6 Alasan Kasus Pencopetan Merajalela di Paris saat Olimpiade 2024

- Paris menjadi tuan rumah Olimpiade 2024, namun terkenal dengan tingginya kasus pencopetan di tempat wisata populer.
- Prancis menempati urutan kedua dalam Indeks Pencopetan Eropa, dengan 251 pencurian per satu juta pengunjung, terutama di tempat-tempat seperti Menara Eiffel dan Arc de Triomphe.
- Pencopet sering beroperasi di keramaian dengan teknik mengalihkan perhatian korban, dan para wisatawan yang tidak berhati-hati dapat menjadi sasaran empuk bagi mereka.
Menjadi tuan rumah perhelatan akbar sekelas Olimpiade memang harus siap dengan segala risiko yang ada. Salah satunya yaitu tindak kriminalitas. Prancis yang didapuk menjadi tuan rumah Olimpiade Paris 2024 kali ini dikenal dengan rekam jejak tindak kriminalitas yang cukup tinggi di beberapa kota besarnya, termasuk Paris.
Berdasarkan European Pickpocket Index yang dirilis Quotezone, Prancis menempati urutan kedua dengan kasus pencopetan tertinggi di Eropa per April 2024. Selama bertahun-tahun, Kota Paris telah menghadapi tantangan dalam mengatasi peliknya berbagai bentuk kejahatan jalanan seperti pencopetan, perampokan, dan penipuan, terutama di daerah wisata yang populer dan tempat-tempat umum.
Isu pencopetan yang kerap meresahkan ini membuat orang asing menjadi bertanya-tanya soal mengapa tingkat kejahatan sepele seperti ini bisa begitu tinggi di kota besar yang terkenal dengan gemerlap dan kemegahan landmark-nya yang memukau mata dunia. Mereka juga mempertanyakan apakah pihak berwenang memang benar sudah mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi pengunjung internasional dan memastikan pengalaman mereka di Paris tetap aman dan menyenangkan. Kiranya, berikut adalah sederet alasan mengapa tindak pencopetan begitu meresahkan, khususnya di sekitar venue Olimpiade Paris 2024. Keep scrolling!
1. Prancis menempati urutan kedua dengan kasus pencopetan tertinggi di Eropa versi Quotezone

Baru-baru ini, per April 2024, Perusahaan asuransi perjalanan Inggris, Quotezone, telah merilis peringkat terbaru tempat-tempat pencopetan terburuk di Eropa. Data ini disusun oleh analis yang meneliti ulasan untuk menemukan penyebutan terkait pencopetan. Indeks Pencopetan Eropa (European Pickpocketing Index) secara mengejutkan mengungkapkan bahwa wisatawan menjadi target di beberapa tempat wisata paling populer dan ramai di Eropa. Pencuri dapat beroperasi lebih "tidak mencolok" alias bermain mulus tanpa celah di antara kerumunan, menurut CEO Quotezone, Greg Wilson.
Berdasarkan laporan tersebut, Prancis menempati urutan kedua dalam Indeks Pencopetan Eropa (European Pickpocketing Index) dengan 251 pencurian per satu juta pengunjung. Kasus pencopetan ini terutama terjadi di Menara Eiffel, tetapi juga sering terjadi di sekitar Arc de Triomphe, Katedral Notre-Dame, dan museum seni terkenal seperti Orsay dan Louvre. Tentunya, perhelatan Olimpiade 2024 menciptakan lebih banyak peluang bagi pencopet untuk bersembunyi di tengah keramaian sehingga pengunjung diimbau untuk tetap waspada terhadap barang-barang pribadi mereka.
2. Strategi dan teknik pencopet yang terampil membuat orang asing tak berkutik

Menurut My Private Paris, pencopet sering kali adalah individu terampil yang memiliki pengalaman melancarkan aksinya di tengah keramaian. Mereka menggunakan berbagai teknik untuk mengalihkan perhatian korban dan bekerja dengan efisien dalam kelompok. Beberapa taktik yang sering digunakan termasuk menanyakan arah, menawarkan untuk mengambil foto, atau menciptakan keributan tiba-tiba seperti pertengkaran palsu atau barang yang jatuh. Perhatian yang mudah teralihkan akan membuat kelompotan mereka dengan cekatan merampas dompet, HP, atau tas dalam sekejap.
Selain itu, tempat-tempat wisata yang ramai, stasiun metro, dan spot wisata terfavorit merupakan sasaran utama bagi pencopet. Di tempat-tempat ini, mereka memanfaatkan kekacauan dan kedekatan fisik untuk mencuri barang-barang tanpa terdeteksi. Mereka membaur dengan kerumunan sehingga korban sering kali tidak menyadari pencurian hingga sudah terlambat. Selalu awasi barang-barang kamu dengan saksama dan waspadalah terhadap senggolan atau desakan tiba-tiba di tempat yang ramai.
Khususnya di kereta bawah tanah, sebisa mungkin hindari berdiri di dekat pintu keluar. Pencopet sering kali dengan cepat merampas barang berharga saat keluar dari kereta sehingga saat korban bereaksi, pintu sudah tertutup dan kereta mulai bergerak ke stasiun berikutnya. Cobalah untuk berdiri atau duduk di dekat bagian belakang kereta untuk mengurangi risiko menjadi sasaran.
Beberapa pencopet menggunakan sikap ramah untuk mendapatkan kepercayaan korbannya. Mereka mungkin memulai percakapan santai, menawarkan bantuan, atau berpura-pura khawatir tentang noda yang diduga ada di pakaian kamu. Meski tampak membantu, niat sebenarnya mereka adalah mendekat untuk mencuri barang berharga yang kamu miliki. Berhati-hatilah terhadap orang asing yang terlalu ramah, terutama di daerah yang banyak turisnya.
3. 2000 warga negara Amerika melaporkan kehilangan atau kecurian paspor mereka di Paris

Menurut laporan USEmbassy, tiap tahun sekitar 2.000 warga Amerika Serikat melaporkan kehilangan atau pencurian paspor mereka di Paris. Banyak dari mereka menjadi korban pencopetan di area yang sering dikunjungi wisatawan, seperti museum, kereta bawah tanah yang ramai penumpang, dan stasiun kereta. Wisatawan mudah dikenali dari bahasa, pakaian, buku panduan, dan kamera mereka. Pencopet berasumsi bahwa wisatawan membawa banyak uang tunai dan cukup sibuk dengan lingkungan yang tidak mereka kenal sehingga membuat mereka rentan terhadap pencopetan.
Pencopet profesional sering kali bekerja berpasangan atau dalam kelompok besar. Korban sering kali tidak menyadari apa yang telah terjadi hingga menyadari dompetnya hilang. Mereka baru sadar kalau mungkin hilangnya setelah tersenggol atau berpapasan di kereta bawah tanah. Tas tangan perempuan dengan resleting atau kait tidak menjadi penghalang bagi pencopet jika tas tersebut dibiarkan tergantung sembarangan di luar pandangan pemiliknya atau tergeletak di lantai di restoran atau toko. Ironisnya, sekitar 70 persen korban pencopetan di Paris adalah perempuan.
Secara umum, pencopet hanya menginginkan uang kamu. Sayangnya, mereka biasanya juga mendapatkan barang lain karena banyak wisatawan membawa semua dokumen mereka dalam satu dompet yang dinilai "praktis". Wisatawan yang kehilangan paspor, identitas, tiket, uang tunai, kartu kredit, dan cek perjalanan sekaligus bagaikan berada dalam masalah besar. Meski dompet tanpa uang tunai sering dibuang oleh pencuri dan akhirnya dibawa ke kantor "Lost and Found" di Paris, tetap saja jika tragedi itu menimpamu akan membuat momen liburan korban hancur karena barang-barang penting raib. Korban pun harus menghabiskan banyak waktu untuk mengganti dan mengurus kartu kredit, SIM, tiket, dan dokumen lain yang hilang. Pastikan untuk memperingatkan teman perjalanan, anggota keluarga, atau tamu rumah kamu agar sangat berhati-hati dengan dokumen dan uang berharga mereka.
4. Manajer bulu tangkis Indonesia juga kecurian di momen Olimpiade Paris 2024

Menurut laporan Japan Today, seorang pemain rugby sevens asal Jepang menjadi korban pencurian perhiasan dan uang tunai dari kamarnya di desa atlet selama Olimpiade 2024 Paris. Sumber yang mengetahui peristiwa tersebut mengungkapkan bahwa insiden ini dilaporkan ke polisi sehari sebelumnya setelah cincin kawin, kalung, dan uang tunai hilang saat pemain tersebut kembali ke kamarnya. Komite Olimpiade Jepang kembali mengingatkan atlet dan staf tim untuk lebih berhati-hati terhadap barang-barang berharga mereka.
Banyak laporan pencurian dilaporkan memang terjadi di perkampungan atlet. Selain pemain rugby Jepang, manajer tim bulu tangkis Indonesia juga mengalami pencurian selama Olimpiade Paris 2024. Tim bulu tangkis Indonesia mengalami kerugian sebesar 53 ribu euro, atau jika dikalkulasikan sekitar Rp950 juta di Paris. Kejadian tersebut menimpa manajer tim bulu tangkis, Armand Darmadji, pada Senin, 5 Agustus 2024, sekitar pukul 17:30 waktu setempat. Insiden ini terjadi di sekitar halte bus Madeleine, Paris. Pencopetan dilakukan oleh sindikat yang menggunakan modus menjinakkan ban mobil. Armand, saat sedang dalam perjalanan, mengetahui bahwa ban mobil rekannya dijinakkan.
Ia segera turun untuk memeriksa dan menghubungi pihak rental mobil untuk mengganti ban yang kempes. Pihak rental kemudian meminta lokasi dan alamat mobil Armand. Karena tidak familiar dengan Kota Paris, Armand meminta bantuan polisi di sekitar lokasi mobilnya untuk memberikan informasi kepada pihak rental. Selain uang tunai, dompet, dan kartu kredit juga hilang dengan jumlah total kerugian sebesar 53 ribu euro yang merupakan gabungan dari beberapa anggota tim bulu tangkis yang berjumlah 53 orang.
5. Krisis ekonomi atau ketidakstabilan sosial dapat meningkatkan aksi kejahatan yaitu pencopetan

Krisis ekonomi dan ketidakstabilan sosial dapat meningkatkan dorongan bagi beberapa individu untuk terlibat dalam tindakan kriminal. Saat acara besar seperti Olimpiade berlangsung, ketimpangan ekonomi dan tekanan finansial bisa semakin jelas. Boleh jadi aspek tersebut malah memotivasi sebagian orang untuk mencari cara cepat memperoleh uang. Pada saat yang sama, banyaknya wisatawan yang membawa barang berharga menciptakan peluang besar bagi pelaku pencopetan untuk memanfaatkan situasi ini. Tanpa adanya kesempatan kerja yang memadai dan dengan kebutuhan mendesak yang meningkat, beberapa orang mungkin merasa terpaksa untuk mencopet sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Menjadi tuan rumah Olimpiade tentunya memerlukan biaya yang sangat besar bagi kota dan negara yang menyelenggarakannya. Anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur, keamanan, dan logistik bisa mengakibatkan pengurangan dana untuk program sosial yang mendukung masyarakat lokal sehingga memperburuk kondisi ekonomi bagi mereka yang sudah berada di tahap kesulitan finansial. Tekanan finansial berbanding lurus dengan meningkatnya angka kejahatan. Di sisi lain, kedatangan ribuan wisatawan yang membawa barang berharga seperti uang tunai, HP, dan kamera menjadi sasaran empuk bagi pencopet yang ingin mendapatkan keuntungan cepat. Kombinasi antara tekanan ekonomi yang meningkat dan banyaknya peluang untuk merebaknya kasus pencopetan dapat memperburuk masalah kejahatan di kota tuan rumah Olimpiade.
6. Wisatawan sering menunjukkan perilaku yang memudahkan pencopetan di keramaian

Wisatawan yang tidak terbiasa dengan keramaian seringkali melakukan tindakan yang mempermudah pencopetan. Contohnya, mereka cenderung menyimpan tas atau dompet di tempat yang mudah dijangkau, seperti di saku belakang atau di tas yang tidak tertutup rapat. Mereka juga sering sibuk dengan aktivitas seperti mengambil foto atau menikmati pemandangan sehingga kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Selain itu, mereka mungkin tidak menyadari pentingnya menjaga barang berharga dekat dengan tubuh atau menggunakan tas yang dirancang untuk mencegah pencurian. Tindakan seperti meninggalkan tas tanpa pengawasan saat duduk di kafe atau membiarkan HP di meja restoran menjadikan mereka sasaran yang mudah bagi pencopet yang bekerja dengan cepat dan cekatan.
Tindakan pencopetan di Paris ini sungguh mencoreng citra kota karena penilaian orang-orang dapat menganggap bahwa Paris dinilai kurang aman. Imbasnya, ketidaknyamanan dan kekhawatiran ini dapat mengurangi daya tarik kota sebagai tujuan wisata utama dan mengganggu pengalaman pengunjung yang seharusnya menikmati keindahan dan kemegahan Olimpiade. Selain itu, persepsi tentang keamanan yang menurun dapat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk mengunjungi Paris di masa depan atau menyarankan destinasi alternatif yang dianggap lebih aman.
Oleh karena itu, penting bagi pihak berwenang untuk segera menangani isu ini dengan serius dengan cara memperkuat langkah-langkah keamanan dan memberikan jaminan kepada pengunjung bahwa Paris tetap merupakan kota yang aman dan ramah untuk dikunjungi. Edukasi bagi wisatawan tentang langkah-langkah pencegahan pencopetan juga penting untuk mengurangi risiko menjadi korban kejahatan selama perhelatan akbar ini. Jadi, pastikan untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dan selalu berhati-hati. Sebab perhelatan besar sekelas Olimpiade ini harusnya menjadi aman, nyaman, dan menyenangkan bagi semua pihak.