Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Pentingnya Fokus pada Perbaikan daripada Sikap Perfeksionis

ilustrasi orang disiplin (pexels.com/RDNE Stock Project)

Sebagai manusia, adakalanya kita didominasi oleh sikap perfeksionis. Standar kesempurnaan tertinggi mutlak harus dicapai. Bahkan tidak toleran terhadap proses dan upaya perbaikan terhadap kegagalan. Tanpa disadari, kita justru melalaikan kewajiban berbenah. Pikiran hanya tertuju pada standar tidak realistis. Sebenarnya konsep berpikir seperti ini justru merugikan diri sendiri.

Sudah seharusnya kita memiliki kesadaran untuk fokus pada perbaikan. Sejenak, mari redam tuntutan perfeksionis saat sedang meraih keberhasilan. Hal ini didasari oleh beberapa poin penting. Kurang lebih, terdapat empat alasan kuat mengapa kita harus mementingkan fokus pada perbaikan daripada tunduk terhadap standar kesempurnaan.

1. Mementingkan sikap perfeksionis justru mematikan kreativitas

ilustrasi pusing pekerjaan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sudah tidak terhitung banyaknya orang yang mementingkan sikap perfeksionis. Standar kesempurnaan tertinggi dijadikan sebagai patokan utama. Tapi terpaku pada standar perfeksionis juga bukan sikap yang seharusnya dipertahankan. Berada dalam situasi seperti ini, kita harus terlebih dahulu mengutamakan fokus pada perbaikan.

Perlu diketahui, mementingkan sikap perfeksionis justru mematikan kreativitas. Standar yang tidak realistis membuat seseorang tidak kunjung maju dan mengeksekusi rencana. Bahkan takut merealisasikan ide dan gagasan. Jika terus berada dalam fase seperti ini, justru mengalami kemunduran secara bertahap. Seseorang tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.

2. Karena kita dihadapkan dengan lingkungan yang bersifat dinamis

ilustrasi lingkungan kerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dalam berusaha meraih keberhasilan, adakalanya sikap perfeksionis mendominasi diri. Kita menempatkan standar kesempurnaan tertinggi dalam setiap aspek. Tanpa disadari, standar kesempurnaan tertinggi justru menjadi hambatan besar. Karena pada tahapan ini yang harus diutamakan bukan tentang kesempurnaan mutlak. Tapi mengerahkan pikiran secara penuh terhadap upaya perbaikan.

Mengapa demikian? Karena kita sedang dihadapkan dengan lingkungan yang bersifat dinamis. Segala sesuatunya bisa berubah dengan sangat cepat. Bahkan ini mempengaruhi setiap sisi kehidupan. Terpaku pada standar perfeksionis justru membatasi gerak dan langkah. Kita akan tenggelam tanpa bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi.

3. Kesiapan berbenah adalah kunci utama untuk maju dan berkembang

ilustrasi sosok optimis (pexels.com/Armin Rimoldi)

Tidak semua orang menyadari pentingnya fokus terhadap perbaikan daripada sikap perfeksionis. Standar kesempurnaan tertinggi dijadikan sebagai pedoman. Mereka tidak memberikan toleransi terhadap kekurangan maupun kekeliruan kecil. Bahkan menutup rapat upaya berbenah. Padahal, mementingkan fokus pada perbaikan justru lebih utama.

Hal ini didasarkan pada kesiapan berbenah. Ini merupakan kunci utama untuk maju dan berkembang. Mungkin tidak bisa tercapai secara maksimal sebagaimana yang diharapkan. Tapi dengan fokus pada perbaikan, kita tidak akan mengalami stagnasi. Meskipun berupa langkah kecil, tapi tetap membawa perubahan berarti.

4. Mendorong pembelajaran dan keberanian menghadapi tantangan

ilustrasi perempuan optimis (pexels.com/Shazard R)

Tanpa disadari masih banyak orang berusaha mengedepankan sikap perfeksionis saat berusaha. Mereka menempatkan standar kesempurnaan tertinggi sebagai patokan sekaligus prinsip. Bahkan memaksakan standar tersebut dipatuhi oleh semua orang. Tapi ada poin penting yang harus dipahami ketika terjebak standar kesempurnaan tertinggi. Ternyata fokus pada perbaikan jauh lebih penting karena ini berkaitan dengan pembelajaran dan keberanian menghadapi tantangan.

Ketika seorang individu memiliki kesadaran bahwa segala sesuatu tidak sempurna, ia akan termotivasi untuk berbenah. mereka lebih terbuka terhadap umpan balik dan lebih siap untuk belajar dari kesalahan. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

Tidak dapat dimungkiri jika sikap perfeksionis sering dianggap sebagai standar emas. Bahkan menjadi patokan utama dalam meraih keberhasilan. Konsep berpikir seperti ini sudah seharusnya dibenahi. Standar kesempurnaan tidak bisa dijadikan sebagai prioritas. Alangkah baiknya jika pikiran difokuskan pada perbaikan dalam waktu berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us