Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Berhenti Memaksakan Standar Perfeksionis Kamu ke Orang Lain

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain (pexels.com/Karola G)

Kadang tanpa kamu sadari, standar perfeksionis yang kamu pasang untuk diri sendiri ikut terbawa pada cara kita menilai orang lain. Bagi kamu pribadi mungkin terasa wajar dan biasa karena kamu hanya ingin mendapatkan yang terbaik. Tapi, orang lain merasakan hal yang berbeda.  

Padahal banyak orang sudah berusaha sebisa mereka, semampu mereka hanya caranya memang tidak sama dengan cara yang kamu anggap paling benar. Kalau terus dipaksa, hubungan yang terjalin bisa rusak. Bukan karena orang itu malas atau tidak peduli, tapi karena ruang geraknya terasa makin sempit.Maka dari itu, yuk simak bersama alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain.

1. Standar yang kamu anggap ‘normal’ belum tentu realistis untuk orang lain

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi burnout (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Banyak orang membangun standar berdasarkan pengalaman, pola kerja, dan kapasitas diri sendiri. Masalahnya, setiap orang punya situasi berbeda, mulai dari waktu, energi, sampai kondisi mental yang tidak selalu stabil. Saat kamu mengira standar itu biasa saja, bisa jadi bagi mereka itu sudah melewati batas wajar. Perbedaan ini sering tidak terlihat kalau kamu hanya menilai dari hasil, bukan proses yang orang lain lewati.

Situasi pribadi setiap orang memengaruhi cara mereka menjalani aktivitas sehari-hari. Ada yang harus berbagi waktu antara kerja dan keluarga, ada yang sedang burnout, ada juga yang baru belajar mengatur waktu. Kalau standar kamu dipaksakan yang ada bukannya malah berkembang, malah kewalahan. Alih-alih membuat mereka terpacu, ekspektasi berlebihan justru menutup peluang agar mereka bisa menyesuaikan diri.

2. Perfeksionis membuat orang lain takut berpendapat

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi takut berpendapat (pexels.com/Karola G)

Lingkungan yang terlalu detail dalam menilai hal-hal kecil bikin orang waspada sebelum bicara. Mereka memilih diam karena khawatir responsmu akan penuh dengan koreksi, bukan obrolan biasa. Akhirnya, percakapan jadi satu arah, hanya berisi arahan atau klarifikasi tanpa adanya kesempatan untuk orang lain menyuarakan pendapatnya. Interaksi seperti ini lama-lama membuat hubungan menjauh.

Ketika orang kehilangan kenyamanan untuk bicara, keputusan bersama jadi kurang kaya perspektif. Mereka bukan tidak peduli, hanya tidak mau salah langkah di depan kamu. Padahal pendapat sederhana pun bisa jadi masukan penting kalau suasananya tidak tegang. Memberi kesempatan untuk salah atau memberi kesempatan bagi ide yang belum matang membuat hubungan yang terjalin lebih cair.

3. Orang jadi menghindar karena merasa selalu diawasi

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi menghindar (pexels.com/Yan Krukau)

Perfeksionis sering menciptakan pola interaksi yang tidak disadari misalnya komentar kecil yang dipermasalahkan, detail dipersoalkan, atau langkah apapun yang diambil dipantau terus. Buat sebagian orang, suasana seperti ini melelahkan karena terasa seperti harus tampil sempurna setiap waktu. Lama-lama, mereka mengurangi interaksi dengan kamu supaya tidak perlu menghadapi evaluasi yang tidak diminta.

Ketika orang mulai menjauh, hubungan jadi terasa flat. Mereka tetap hadir, tetapi tidak benar-benar ingin berinteraksi dengan kamu. Kamu mungkin mengira mereka tidak peduli, padahal mereka hanya menjaga jarak agar tidak merasa dinilai dan disalahkan terus-menerus. Kalau kamu ingin hubungan lebih santai, kurangi kebiasaan mengomentari hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berdampak besar pada hidupmu.

4. Memaksakan standar menghalangi proses belajar

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain (pexels.com/Yan Krukau)

Banyak hal baru hanya bisa dikuasai kalau seseorang diberi kesempatan mencoba tanpa merasa diawasi terus. Kalau sejak awal kamu menuntut hasil yang sudah sempurna, orang jadi bingung mulai dari mana. Alih-alih fokus belajar, mereka justru sibuk menghindari kesalahan kecil. Situasi seperti ini malah bikin mereka takut mengambil langkah, padahal belajar butuh keberanian mencoba.

Saat orang diberi waktu dalam batas yang wajar, mereka bisa memahami cara kerjanya pelan-pelan dan menemukan cara yang cocok untuk diri mereka sendiri. Hasilnya mungkin tidak langsung cepat, tetapi akan jauh lebih baik karena mereka benar-benar mengerti prosesnya. Kamu bisa membantu dengan memberikan petunjuk sederhana tanpa mengomentari semuanya. Dengan begitu, mereka punya ruang untuk berkembang tanpa merasa ditekan.

5. Standar yang terlalu sempurna sering bikin orang lain kesulitan bergerak

alasan berhenti memaksakan standar perfeksionis kamu ke orang lain
ilustrasi perfeksionis (pexels.com/Yan Krukau)

Kehidupan sehari-hari penuh hal tak terduga, jadi wajar kalau cara orang menyelesaikan sesuatu tidak selalu sama seperti yang kamu bayangkan. Ketika kamu menuntut semuanya mengikuti aturan yang kamu pakai, orang lain jadi bingung harus mulai dari mana. Banyak perubahan kecil yang sebenarnya wajar malah dianggap salah hanya karena tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan.

Orang akan lebih mudah bekerja sama kalau mereka diberi ruang untuk menyesuaikan cara masing-masing. Kamu tetap bisa punya standar, tapi biarkan orang lain menemukan cara yang cocok dengan kondisi mereka. Pendekatan ini membuat kerjasama terasa lebih lancar karena tidak ada tekanan untuk meniru langkah kamu satu per satu.

Melepas kebiasaan menanamkan standar perfeksionis pada orang lain sebenarnya bentuk sederhana untuk membuat hubungan sehari-hari lebih enak dijalani. Kamu tidak harus mengubah kepribadian, hanya perlu memberi sedikit kelonggaran agar interaksi terasa lebih wajar. Jadi, jangan lagi menuntut orang lain untuk ikut dengan standar yang kamu buat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us

Latest in Life

See More

Kebiasaan Setiap Zodiak yang Paling Susah Diubah, Relate Gak?

24 Nov 2025, 21:08 WIBLife