Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Buku Favorit Lily Collins yang Wajib Masuk Daftar Bacaan

Lily Collins di serial Emily in Paris.
Lily Collins di serial Emily in Paris (dok. Netflix/Emily in Paris)
Intinya sih...
  • To Kill a Mockingbird – Harper Lee: Mengajak berpikir ulang tentang empati dan moral di tengah masyarakat penuh prasangka.
  • The Perks of Being a Wallflower – Stephen Chbosky: Pesan emosional yang kuat tentang penerimaan diri dan harga diri.
  • Pride and Prejudice – Jane Austen: Kisah cinta dan belajar merendahkan ego serta melihat orang lain dengan sudut pandang yang lebih jujur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lily Collins dikenal bukan hanya sebagai aktris berbakat, tetapi juga sebagai sosok yang gemar membaca. Bahkan bintang serial Emily in Paris ini sudah pernah menerbitkan bukunya sendiri yang berjudul Unfiltered pada tahun 2017 lalu. Tak heran jika banyak penggemar penasaran dengan buku-buku yang memberi pengaruh besar dalam hidup dan kariernya.

Dari novel klasik hingga buku pengembangan diri, daftar bacaan favorit Lily Collins terasa relevan untuk pembaca lintas generasi. Buku-buku ini bukan sekadar hiburan, tapi juga mengajak pembaca berpikir ulang tentang empati, cinta, dan cara memandang hidup. Berikut enam buku favorit Lily Collins yang layak masuk wishlist bacaanmu.

1. To Kill a Mockingbird – Harper Lee

buku To Kill a Mockingbird
buku To Kill a Mockingbird (harpercollins.com)

Novel klasik ini mengajak pembaca melihat isu rasisme dan ketidakadilan melalui sudut pandang anak-anak, Scout dan Jem Finch. Kisahnya berpusat pada ayah mereka, Atticus Finch, seorang pengacara yang membela pria kulit hitam yang dituduh melakukan kejahatan di Amerika Selatan era 1930-an.

Dengan gaya penceritaan sederhana namun tajam, buku ini menggambarkan betapa rumitnya moral di tengah masyarakat penuh prasangka. Bagi Lily Collins, buku ini selalu meninggalkan dampak emosional setiap kali dibaca ulang. Ceritanya mengajarkan pembaca untuk lebih berhati-hati dalam menilai orang lain dan menumbuhkan empati terhadap mereka yang diperlakukan tidak adil.

2. The Perks of Being a Wallflower – Stephen Chbosky

buku The Perks of Being a Wallflower.
buku The Perks of Being a Wallflower (simonandschuster.com)

Novel coming of age ini ditulis dalam bentuk surat dari Charlie, seorang remaja introvert yang mencoba memahami dunia di sekitarnya. Lewat pengalaman sekolah, pertemanan, cinta pertama, dan trauma masa lalu, pembaca diajak masuk ke dalam pikiran Charlie yang jujur dan rapuh. Ceritanya terasa sangat personal, seolah membaca diary seseorang yang sedang tumbuh dewasa.

Lily Collins menyukai buku ini karena pesan emosionalnya yang kuat tentang penerimaan diri. Salah satu kutipan terkenalnya tentang “kita menerima cinta yang kita rasa pantas” menjadi refleksi mendalam tentang hubungan dan harga diri. Buku ini cocok bagi siapa pun yang pernah merasa tersisih, bingung, atau sedang mencari tempatnya di dunia.

3. Pride and Prejudice – Jane Austen

buku Pride and Prejudice (penguinrandomhouse.com)
buku Pride and Prejudice (penguinrandomhouse.com)

Kisah Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy menjadi salah satu roman klasik paling ikonik sepanjang masa. Dengan dialog cerdas dan sindiran sosial yang halus, Jane Austen menggambarkan dinamika cinta dan kelas sosial di Inggris era Regency. Hubungan antara Elizabeth dan Darcy berkembang dari kesalahpahaman menjadi ketertarikan yang dewasa dan penuh makna.

Bagi Lily Collins, novel ini terasa tak pernah membosankan untuk dibaca ulang. Dialognya yang tajam dan karakter-karakternya yang kuat memberi kenyamanan tersendiri. Pride and Prejudice bukan hanya kisah cinta, tetapi juga cerita tentang belajar merendahkan ego dan melihat orang lain dengan sudut pandang yang lebih jujur.

4. An Apple a Day – Emma Woolf

buku An Apple a Day.
buku An Apple a Day (emmawoolf.com)

Buku nonfiksi ini merupakan kisah nyata Emma Woolf dalam menghadapi anoreksia sambil tetap menjalani kehidupan profesionalnya. Pembaca diajak memahami bagaimana gangguan makan bisa tersembunyi di balik kehidupan yang tampak baik-baik saja. Buku ini juga menggambarkan proses pemulihan yang tidak instan dan penuh tantangan emosional.

Lily Collins merasa buku ini sangat membantunya, terutama saat mempersiapkan peran di film To The Bone (2017). Ceritanya memberi panduan emosional dan perspektif yang empatik tentang perjuangan melawan gangguan makan. Buku ini penting dibaca karena membahas kesehatan mental dengan cara yang manusiawi dan penuh kejujuran.

5. Big Little Lies – Liane Moriarty

buku Big Little Lies
buku Big Little Lies (lianemoriarty.com.au)

Novel ini berfokus pada kehidupan tiga perempuan dengan latar belakang berbeda yang terikat oleh sebuah misteri mengejutkan. Di balik kehidupan suburban yang tampak sempurna, tersimpan rahasia, konflik rumah tangga, dan trauma yang perlahan terungkap. Ceritanya bergerak dinamis dengan sudut pandang bergantian yang membuat pembaca sulit berhenti membaca.

Lily Collins menyukai bagaimana drama dalam novel ini terus berkembang hingga halaman terakhir. Selain penuh ketegangan, Big Little Lies juga mengangkat isu penting seperti kekerasan dalam rumah tangga dan tekanan sosial terhadap perempuan. Buku ini terasa cerdas, relevan, dan emosional tanpa harus menggurui.

6. The Power of Now – Eckhart Tolle

buku The Power of Now
buku The Power of Now (eckharttolle.com)

Berbeda dari buku lainnya dalam daftar ini, The Power of Now adalah buku reflektif tentang kesadaran diri dan hidup di saat ini. Eckhart Tolle mengajak pembaca melepaskan diri dari belenggu pikiran masa lalu dan kecemasan akan masa depan. Dengan bahasa sederhana dan format tanya jawab, konsep spiritual yang kompleks terasa lebih mudah dicerna.

Bagi Lily Collins, buku ini memberi panduan untuk lebih hadir dan menghargai hidup apa adanya. Pesannya tentang menerima diri dan menggunakan pengalaman hidup sebagai bekal untuk melangkah maju terasa menenangkan. Buku ini cocok bagi pembaca yang sedang mencari ketenangan batin dan keseimbangan hidup.

Pilihan buku favorit Lily Collins memperlihatkan ketertarikannya pada cerita-cerita yang emosional dan penuh refleksi tentang kehidupan. Dari novel klasik hingga buku pengembangan diri, semuanya menawarkan sudut pandang berbeda tentang proses menjadi manusia. Dari keenam buku ini, mana yang paling ingin kamu baca lebih dulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tips Menyiapkan Pesta Makan Natal untuk Banyak Tamu, Anti Ribet!

24 Des 2025, 23:32 WIBLife