Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tren 'Sad Beige Mom', Antara Estetika dan Kritik Sosial

ilustrasi anak bermain dengan mainan berwarna dominan beige (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Belakangan ini, istilah "Sad Beige Mom" kerap muncul di berbagai platform media sosial, mulai dari Instagram hingga TikTok. Tren ini mencuri perhatian banyak orang karena mengungkapkan sisi unik dalam gaya parenting modern.

Istilah ini merujuk pada para ibu yang memilih estetika minimalis dengan dominasi warna-warna netral seperti beige, krem, dan abu-abu, baik dalam pakaian, dekorasi rumah, maupun barang-barang anak. Di satu sisi, estetika ini memancarkan kesan tenang dan elegan. Namun, di sisi lain, tren ini memancing perdebatan, apakah ini hanya soal selera atau ada dampak lain yang perlu dipertimbangkan?

Dalam artikel ini, akan dibahas lima fakta menarik tentang tren "Sad Beige Mom" yang sedang viral dan apa yang membuatnya begitu kontroversial di mata netizen. Dari asal-usul istilah hingga dampaknya pada anak-anak, mari kita kupas lebih dalam!

1. Asal-usul istilah 'sad beige mom'

ilustrasi anak bermain dengan mainan berwarna dominan beige (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Tren "sad beige mom" pertama kali mencuri perhatian setelah beberapa pengguna TikTok dan Instagram membuat konten yang menyindir gaya hidup ini. Dalam video-video tersebut, mereka menampilkan mainan anak-anak yang berwarna netral dan membandingkannya dengan mainan berwarna cerah.

Frasa "sad beige" digunakan sebagai kritik ringan terhadap estetika ini yang dianggap kurang meriah atau terlalu monoton untuk anak-anak. Namun, alih-alih merasa tersinggung, banyak ibu justru menganggap sindiran ini sebagai hiburan dan bahkan menggunakan label tersebut sebagai identitas mereka.

2. Mengapa warna beige begitu populer?

ilustrasi anak bermain dengan mainan berwarna dominan beige (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Tidak bisa dipungkiri bahwa estetika minimalis sedang menjadi tren global, terutama di kalangan milenial dan Gen Z. Warna-warna seperti beige, krem, dan pastel memberikan kesan rapi, bersih, dan Instagram-worthy. Selain itu, warna-warna ini dianggap "aman" dan mudah dipadukan dengan gaya dekorasi modern.

Bagi para ibu, memilih warna-warna netral juga sering dianggap praktis karena mudah disesuaikan dengan berbagai tema dekorasi rumah. Selain itu, estetika ini juga mencerminkan nilai hidup yang lebih sederhana dan fokus pada kenyamanan. Namun, apakah ini selalu praktis bagi anak-anak? Banyak pakar parenting dan psikologi anak yang memiliki pandangan berbeda.

3. Kritik: kurangnya stimulus warna untuk anak

ilustrasi anak bermain dengan mainan berwarna dominan beige (pexels.com/Ivan Samkov)

Banyak ahli perkembangan anak berpendapat bahwa warna memiliki peran penting dalam stimulasi visual anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa warna-warna cerah dapat membantu merangsang perkembangan otak, meningkatkan kreativitas, dan memperbaiki suasana hati anak.

Dalam konteks tren "sad beige mom," kritik utama adalah bahwa estetika ini dapat mengurangi kesempatan anak untuk mengeksplorasi dunia yang penuh warna. Anak-anak, terutama yang masih berada dalam masa golden age (0-5 tahun), membutuhkan rangsangan visual yang beragam untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Jadi, meskipun estetika beige terlihat menenangkan bagi orang dewasa, bagi anak-anak, hal ini bisa jadi kurang mendukung kebutuhan perkembangan mereka.

4. Efek media sosial dalam mendorong tren ini

ilustrasi ibu mendampingi anak belajar (pexels.com/Ivan Samkov)

Tidak bisa dipungkiri, media sosial memainkan peran besar dalam mempopulerkan tren "sad beige mom." Banyak ibu yang merasa tekanan untuk mengikuti standar estetika tertentu agar bisa "diterima" dalam komunitas online. Unggahan-unggahan yang menunjukkan rumah rapi, pakaian senada, dan mainan anak yang serba beige sering kali mendapatkan ribuan likes dan komentar positif.

Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi tempat lahirnya kritik terhadap tren ini. Beberapa netizen mulai memposting foto-foto yang menampilkan dunia anak-anak penuh warna, lengkap dengan mainan warna-warni. Mereka ingin menekankan bahwa keindahan tidak selalu harus "seragam" dan "minimalis."

5. Apakah tren ini akan bertahan lama?

ilustrasi ibu mendampingi anak bermain (pexels.com/Ivan Samkov)

Seperti tren lainnya, "sad beige mom" kemungkinan besar akan mengalami evolusi. Meskipun saat ini estetika minimalis masih sangat populer, banyak orang mulai menyadari pentingnya keseimbangan antara keindahan visual dan kebutuhan anak. Beberapa ibu bahkan mulai mengadopsi pendekatan "beige with a pop of color," di mana mereka tetap mempertahankan elemen minimalis tetapi menambahkan sentuhan warna cerah di ruang bermain anak atau dalam pilihan mainan.

Di sisi lain, tren ini juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang bagaimana media sosial memengaruhi gaya parenting. Apakah kita terlalu fokus pada penampilan luar hingga melupakan esensi dari mendidik anak? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong para orangtua untuk lebih bijak dalam mengadopsi tren.

Tren "sad beige mom" adalah salah satu contoh bagaimana estetika dan gaya hidup modern dapat memengaruhi cara menjalani peran sebagai orangtua. Pada akhirnya, setiap ibu memiliki kebebasan untuk memilih apa yang terbaik bagi keluarganya, apakah itu dunia penuh warna atau palet netral yang menenangkan. Yang paling penting adalah memastikan lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan untuk tumbuh kembang anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us