Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mengatasi Over-Adapted agar Identitas Diri Gak Mudah Terkikis

ilustrasi mampu beradaptasi dengan baik (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Dalam upaya untuk diterima, banyak orang secara tidak sadar menjadi pribadi yang terlalu menyesuaikan diri. Kondisi itu dikenal sebagai over-adapted, yaitu ketika seseorang rela mengorbankan nilai dan keinginannya demi memenuhi ekspektasi lingkungan. Meski tampak positif, kebiasaan itu bisa membuat identitas diri perlahan terkikis.

Ketika kita terus-menerus berusaha cocok dengan orang lain tanpa mempertimbangkan diri sendiri, batas antara siapa kita dan siapa yang orang lain harapkan bisa menjadi kabur. Dalam jangka panjang, kita bisa kehilangan arah dan jati diri. Maka penting untuk mengenali cara mengatasi kondisi tersebut melalui beberapa hal berikut.

1. Mengenali sinyal dari sikap over-adapted

ilustrasi berpikir terstruktur (pexels.com/Ben Hedrich)

Langkah pertama dalam mengatasi over-adapted adalah menyadari kapan kita mulai kehilangan jati diri. Sinyal itu bisa berupa perasaan tertekan untuk selalu menyenangkan orang lain atau cemas jika tidak memenuhi ekspektasi mereka. Menyadari perubahan dalam cara berpikir dan bertindak adalah kunci untuk mengenali bahwa kita sudah berlebihan dalam menyesuaikan diri.

Setelah mengenalinya, kita bisa mulai menganalisis mengapa hal tersebut terjadi. Adakah tekanan dari lingkungan sekitar atau kebutuhan untuk diterima yang mendorong kita untuk mengorbankan nilai pribadi? Memahami akar persoalan memungkinkan kita untuk bertindak lebih bijak dan tidak terjebak dalam pola tersebut.

2. Tentukan batasan yang jelas dengan lingkungan

ilustrasi menetapkan batasan pribadi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Mengatasi over-adapted membutuhkan kesadaran untuk menetapkan batasan yang sehat dengan orang lain. Kita perlu belajar mengatakan 'tidak' pada ekspektasi yang bertentangan dengan nilai pribadi. Dengan begitu, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk tetap konsisten dengan siapa kita sebenarnya.

Batasan tersebut bukan hanya untuk melindungi diri, tetapi juga untuk menciptakan hubungan yang lebih autentik. Ketika kita jujur tentang apa yang bisa dan tidak bisa diterima, maka orang lain akan lebih menghargai kita. Hal itu membantu kita menjaga integritas tanpa merasa tertekan untuk terus-menerus menyesuaikan diri.

3. Fokus pada pengembangan diri yang autentik

ilustrasi bekerja dengan fokus dan profesional (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Mengembalikan identitas diri bisa dimulai dengan fokus pada pengembangan diri yang autentik. Hal itu berarti menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi minat, hobi, dan tujuan pribadi tanpa terlalu khawatir dengan pendapat orang lain. Menjadi diri sendiri tidak hanya tentang berhenti menyesuaikan diri, tetapi juga tentang menemukan siapa diri kita.

Ketika kita berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, kita akan merasa lebih percaya diri. Pengembangan diri yang konsisten akan membentuk karakter kita dan membuatnya sulit terpengaruh tekanan eksternal. Hal itu menjadi dasar untuk mempertahankan integritas diri.

4. Menerima ketidaksempurnaan dalam diri

ilustrasi perempuan semangat dan produktif (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Seringnya, kita merasa harus sempurna agar diterima orang lain, dan hal itu bisa memicu perilaku over-adapted. Namun, menerima bahwa kita semua memiliki kekurangan adalah langkah penting untuk kembali menemukan jati diri. Ketika kita tidak lagi merasa harus memenuhi standar orang lain, kita bisa lebih mudah hidup dengan diri sendiri.

Penerimaan mengurangi kecemasan tentang penilaian orang lain dan memungkinkan kita untuk lebih jujur dengan diri sendiri. Sehingga kita tidak lagi merasa terpaksa untuk menjadi sesuatu yang bukan diri kita hanya untuk diakui. Ketika kita menerima kekurangan dan kelebihan, kita menciptakan ruang untuk tumbuh secara autentik.

5. Cari lingkungan yang mendukung identitas diri

ilustrasi lingkungan yang mendukung (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Mengatasi over-adapted juga memerlukan keberanian untuk memilih lingkungan yang mendukung perkembangan diri. Lingkungan yang positif adalah yang menerima kita apa adanya dan tidak menuntut kita untuk menjadi sesuatu yang bukan diri kita. Berada di sekitar orang-orang yang menghargai nilai pribadi akan memperkuat rasa percaya diri.

Menciptakan hubungan yang mendukung identitas diri adalah langkah penting dalam melawan tekanan untuk beradaptasi berlebihan. Hal itu tidak berarti kita harus menghindari orang yang berbeda pendapat, tetapi memilih untuk bergaul dengan mereka yang memberi kita ruang untuk menjadi diri sendiri. Hal itu akan mempermudah proses mempertahankan integritas diri.

Lima cara yang telah dibahas bisa menjadi langkah awal untuk kembali mengenali siapa diri kita sebenarnya. Ingat, menjadi diri sendiri bukanlah sebuah kelemahan, melainkan kekuatan yang membuat kita unik dan utuh. Jangan biarkan keinginan untuk diterima membuatmu kehilangan siapa dirimu yang sesungguhnya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us