Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Lika-liku Perantauan, Anak Rantau Pasti Sering Ngalamin!

ilustrasi anak rantau (pexels.com/Sharefaith)
ilustrasi anak rantau (pexels.com/Sharefaith)

Menginjak usia dewasa, banyak dari kita yang secara sadar maupun gak ingin keluar dari zona nyaman dan menantang diri sendiri untuk lebih berkembang. Entah itu keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar daerah asal, memulai bisnis kecil, memperbanyak pengalaman dengan bekerja part time, dan sebagainya.

Keinginan-keinginan tersebut tentunya menggerakkan diri kita untuk berusaha lebih agar bisa mewujudkannya. Sehingga, gak jarang dari kita yang pergi merantau meninggalkan tanah kelahiran untuk membentuk diri yang tangguh dan kaya akan pengalaman hidup.

Namun, kehidupan perantauan tentunya gak semulus kulit bayi. Akan ada banyak rintangan dan hambatan dalam menjalani status sebagai “anak rantau”. Bagi kamu yang sedang merantau, yuk kita buktikan bahwa 5 hal berikut juga kamu alami sebagai anak rantau!

1. Bokek

ilustrasi tidak memiliki uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi tidak memiliki uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gak ada satu pun anak rantau yang gak pernah merasakan yang namanya bokek alias kantong kering. Keadaan ini gak hanya bisa terjadi di akhir bulan lho, tapi bisa juga di pertengahan bahkan awal bulan.

Hal ini membuat anak rantau mau nggak mau harus pandai mengelola keuangan pribadi dan menghindari perilaku konsumtif.

2. Homesick

ilustrasi seseorang sedang homesick (pexels.com/mikoto.raw)
ilustrasi seseorang sedang homesick (pexels.com/mikoto.raw)

Jauh dari kampung halaman terkadang membuat anak rantau merasakan homesick. Namun, di sisi lain, perasaan homesick ini justru dapat menjadi tempaan bagi anak rantau dalam mengelola dan mengendalikan mindset-nya.

Terkadang rasa homesick juga dapat menjadi pertanda bahwa anak rantau ingin bersantai dan bermanja-manja di rumah. Saat homesick mulai melanda, kita sebagai anak rantau harus kembali fokus pada tujuan kita yang sebenarnya, entah itu menuntut ilmu ataupun ingin bekerja agar meringankan beban orang tua.

3. Berdikari

ilustrasi mengerjakan tugas sendiri (pexels.com/George Milton)
ilustrasi mengerjakan tugas sendiri (pexels.com/George Milton)

Anak rantau seringkali hidup sendiri dengan menyewa tempat kos dan sejenisnya, terlebih bagi yang gak memiliki sanak saudara di perantauan. Hidup sendiri membuat anak rantau lebih berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), mengandalkan diri sendiri tanpa berpangku tangan menggantungkan diri pada orang lain.

Baik keputusan maupun tindakan dapat diambil oleh anak rantau secara mandiri seiring berjalannya waktu.

4. Peka lingkungan

ilustrasi melihat kesulitan orang lain (pexels.com/Huy Phan)
ilustrasi melihat kesulitan orang lain (pexels.com/Huy Phan)

Terbiasa hidup mandiri menumbuhkan kesadaran akan lingkungan sekitar bagi anak rantau. Seperti kesadaran bahwa kebersihan lingkungan juga memengaruhi kesehatan dalam waktu jangka panjang, kesadaran untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan mengembangkan skill, serta kesadaran untuk mengelola keuangan pribadi dengan bijak karena tidak selamanya bagi anak rantau untuk bergantung pada uang saku kiriman orang tua.

Dengan merasakan sulitnya mencari uang, anak rantau juga memiliki simpati terhadap orang lain yang lebih susah di sekitarnya.

5. Mengenal diri sendiri

ilustrasi mengembangkan hobi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi mengembangkan hobi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyaknya waktu yang dihabiskan dengan berfokus pada diri sendiri membuat anak rantau semakin mengenal apa yang menjadi prioritasnya dan apa yang bukan. Mendalami hobi, melakukan kegiatan yang merangsang produktivitas, dan meningkatkan motivasi untuk dapat mewujudkan hal yang diinginkannya di tanah perantauan.

Setelah mengetahui mana yang penting, mana yang disukai, dan mana yang bermanfaat, anak rantau menjadi lebih bisa mencurahkan perhatian, tenaga, dan pikiran untuk meraih cita-citanya selangkah demi selangkah.

 

Gimana nih, anak rantau? Tentunya kelima hal ini udah sering kamu alamin, kan? Yuk, sama-sama tetap semangat menjalani kehidupan di perantauan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us