa dengan hidangan lebaran yang kaya gula dan santan, sulit kembali ke pola makan sehat. Belum lagi kebiasaan tidur sampai larut malam.

6. Sikap membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi mengobrol (pexels.com/RDNE Stock Project)

Lebaran memang sudah hampir usai. Saatnya kita kembali menyambut rutinitas sebagaimana hari-hari sebelumnya. Tapi dengan catatan, beberapa sikap buruk selama lebaran alangkah baiknya ditinggalkan. Kita harus menyambut momen setelah lebaran dengan pola pikir yang bijaksana.

Tahukah kamu apa salah satu dari sikap buruk tersebut? Yakni kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Baik dari segi pencapaian, kekayaan, maupun status sosial. Kita menganggap kebiasaan membandingkan diri sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi dan kebanggaan.

Lebaran usai harus diiringi dengan perubahan sikap yang bijaksana. Jika sebelumnya adalah hal buruk yang dianggap wajar, tentu harus mulai ditinggalkan. Lebaran sering dianggap sebagai momen untuk saling memaafkan dan memulai lembaran baru. Bukan hanya bersenang-senang dan berfoya-foya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us