Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal Ini Akan Mendorongmu Menjadi Pribadi yang Lebih Pemaaf

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Hingga saat ini kamu mungkin termasuk sulit memaafkan kesalahan orang lain. Dirimu selalu ingat dengan perbuatan serta perkataan mereka yang membuatmu terluka serta membencinya.

Jangankan pada kekeliruan orang lain, terhadap kesalahan pribadi pun kamu bersikap terlalu keras. Namun, bisa saja kelak dirimu berubah menjadi lebih pemaaf ketika kesadaran berikut ini sudah muncul.

1. Kebutuhan akan hidup yang tenang tanpa dendam

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Tim Mossholder)

Sukarnya kamu memaafkan orang lain hanya akan membuat kehidupanmu sendiri gak tenang. Ingatan tentang pengalaman yang tidak menyenangan tak juga hilang. Perasaan negatif yang ditinggalkan bahkan bertambah kuat.

Kamu menjadi begitu membenci seseorang atau diri sendiri kalau ini tentang kesalahanmu. Terkadang, sampai muncul keinginan buat membalas dendam pada orang lain atau merusak diri. Ketika kamu benar-benar merindukan kehidupan yang damai, pelan-pelan dirimu belajar memaafkan.

2. Sadar bahwa siapapun bisa salah, termasuk dirimu

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/the happiest face =))

Kesalahan dapat dilakukan oleh semua orang. Dulu kamu seperti gak bisa memahami hal ini dengan baik. Dirimu menghukum orang lain terlalu keras atas kekeliruan mereka.

Sampai kamu sadar bahwa dirimu juga gak kebal dari berbuat salah pada siapapun. Jika semua orang yang pernah tersakiti atau dirugikan gak mau memaafkanmu, tentu kamu repot sekali. Jadilah kini dirimu lebih lunak terhadap kekhilafan orang lain.

3. Orangnya juga sudah meminta maaf

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/Allan Mas)

Permintaan maaf seseorang memang seharusnya menjadi titik yang mengakhiri permasalahan di antara kalian. Apabila permohonan maaf saja tak melunakkan hatimu, kapan persoalannya akan selesai? Sampai berapa kali ia perlu mengulang permintaan maaf itu?

Bahkan tiadanya permohonan maaf masih dapat mendorongmu untuk terlebih dahulu mengampuninya. Seperti dalam poin satu, semata-mata karena dirimu merindukan kehidupan yang jauh dari rasa dendam pada siapa pun.

4. Sulit memaafkan sama dengan sukar berteman

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika kamu punya sepuluh teman saja, niscaya dirimu mampu membuat daftar kesalahan yang lebih banyak dari jumlah mereka. Satu teman mungkin pernah berkali-kali membuatmu tersinggung. Kalau setiap kesalahan dimasukkan ke hati, kemampuanmu berteman akan menurun.

Dirimu tak lagi bisa menikmati kebersamaan dengan orang lain. Semua orang menjadi sumber rasa sakit hatimu. Begitu kamu belajar memaafkan, mereka berhenti menjadi ancaman buatmu. 

5. Kesalahan mengajarkan kehati-hatian

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Thenuka S Dilhara Hewawasam)

Baik kesalahan dilakukan oleh orang lain maupun diri sendiri, pasti ada pelajaran yang terkandung di dalamnya. Intinya tentang kehati-hatian. Kesalahanmu menjalani hidup misalnya, mendorongmu untuk lebih bijaksana dalam menghabiskan sisa usia.

Begitu pun kekeliruan orang lain terjadi bukan cuma buat melukaimu. Akan tetapi juga sebagai penyampai pesan bahwa ke depan kamu perlu lebih mewaspadai orang yang belum terlalu dikenal. Atau, tegur seseorang guna mencegah ia melakukan kesalahan yang lebih besar.

6. Berbagai kepentingan di masa depan

ilustrasi dua pria (pexels.com/Gustavo Fring)

Kini kamu mungkin merasa terluka oleh kesalahan seseorang. Bila dirimu tak berpikir panjang, sakit hati membuatmu merasa lebih baik memutuskan hubungan dengannya. Biarlah kalian bermusuhan sekalian untuk selamanya.

Namun begitu dirimu mampu berpikir lebih jernih dan mempertimbangkan masa depan yang masih panjang, keputusan itu pun diurungkan. Meski sekarang rasanya kalian tak lagi saling membutuhkan, kelak belum tentu tetap begitu. Selagi masih ada peluang kepentingan kalian bersinggungan, berdamai lebih baik.

Hanya lantaran sampai saat ini kamu masih berat untuk memaafkan kesalahan orang lain maupun diri sendiri, tak bermakna selamanya akan begitu. Waktu mampu mengubahmu menjadi lebih santai dalam menghadapi kekeliruan. Sudahkah kamu merasa sifat pendendammu kian berkurang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us