5 Alasan Mengapa Catfishing Berpotensi Menimbulkan Luka Emosional

Apakah kamu pernah ditipu oleh seseorang ketika sedang dalam pencarian pasangan? Kalau iya, bisa jadi kamu mengalami catfishing. Catfishing merupakan penipuan yang dilakukan oleh seseorang secara daring dengan mencuri identitas orang lain untuk mengelabui orang lain. Tindakan ini sering kali terjadi dalam kencan online.
Catfishing termasuk cyberbullying karena pelaku memainkan pikiran korban guna mengancam dan menekannya, lho! Catfishing kerap menggunakan informasi dan cerita palsu untuk membangun hubungan emosional dengan korban. Hal ini tentunya bisa menyebabkan rasa sakit hati hingga trauma bagi korban. Simak inspirasinya dan jangan sampai kamu ikut menjadi salah satu korban dari praktik ini, ya!
1.Kebohongan yang menyakitkan

Siapa, sih, yang suka dibohongi? Pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan retoris karena umumnya manusia tidak suka ditipu. Catfishing membangun hubungan di atas fondasi yang rapuh, yakni kebohongan. Bagaimana rasanya kalau kamu menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi orang tersebut menggunakan identitas serta cerita palsu? Tentu menyakitkan, bukan?
Tindakan tersebut tergolong tidak etis. Kalau kamu mengalaminya, kamu pasti merasa amat sakit hati. Sebab, kepercayaan yang dibangun secara perlahan hancur dalam sekejap. Kamu juga mungkin saja merasa sangat kebingungan dengan apa yang kamu alami.
2.Catfishing mengeksploitasi emosional demi keuntungan personal

Pelaku catfishing tidak hanya berbohong. Mereka juga mengeksploitasi emosi targetnya demi keuntungan pribadi. Bayangkan kamu menjalin hubungan dengan orang lain yang ternyata orang tersebut hanya berpura-pura jatuh cinta atau menyukaimu. Hal itu ia lakukan karena ia membutuhkan bantuan finansial darimu.
Bagaimana jika kamu mengetahui kenyataan tersebut? Kamu mungkin merasa dimanipulasi serta diperas secara emosional. Catfishing biasanya memanfaatkan rasa kasih sayang, cinta, dan empati dari korbannya untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, termasuk uang dan informasi pribadi yang bersifat sensitif.
3.Adanya pelanggaran privasi

Pelaku catfishing sering kali memperoleh informasi pribadi korbannya. Informasi tersebut seperti foto, alamat, dan nomor telepon. Identitas pribadi korban bisa saja disalahgunakan oleh pelaku catfishing, lho! Misalnya, pencurian data hingga pelecehan. Kalau korban mengetahui bahwa dirinya mengalami pelanggaran privasi oleh pelaku, korban tentu akan merasa tidak aman. Kehilangan kontrol atas informasi pribadi bisa memicu kecemasan serta ketakutan yang besar.
4.Membuat buruk reputasi orang lain

Bagaimana rasanya saat identitasmu digunakan oleh orang lain? Misalnya, foto dan nama. Hal itu dilakukan oleh orang lain tanpa izin. Sebagaimana dikatakan di awal, pelaku catfishing biasanya mencuri identitas orang lain untuk melancarkan aksinya.
Orang yang mengalami pencurian identitas tentu sangat dirugikan. Korban pencurian identitas oleh pelaku catfishing bisa merasa malu, frustasi, hingga putus asa. Mereka barangkali kesulitan untuk membersihkan nama mereka dan memulihkan kepercayaan orang lain.
5.Memicu gangguan kepercayaan

Kalau kamu pernah mengalami catfishing, ada kemungkinan kamu jadi punya keraguan untuk menjalin hubungan online di kemudian hari. Fenomena catfishing nyatanya bisa memicu gangguan kepercayaan pada seseorang. Dampaknya, interaksi sosialmu mungkin terhambat.
Selain itu, lingkaran pertemananmu juga menjadi sempit. Ketika fenomena ini menjadi umum di masyarakat, hal tersebut dapat menyebabkan orang-orang kehilangan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang sehat dengan orang lain di dunia online. Cukup punya dampak yang mengerikan, bukan?
Penting untuk selalu berhati-hati dan waspada saat menjalin hubungan online. Biasakan selalu melakukan riset terlebih dahulu. Nah, kalau kamu terlanjur menghadapi pelaku catfishing, kamu bisa mengatasinya dengan tidak membagikan terlalu banyak informasi berharga dan membatasi komunikasi dengannya.