5 Alasan Pribadi Matang Tak Suka Menghamburkan Uang, Gak Berfaedah!

Pribadi yang matang tidak semata-mata pengaruh usia. Tergantung seperti apa lingkungan membentuknya? Juga apakah ia sendiri mau buat belajar lebih banyak dari berbagai pengalaman dan fenomena di sekitarnya atau bersikap masa bodoh? Orang yang sudah matang secara pikiran serta emosi terlihat stabil.
Termasuk dalam caranya menggunakan uang. Ia mungkin tidak terlalu kaya, tetapi memiliki kehidupan finansial yang relatif aman. Dia tahu saat yang tepat untuk membelanjakan uang. Baik jumlah maupun tujuannya terukur. Ia bukan tipe orang yang kalap membeli sesuatu.
Termasuk ketika dia jatuh cinta, habis-habisan mengeluarkan materi bukan caranya menarik hati gebetan. Kamu mungkin keliru melihatnya sebagai orang yang pelit. Namun, sesungguhnya sikapnya yang makin sederhana tentang uang adalah bentuk kematangan diri sekaligus rendah hati. Ini lima alasan membelanjakan sebanyak mungkin uang tak lagi menarik baginya.
1. Berpikir lebih panjang tentang berbagai kemungkinan di masa depan

Makin matang seseorang makin panjang pula pemikirannya. Dia tidak hanya berfokus pada hari ini dan apa yang bisa dibelinya. Ia tahu betul bahwa di masa depan segala hal dapat terjadi. Termasuk hal-hal yang sangat jauh dari harapan. Dengan pengetahuan ini, ia mengembangkan sikap yang lebih berhati-hati.
Hari ini dia bisa makan enak, belum tentu di tahun-tahun mendatang kondisi keuangannya masih bagus. Ia bukannya terlalu mencemaskan segala hal tentang uang. Hanya saja, dia merasa tetap perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk dalam hidup. Walaupun kini ia memegang banyak uang, sikapnya dalam berbelanja tetap terkendali.
Menurutnya, tidak ada yang sia-sia dari menyimpan uang buat masa depan. Sebaliknya, jorjoran menghabiskannya sekarang juga niscaya mendatangkan banyak masalah. Nikmat segera berubah menjadi sengsara. Kalau uang dihemat, andai di masa depan ada ketidakstabilan ekonomi global pun ia masih punya simpanan yang sebagiannya sudah diinvestasikan sejak jauh-jauh hari.
2. Punya cara yang lebih bijak buat menyenangkan diri

Tidak menghamburkan uang bukan berarti seseorang hidup menderita. Malah kebahagiaan yang dirasakannya boleh jadi jauh melampaui orang yang boros. Ketika orang yang boros kehabisan uang padahal belum gajian lagi, orang yang cermat membelanjakan uangnya aman-aman saja.
Level kebahagiaannya lebih tinggi daripada orang yang membuang uangnya demi kesenangan sesaat lalu menderita. Tanpa mengeluarkan terlalu banyak uang, bagaimana caranya untuk tetap berbahagia? Ia menemukan kebahagiaan dalam hal-hal yang lebih sederhana, tetapi penuh makna.
Seperti menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lama, lebih sering bersama keluarga, atau sesederhana membaca buku dan bermain dengan anabul. Dia gak lagi mengartikan kian banyak uang yang dibelanjakan kian senang pula hatinya. Daripada berapa jumlah uang yang dibelanjakan, ia merasa lebih puas bila mampu menyimpannya lebih banyak.
3. Ada rasa gak enak tampil lebih mencolok daripada orang lain

Dengan kematangan diri, seseorang justru gak ingin lagi terlalu menjadi pusat perhatian di lingkungannya. Terutama jika itu hanya bermodalkan gaya hidup yang mahal. Ia cenderung ingin terlihat setara dengan orang-orang di sekitarnya. Kecuali, dalam hal prestasi yang menjadi tanda pengembangan diri.
Sebaliknya, urusan materi malah sebisa mungkin disembunyikan dari orang lain. Dia tahu bahwa mempertontonkan kekayaan akan menciptakan jarak dengan orang-orang dengan kondisi keuangan di bawahnya. Ia tak mau terdapat jurang yang memisahkannya dari kawan, tetangga, dan saudara.
Maka meski kemampuan finansialnya tinggi, dia tetap bertahan dengan pilihan-pilihan yang lebih sederhana. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi gak menimbulkan kesenjangan. Seandainya dia menunjukkan daya belinya yang tinggi lalu menjadi begitu berbeda dari orang-orang di sekelilingnya, malah ia tak nyaman.
4. Membedakan antara kekayaan dengan sekadar penampilan

Orang kaya leluasa memilih tampilan yang menggambarkan jumlah hartanya atau di bawah kemampuannya yang asli. Oleh sebab itu, pribadi matang gak memusingkan seandainya orang-orang mengira dia miskin hanya karena penampilannya yang sederhana. Penampilan itu tak menunjukkan pendapatan, saldo rekening, dan aset-asetnya.
Dia pun tahu ada banyak orang yang habis-habisan untuk terlihat kaya walau secara ekonomi sebetulnya memprihatinkan. Inilah alasan pribadi yang matang juga gak suka mengagumi orang lain hanya karena penampilan. Tampilan luar bisa menipu. Namun, kekayaan yang sesungguhnya tidak berkurang cuma gara-gara ia bergaya hidup di bawah kemampuannya.
Dia tidak merasa harga dirinya jatuh hanya karena memakai barang murah. Kematangan berpikir membuatnya mengerti bahwa nilai dirinya melampaui barang-barang yang digunakan. Ia tak merasa perlu mendongkrak citranya melalui penampilan yang kurang cocok untuknya dan berbiaya tinggi.
5. Fokus ke pekerjaan dan manfaat bagi sesama, bukan shopping

Ada pengalih perhatian yang membuat seseorang tidak lagi terlalu ingin berbelanja. Khususnya belanja keinginan yang gak ada habisnya. Dia makin tenggelam dalam pekerjaannya. Ini sesuatu yang positif karena ia mulai bekerja tidak sekadar buat mendapatkan uang.
Dia mencintai pekerjaannya dan mendedikasikan dirinya. Ia tidak lagi berprinsip work hard, play hard. Kesukaannya akan kerja keras sudah mendapatkan ganjaran saat dia masih dipercaya atasan atau klien. Ia merasa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat melalui pekerjaannya dan sejumlah aksi sosial.
Belanja juga bermanfaat untuk memutar roda perekonomian. Akan tetapi, mengingat jumlah uang orang terkaya sekalipun tetap terbatas, pribadi yang matang sadar dirinya harus bijaksana. Ia belanja sekadar untuk memenuhi kebutuhan dan sebagian keinginan. Selebihnya dibagi untuk simpanan dan amal. Bukan tiada hari tanpa membeli berbagai hal yang kurang berarti.
Dengan sikapnya yang lebih hati-hati soal uang, kamu mungkin merasa dia gak asyik dijadikan teman. Akan tetapi, sebetulnya dirimu malah perlu belajar untuk menuju kematangan diri yang sama dengannya. Siapa pun gak bisa terus-menerus memboroskan uangnya atau akan jatuh dalam kebangkrutan.