Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tanda bahwa Kamu Menjadikan Tolok Ukur Kesuksesan Sebagai Beban

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Gustavo Fring)

Apakah kita tidak boleh menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai? Tentu saja boleh, bahkan menjadi keharusan. Dengan mengetahui tolok ukur kesuksesan secara jelas dan terperinci, maka ini bisa menjadi panduan dalam menyusun perencanaan dan  evaluasi.

Namun demikian, tanpa sadar kita kerap menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Jika sudah seperti ini, upaya meraih keberhasilan akan terhambat. Bahkan kamu mengalami kesusahan dalam menetapkan rencana.

Sebagai persiapan antisipasi, mari ketahui tanda-tanda bahwa kamu menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban.

1. Kecemasan berlebihan mengenai kegagalan

ilustrasi merasa gagal (pexels.com/Nathan Cowley)

Sebenarnya kegagalan adalah fase yang wajar. Ini adalah tanda kita harus memperbaiki strategi. Namun, tidak semua orang mampu memahami kegagalan dengan cara yang bijak. Beberapa di antaranya justru menjadikan kegagalan sebagai rasa takut berlebihan.

Di sinilah tanda bahwa kamu menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Kamu terlalu mencemaskan kegagalan secara berlebihan. Padahal, prasangka buruk itu belum tentu terbukti kebenarannya. Seandainya belum berhasil sesuai yang diharapkan, bukan berarti mencapai titik terakhir.

2. Tekanan kesempurnaan di luar batas kemampuan

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Boleh saja kita menetapkan sejumlah standar kesuksesan. Ini bisa menjadi pedoman dalam mempersiapkan strategi yang matang. Tapi di satu sisi, tolok ukur mengenai kesuksesan harus dikelola secara tepat.

Jangan sampai kamu menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Ini bisa diamati dari sikap yang berorientasi kesempurnaan sampai di luar batas kemampuan. Kamu tidak memberi toleransi sedikit pun atas kekurangan kecil maupun kekeliruan yang tidak disengaja.

3. Menekan diri secara berlebihan

ilustrasi workaholic (pixabay.com/Lukasbieri)

Selama ini, bagaimana caramu dalam menyikapi tolok ukur kesuksesan? Adakalanya  menjadi tantangan tersendiri. Pada faktanya, banyak orang menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban mental dan pikiran.

Tentu kita harus mengetahui fenomena satu ini dengan cermat. Salah satu tandanya kamu menekan diri secara berlebihan. Tanpa sadar memforsir diri bekerja tanpa waktu istirahat, meskipun sebenarnya mental dan fisik sudah kelelahan dan membutuhkan refreshing.

4. Didominasi perasaan tidak pernah puas

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kesuksesan dalam meraih tujuan turut dipengaruhi oleh perasaan puas dalam hati. Kamu bisa mengapresiasi pencapaian yang sudah diraih. Tapi yang menjadi permasalahan, ternyata beberapa orang menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban.

Alih-alih mengapresiasi setiap pencapaian kecil, mereka justru didominasi perasaan tidak pernah puas. Ketika meraih satu keberhasilan, cenderung menginginkan lebih dan lebih. Seolah tidak ada rasa syukur dan menghargai jerih payah yang sudah dilakukan.

5. Ketidakmampuan dalam menikmati proses

ilustrasi kelelahan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Perjalanan meraih kesuksesan memang penuh lika-liku. Dan pastinya, tidak bisa diraih dengan mengandalkan cara-cara instan. Kita harus konsisten menjalani prosesnya secara bertahap mulai dari fase pertama sampai dengan langkah terakhir.

Meskipun begitu, beberapa orang justru menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban tersendiri. Hal ini bisa diamati dari ketidakmampuan menikmati proses. Kamu cenderung berfokus pada hasil akhir sehingga mengabaikan aspek penting dan prioritas.

6. Kerap menyalahkan diri secara berlebihan

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/ANTONI SHKRABA Production)

Apakah kamu tipe orang yang kerap menyalahkan diri secara berlebihan? Apalagi jika kehendak tidak sesuai dengan realita. Sampai-sampai mengeluarkan makian dan sumpah serapah, termasuk menuduh takdir berjalan tidak adil.

Sikap demikian ini mungkin dianggap sederhana. Tapi pada faktanya menjadi tanda kamu sudah menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Padahal, tidak seharusnya kita menyalahkan diri atas kegagalan yang terjadi. Pada situasi seperti ini, justru diri sendiri membutuhkan support system dari dalam.

7. Mengabaikan keseimbangan dalam hidup

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Cottonbro studio)

Tolok ukur kesuksesan bukan sekadar meraih hasil akhir dengan pencapaian optimal. Tapi lebih dari itu, ini juga mempertimbangkan kesehatan fisik dan mental. Jangan sampai kamu meraih hasil akhir yang optimal, namun fisik terlampau lelah dan mental tidak stabil.

Oleh sebab itu, kamu perlu mengetahui tanda saat seseorang menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Orang-orang seperti mereka cenderung mengabaikan keseimbangan hidup. Fokus utamanya hanya bekerja dan bekerja sampai lupa waktu. Bahkan lupa dengan kehidupan pribadi dan sosial.

Tolok ukur akan kesuksesan bisa membawa pengaruh positif asal kita mampu mengelolanya secara tepat. Tapi lain hanya saat kamu menunjukkan tanda-tanda di atas. Itu adalah bukti bahwa kamu menjadikan tolok ukur kesuksesan sebagai beban. Langkah ini tidak akan menuntun kepada keberhasilan. Sebaliknya, kamu justru diliputi perasaan lelah dari segi fisik maupun mental.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us