8 Momen yang Menyadarkan Pentingnya Aset, Capek Kerja Uang Gak Ada

Dilansir Sahabat Pegadaian, aset adalah semua barang berwujud fisik maupun nonfisik yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan. Contoh aset berwujud fisik ialah properti, emas, peralatan usaha, dan sebagainya. Sementara itu, bentuk aset nonfisik misalnya hak cipta dan hak paten.
Aset bisa dimiliki baik oleh perusahaan, negara, maupun perseorangan. Membangun aset berarti kamu tidak hanya berfokus pada nilai barang hari ini. Akan tetapi, barang tersebut juga harus masih mendatangkan keuntungan hingga jauh di masa depan.
Buat anak muda, kepemilikan aset kadang belum menjadi prioritas. Alasannya bisa karena pendapatan yang masih terbatas atau menjadikan kesenangan hari ini sebagai prioritas dan enggan memikirkan masa depan. Namun, delapan momen berikut akan menyadarkanmu tentang pentingnya aset dalam kehidupan, kalau bisa malah memilikinya sejak dini.
1. Lelah bekerja setiap hari, tapi uangnya habis terus

Ada masanya kamu senang-senang saja menggunakan gaji bulananmu untuk berbagai hal. Kalaupun uang habis, toh nanti dirimu masih mendapatkannya lagi. Kamu merasa masih muda dan selama tetap bekerja berarti akan selalu ada uang. Namun, lama-kelamaan siklus mencari serta menghabiskan uang terasa melelahkan.
Ibaratnya, keringatmu selama bekerja sekian tahun tidak berbekas. Dirimu mulai ingin uang mengendap dalam berbagai bentuk yang masih dapat dilihat, dimiliki, bahkan dinikmati di tahun-tahun mendatang. Beli aset adalah cara yang paling tepat supaya uangmu tidak hilang begitu saja.
2. Belajar dari orang yang sampai pensiun tak punya apa-apa

Tadinya kamu gak peduli soal aset. Namun, adanya beberapa orang di sekitarmu yang menua tanpa punya cukup harta buat hidup sejahtera membuatmu berpikir. Bukan tidak mungkin dirimu juga bakal begitu apabila terus saja bersantai dan tak berusaha memiliki aset.
Mereka dulu juga pekerja keras. Bahkan mungkin pendapatannya lumayan besar. Tapi alokasi gaji yang tidak tepat serta kurangnya antisipasi akan masa depan membuat masa tuanya memprihatinkan. Anak bukan tempat sandaran yang bisa diandalkan. Rasa takut mengikuti jejak mereka bikin kamu lebih serius dalam mengelola keuangan.
3. Ada juga orang yang sejahtera di masa tua berkat kepemilikan aset

Jika fenomena lansia pada poin 2 membuatmu cemas, ada pula lansia yang hidupnya baik-baik saja selepas berhenti bekerja. Mereka masih bisa membiayai anak yang berkuliah dalam keadaan sudah pensiun. Mereka tidak menjadi beban finansial bagi anak yang telah bekerja karena memiliki cukup aset sebagai jaminan hari tua.
Sebagian aset mungkin dicairkan untuk biaya hidup selepas mereka tak lagi bekerja. Sebagian aset lagi tetap menghasilkan uang sekalipun mereka nyaris gak melakukan apa-apa. Contohnya, berbagai investasi seperti kos-kosan dan tanah pertanian atau royalti atas hak cipta. Saat kamu melihat mereka, muncul keinginan yang kuat untuk meniru ketekunannya membangun aset sejak muda demi masa tua gak terlunta-lunta.
4. Pernah berada di situasi krisis

Kamu punya sejumlah uang tunai atau tabungan. Ini memang lebih baik daripada seandainya dirimu gak memiliki apa-apa. Akan tetapi, situasi krisis yang agak panjang mungkin membuat dana itu tidak bisa menopang kehidupanmu. Dana daruratmu habis, sedangkan situasi krisis belum teratasi.
Contohnya, kamu kehilangan pekerjaan dan pekerjaan baru tak kunjung didapat. Kalau ada aset lain di samping uang di rekening, dirimu lebih mungkin terselamatkan. Misalnya, emas yang dibeli sejak bertahun-tahun lalu. Harganya sekarang sudah berlipat-lipat. Atau, aset berupa kos-kosan meski hanya terdiri dari sedikit kamar tapi tetap memberimu pendapatan.
5. Sudah bosan bersenang-senang

Sesenang-senangnya kamu menikmati hidup dengan segala bentuk pesta, jalan-jalan, dan belanja lama-lama bisa bosan juga. Contohnya, dirimu piknik ke luar kota hampir setiap bulan. Rasa paling bahagia barangkali hanya bertahan beberapa tahun. Meski tempat yang dituju selalu berbeda, akhirnya suasana yang dirasakan mirip-mirip.
Dirimu telah pernah menginap di berbagai hotel. Walaupun hotelnya bagus-bagus, lama-kelamaan tak lagi terasa istimewa bagimu. Sensasinya berbeda dengan ketika kamu bermalam di hotel pertama kali. Dirimu tidak lagi merasa terlalu tersanjung dengan pelayanan yang ramah dan merasa sudah tahu semua rasa masakan di restorannya. Kamu pun pelan-pelan mengalihkan dana bersenang-senang ke aset yang manfaatnya lebih jangka panjang.
6. Ingin meninggalkan warisan untuk anak

Kamu mungkin tidak mendapat banyak warisan dari orangtua atau mertua. Namun, justru dari sini dirimu belajar tentang pentingnya meninggalkan harta benda buat anak. Dengan adanya warisan, kehidupan anak diharapkan bakal lebih mudah. Ia tidak perlu merintis semua hal dari nol.
Ada modal yang telah diberikan orangtua. Meski modal utama ialah pendidikan termasuk budi pekerti, kamu gak tega membayangkan di masa depan anak bekerja terlalu keras dan tetap saja sulit hidup lebih baik lantaran dirimu tak bisa memberinya warisan. Jika ada peninggalan berupa aset, kehidupan anak diharapkan lebih sejahtera.
7. Ingin punya usaha

Usaha perlu aset seperti kendaraan operasional, tempat serta peralatan, dan sebagainya. Sekecil apa pun skala usaha yang akan dibangun, aset tetap harus ada. Ketika keinginan buat membangun usaha telah tumbuh, dirimu mulai memikirkan aset yang paling penting untuk dimiliki.
Kamu ingin memiliki usaha ternak kambing, misalnya. Dirimu membutuhkan tanah yang cukup luas buat kandang serta tempat kambing mencari rumput. Kamu juga ke depan perlu mobil bak terbuka untuk mengantarkan kambing-kambing pesanan. Bila aset gak disiapkan sejak sekarang, usaha pun tidak kunjung dapat berjalan.
8. Ada tawaran yang menarik

Kamu mungkin belum memikirkan pentingnya aset jika tidak kebetulan ada tawaran yang menggiurkan. Misalnya, saat kamu menjelajahi dunia maya terdapat iklan kos-kosan yang dijual. Bahkan bukan hanya bangunannya yang ditawarkan, melainkan kos-kosan tersebut masih berisi sejumlah penghuni.
Artinya kalau dirimu membelinya, bulan itu juga kamu langsung memperoleh pendapatan pasif. Dirimu gak perlu mengiklankan kos-kosan dari nol serta mencari penghuni baru. Walaupun buat sekarang tabunganmu belum mencukupi untuk membelinya, ini seperti pencerahan bagimu. Kamu menjadi lebih rajin menyisihkan pendapatan serta mencari informasi kos-kosan yang dijual tidak dalam kondisi mangkrak. Siapa tahu harganya cocok.
Punya aset sama dengan mengamankan kehidupanmu secara pribadi. Memang proses membangunnya gak bisa dalam sekejap. Dirimu juga mesti berkorban dalam beberapa hal seperti menahan keinginan yang kurang penting untuk masa depan. Namun, kelak kamu juga yang bakal menikmati hasil dari setiap aset yang dimiliki.