Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Berhenti dari Konten Manipulatif, Harus Berpikir Realistis!

ilustrasi media sosial (pexels.com/Cottonbro studio)

Perkembangan teknologi digital yang berkembang pesat memang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Tentu kita sudah tidak sesuai dengan keberadaan konten-konten manipulatif. Yang menjadi permasalahan, kita justru menjadikan konten tersebut tujuan utama.

Kehadiran konten yang bersifat manipulatif seolah menjadi sorotan. Kondisi ini pada akhirnya akan merusak kualitas berpikir. Kita terjebak dalam kehidupan yang bersifat semu. Jika tidak menginginkan situasi tersebut, kamu bisa mulai berhenti dari konten manipulatif dengan enam cara ini.

1. Mengenali ciri dari konten manipulatif

ilustrasi kecanduan media sosial (unsplash.com/Timothy Hales Bennett)

Keberadaan konten yang bersifat manipulatif memang patut disadari. Jenis konten ini berpeluang besar merusak kualitas hidup. Tidak menutup kemungkinan menjerumuskan dalam kebahagiaan sekaligus pencapaian semu. Tentu kita harus memiliki kesadaran untuk berhenti dari konten tersebut.

Kamu bisa memulainya dengan mengenali diri dari konten manipulatif yang terlihat. Pada umumnya konten manipulatif menyebarkan rasa takut dan kecemasan. Jenis konten ini mempengaruhi seseorang dalam memutuskan sesuatu menggunakan emosi. Bukan berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Melatih kemampuan berpikir kritis

ilustrasi berpikir (pexels.com/Keira Burton)

Perkembangan teknologi digital yang berlangsung dengan pesat turut membawa pengaruh. Kita harus cermat dalam memilah pengaruh yang positif dan negatif. Terutama saat kita sering mengonsumsi konten yang bersifat manipulatif. Yang menjadi pertanyaan, bisakah kita berhenti dari jenis konten tersebut?

Perlu diketahui, dalam situasi ini yang harus kamu lakukan adalah melatih kemampuan unsur kritis. Pertanyakan kembali tujuan dari konten yang ditampilkan. Karena beberapa konten dibuat hanya untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak tertentu. Analisis kembali antara informasi yang dimuat dengan fakta sesungguhnya.

3. Melakukan kurasi timeline media sosial

ilustrasi kecanduan media sosial (unsplash.com/Erik Lucatero)

Menghabiskan waktu dengan bermedia sosial memang seru dan menyenangkan. Tapi kita juga harus paham jika media sosial dipenuhi dengan berbagai macam konten yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketika menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermedia sosial, kita  terjebak dalam konten manipulatif.

Dalam situasi demikian ini, kita bisa melakukan kurasi timeline di media sosial. Unfollow beberapa akun yang berpotensi membawa pengaruh buruk. Seperti gaya hidup hedon maupun perilaku konsumtif. Sebaliknya, kita bisa mulai mengikuti akun yang bersifat mengedukasi dan memotivasi.

4. Mengisi dengan konten-konten yang berkualitas

ilustrasi membaca (pexels.com/RDNE Stock Project)

Apa jadinya saat seseorang kecanduan konten manipulatif? Tanpa disadari konten ini akan mempengaruhi sikap maupun secara berpikir. Terutama dari cara yang diterapkan seseorang dalam menjalani hidup. Lantas, bagaimana cara berhenti dari konten yang bersifat manipulatif?

Kita bisa mengisi dengan kegiatan yang lebih berkualitas. Seperti membaca buku, menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan, atau mendengarkan podcast yang memotivasi. Konten berkualitas akan mempengaruhi cara berpikir sehingga kita dapat mengambil sikap maupun keputusan yang tepat.

5. Membuat batasan waktu dalam mengonsumsi konten

ilustrasi scrolling handphone (pexels.com/Cottonbro studio)

Kecanduan konten manipulatif merupakan fenomena yang dihadapi oleh generasi muda. Apalagi didukung dengan perkembangan teknologi digital yang berlangsung dengan pesat. Konten-konten ini bisa ditemukan dengan mudah pada beranda media sosial.

Ketika sudah dalam tahap kecanduan, bukan berarti kita tidak bisa berhenti. Strategi yang perlu diterapkan adalah membuat batasan waktu dalam mengkonsumsi konten. Beri jeda dari media sosial atau sumber informasi tertentu kalau merasa overwhelmed. Bahkan istirahat sejenak bisa membantu me-refresh pikiran.

6. Membangun koneksi yang harmonis dengan diri sendiri

ilustrasi tersenyum bahagia (pexels.com/Jane Bird)

Pernahkah kamu berpikir untuk berhenti dari konten yang bersifat manipulatif? Atau mungkin kamu justru menikmati konten tersebut? Kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa konten yang bersifat manipulatif justru terlihat menarik.

Berhenti dari konten manipulatif bukan hal yang mustahil dilakukan. Kamu hanya perlu membangun koneksi yang harmonis dengan diri sendiri. Luangkan waktu untuk refleksi, journaling, atau aktivitas yang bikin kamu mampu mengenali diri secara utuh.

Konten yang bersifat manipulatif dalam jangka panjang akan merusak keseimbangan hidup sekaligus kestabilan mental. Kita harus memiliki kesadaran untuk segera membatasi diri dari konten-konten tersebut.

Berhenti dari konten yang bersifat manipulatif itu bukan cuma soal "unfollow" atau "stop nonton," tapi juga soal mengenali dan membentengi diri dari pengaruhnya secara sadar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us