5 Hal yang Identik Sama Orang dengan Kecerdasan Emosional Rendah

- Orang dengan EQ rendah sulit memisahkan emosi dari logika, sehingga rentan marah dan menyimpan dendam.
- Kritik sering dianggap serangan personal, membuat seseorang sulit menerima masukan untuk tumbuh.
- EQ rendah membuat sulit introspeksi dan mencari solusi, serta sulit menyeimbangkan emosi saat stres.
Kecerdasan emosional (EQ) sering dianggap sebelah mata dibandingkan IQ, padahal pengaruhnya besar banget dalam kehidupan sehari-hari. EQ yang rendah bisa bikin seseorang jadi terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan yang gak cuma merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain. Mungkin kamu gak sadar, tapi bisa jadi salah satu poin di bawah ini sebenarnya sering kamu lakukan. Yuk, simak apa saja hal merugikan itu supaya kita bisa lebih peka dan mulai berubah!
1. Gampang tersinggung dan suka baper berlebihan

Orang dengan EQ rendah cenderung sulit memisahkan emosi dari logika, sehingga komentar kecil yang sebenarnya gak bermaksud negatif sering dianggap menyerang. Akibatnya, kita jadi gampang marah, bete, atau malah menyimpan dendam. Padahal, gak semua hal perlu ditanggapi secara emosional, lho.
Bayangin kalau kita terus-menerus baper, energi yang terbuang bakal lebih banyak untuk emosi negatif ketimbang hal-hal produktif. Bukannya membangun hubungan yang sehat, kita malah bisa menjauhkan diri dari orang-orang yang sebenarnya peduli. Kalau kamu sering merasa seperti ini, cobalah belajar mengelola perasaan dengan lebih baik, misalnya dengan berpikir sebelum bereaksi.
2. Sulit menerima kritik dan saran

Kritik sering dianggap serangan personal bagi mereka yang EQ-nya rendah. Akibatnya, setiap masukan dianggap sebagai ancaman atau penghinaan, bukan peluang untuk tumbuh. Padahal, gak semua kritik bernada negatif, kok. Banyak dari kritik justru ditujukan untuk membantu kita berkembang lebih baik.
Kalau kita terus-terusan defensif atau bahkan menyerang balik, kita hanya menutup diri dari kesempatan belajar. Penting untuk memahami bahwa menerima kritik itu bagian dari proses. Latih diri untuk melihat kritik sebagai cermin—bukan sebagai musuh. Dengan begitu, kita bisa mengubah kelemahan menjadi kekuatan.
3. Suka menyalahkan orang lain atau keadaan

EQ rendah sering bikin seseorang sulit introspeksi dan mencari solusi. Ketika ada masalah, yang dicari adalah kambing hitam, entah itu orang lain, situasi, atau bahkan hal-hal sepele. Akhirnya, bukan solusi yang ditemukan, tapi siklus menyalahkan yang gak ada habisnya.
Kalau kamu merasa sering begini, coba tanyakan ke diri sendiri, “Apa yang sebenarnya bisa aku perbaiki?” Fokus pada hal yang bisa kita kontrol justru akan memberikan rasa damai. Menyalahkan hanya akan membuat masalah semakin rumit, sementara mengambil tanggung jawab adalah tanda dewasa dan cara terbaik untuk tumbuh.
4. Kesulitan mengontrol emosi, terutama saat stres

Ketika situasi menekan, orang dengan EQ rendah sering banget meledak-ledak atau justru menarik diri. Mereka sulit menyeimbangkan emosi, sehingga stres malah jadi sumber konflik dengan orang lain. Bukan cuma bikin hubungan jadi renggang, tapi tubuh juga bisa ikut kena dampaknya, lho.
Coba deh mulai dengan latihan self-awareness. Sadari kapan emosi mulai naik dan cari cara untuk meredamnya, misalnya dengan teknik pernapasan atau sekadar menjauh dari situasi sebentar. Ingat, emosi yang gak terkontrol itu kayak api kecil yang dibiarkan membesar—lama-lama bisa membakar segalanya.
5. Gak mau belajar dari kesalahan

Semua orang pasti pernah salah, tapi beda respons seseorang dengan EQ tinggi dan rendah terletak pada bagaimana mereka menghadapi kesalahan itu. Orang dengan EQ rendah cenderung mengabaikan kesalahan, menyangkal, atau malah menyalahkan pihak lain. Akhirnya, mereka terus mengulang kesalahan yang sama tanpa belajar apa-apa.
Belajar dari kesalahan itu tanda kedewasaan, dan hal ini hanya bisa dilakukan kalau kita mau jujur sama diri sendiri. Alih-alih menutup-nutupi, coba refleksikan apa yang salah dan cari cara agar tidak terulang. Dengan begini, setiap kesalahan justru bisa jadi pelajaran berharga yang bikin kita makin berkembang.
Menjadi pribadi yang lebih dewasa secara emosional memang gak bisa instan, tapi perjalanan ini layak diperjuangkan. Mengasah EQ berarti membangun hubungan yang lebih baik, memperkuat kepercayaan diri, dan menciptakan hidup yang lebih bahagia. Mulailah dengan langkah kecil—kenali dirimu, kendalikan emosimu, dan terbuka pada perubahan. Karena pada akhirnya, dunia ini bukan tentang siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling bijak dalam menghadapi kehidupan.