Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Bisa Tiba-tiba Mengubah Si Hemat Menjadi Si Boros

Pexels.com/nurseryart
Pexels.com/nurseryart

Sebenarnya, mengubah kebiasaan manusia itu gak mudah. Sama seperti membentuk kebiasaan baru juga butuh waktu dan usaha yang sungguh-sungguh. Namun apa jadinya bila seseorang yang selama ini kamu kenal pandai berhemat mendadak jadi boros sekali?

Kamu sampai dibuat terbengong-bengong oleh perubahannya ini. Biasanya jarang banget belanja, sekarang malah seperti tiada hari tanpa belanja. Penasaran apa yang kira-kira terjadi padanya? Penyebabnya mungkin ada di bawah ini.

1. Suasana hatinya lagi buruk banget lalu melampiaskannya dengan belanja sepuasnya

Pexels.com/alexandra-maria-58259
Pexels.com/alexandra-maria-58259

Gak semua orang mudah mengeluarkan unek-uneknya dengan curhat, menangis kala sedih, atau ngomel saat kesal. Namun pada intinya semua orang tetap butuh menyalurkan emosinya. Maka, jangan heran bila ada yang larinya ke belanja saat kondisi emosinya gak stabil.

Dia mungkin berpikir ketimbang marah-marah ke seseorang, lebih baik melegakan diri dengan berbelanja sepuasnya. Pokoknya apa saja dibeli, mumpung duitnya ada karena selama ini dia sudah menabung. Berbelanja sebanyak-banyaknya memberinya kepuasan tersendiri.

2. Merasa penghematan yang dilakukannya sia-sia

Pexels.com/olly
Pexels.com/olly

Misalnya, dia sudah berhemat sekian lama dengan harapan bisa membeli sesuatu yang amat diinginkannya. Harganya memang fantastis sih, sehingga dia harus amat bersabar. Namun saat uangnya sudah terkumpul, barang yang diincar malah sudah gak diproduksi atau harganya naik untuk kesekian kalinya.

Dia jadi merasa capek. Dia berpikir, jangan-jangan sampai kapan pun dia memang gak akan bisa membelinya. Jadi, kenapa gak menggunakan uangnya untuk mencari kesenangan yang lain saja? Anggap saja sebagai pelipur lara.

Atau, dia berencana bila uangnya sudah mencapai sekian akan diinvestasikan. Buat masa depan, kan? Namun saat uangnya sudah mulai terkumpul banyak, ada saja kebutuhan tak terduga yang harus dibiayai.

Dia jadi berpikir mungkin niatnya berinvestasi memang belum direstui alam semesta. Dia merasa gak perlu lagi 'ngoyo' dalam berhemat. Kelak jika sudah waktunya, pasti uangnya akan ada dengan sendirinya.

3. Malu sering dibilang pelit atau diejek miskin

Pexels.com/mentatdgt-330508
Pexels.com/mentatdgt-330508

Sebenarnya sih, hemat sama pelit itu berbeda. Namun gak sedikit orang yang asal menyamakannya. Parahnya lagi, terdapat perbedaan sedikit saja antara cara mereka dengan orang lain dalam mengelola keuangan, ada yang bisa langsung mengejek pelit atau miskin.

Tekad teman atau saudaramu untuk berhemat sebenarnya kuat. Namun lama-kelamaan dia bisa gak tahan juga jika terus diganggu dengan sebutan pelit atau miskin. Apalagi bila itu selalu terjadi di depan orang banyak. Bikin dia malu banget dan tertantang untuk membuktikan yang sebaliknya.

4. Baru mendapatkan rezeki nomplok

Pexels.com/olly
Pexels.com/olly

Untuk penghasilan pokok, komitmennya untuk berhemat masih sama. Namun bila sedang mendapatkan pemasukan tambahan dalam jumlah yang lumayan, dia berpikir apa salahnya sesekali lebih menyenangkan diri dan orang-orang terdekatnya?

Itu seperti ungkapan syukurnya sekaligus rasa terima kasihnya pada orang-orang yang selama ini selalu mendukungnya. Apalagi rezeki nomplok kan, gak datang setiap hari. Jadi, biar lebih terasa saja.

5. Lagi jatuh cinta sampai logika gak jalan

Pexels.com/polina-tankilevitch
Pexels.com/polina-tankilevitch

Saat jatuh cinta sehingga merasa bahagia sekali, manusia memang cenderung menjadi lebih longgar terkait banyak aturan. Tak terkecuali aturan hidup hemat. Dia memberikan banyak toleransi untuk diri sendiri. Apalagi pengeluarannya untuk gebetan atau pacar.

Dia akan berpikir, 'Ah, apa salahnya sesekali membelikan pacar sendiri ini itu? Kalau dia senang, aku juga akan senang. Buat apa juga membanting tulang kalau hasilnya cuma dinikmati sendiri?'

Memang wajar sih, bila kita ingin menyenangkan orang yang dicintai. Asal gak sampai lupa daratan saja. Kalau kata 'sesekali' sudah menjadi 'selalu' dan semua yang dibeli harganya gak masuk akal dibandingkan penghasilan, tentu bisa berbahaya.

Sudah adakah gambaran mana yang mungkin sedang terjadi pada teman atau saudaramu? Kamu bisa mengingatkannya dengan halus biar sifat borosnya gak telanjur menetap dan mengantarkannya pada kebangkrutan.

Namun bila hanya terjadi sesekali, itu masih terbilang wajar dan bisa menjadi caranya menghibur diri. Biarkan saja karena mungkin dia memang membutuhkannya. Atau kamu sendiri juga kadang begini? Ingat, jangan sampai kebablasan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Robertus Ari
EditorRobertus Ari
Follow Us