Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Makin Terasa Penting Seiring Bertambahnya Usia

ilustrasi perempuan menikmati teh (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Manusia adalah makhluk yang selalu berubah. Bukan hanya terkait dengan fisik, melainkan juga hal-hal yang dahulu dianggap kurang penting tetapi sekarang makin menjadi prioritas.

Perubahan tersebut tak perlu menunggu kita menjadi lansia. Saat kita mulai memasuki usia kepala tiga saja, lima hal di bawah ini pasti akan semakin diprioritaskan.

1. Waktu untuk diri sendiri

ilustrasi bercocok tanam (pexels.com/ROCKETMANN TEAM)

Ketika kita lebih muda, kita menghabiskan nyaris seluruh waktu yang dimiliki bersama orang lain. Entah itu teman-teman maupun pacar. Sungguh kehidupan yang riuh.

Akan tetapi, dengan bertambahnya usia, kita menjadi lebih menarik diri dari orang lain. Bukan berarti kita tak lagi menyukai pergaulan. Hanya saja, kita juga mulai sadar akan pentingnya waktu buat diri sendiri.

Bahkan kita pun cenderung mengurangi aktivitas bersama keluarga besar. Kesibukan kerja hanyalah salah satu alasannya. Alasan lainnya, kita butuh lebih banyak waktu untuk mengisi ulang energi dan berkontemplasi.

2. Stabilitas keuangan

ilustrasi memeriksa tagihan (pexels.com/Ron Lach)

Semua orang rasanya memang menyukai uang yang banyak. Namun ketika di usia muda kita berani mempertaruhkan apa saja demi memperoleh lebih banyak uang, di usia yang lebih tua keinginan kita menjadi jauh lebih sederhana.

Tentu kecukupan pemenuhan kebutuhan tetap menjadi prioritas. Akan tetapi setelah kebutuhan terpenuhi, kita cenderung untuk menghindari risiko yang lebih besar hanya karena iming-iming mendapatkan lebih banyak uang.

Kita takut bakal kehilangan lebih banyak uang daripada yang mungkin diperoleh. Apakah ini artinya kita menjadi lebih malas dalam bekerja? Sama sekali tidak sebab kita pun kian menghindari kondisi hidup yang tidak nyaman.

Kita bakal lebih giat bekerja demi tidak jatuh dalam kemiskinan. Namun, kita juga tidak lagi melihat menjadi orang yang sangat kaya sebagai yang terpenting dalam kehidupan. Satu lagi, kita tidak berminat untuk mengandalkan untung-untungan belaka dalam memperoleh uang.

3. Stabilitas hubungan dengan pasangan

ilustrasi pasangan senior (pexels.com/Gustavo Fring)

Begitu meninggalkan usia dua puluhan tahun, gaya pacaran kita berubah drastis. Pertengkaran sekecil apa pun akan coba kita hindari. Bukan hanya karena kita ingin mempertahankan hubungan itu, tetapi juga karena kita sudah capek dengan urusan-urusan lain seperti pekerjaan.

Singkat kata, tak ada waktu untuk kekasih yang hanya menguras emosi kita. Begitu kita merasa tidak ada kecocokan dengannya, kita lebih suka memutuskan berpisah ketimbang berlarut-larut terjebak dalam hubungan yang tidak membuat kita bahagia.

Begitu pula dalam kehidupan perkawinan. Di usia yang lebih muda, kita akan bilang pertengkaran adalah penyedap hubungan suami istri. Namun di usia yang lebih matang, pertengkaran hanyalah buang-buang waktu dan bikin sakit kepala.

4. Stabilitas hubungan dengan orang lain

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Polina Kovaleva)

Sepertinya, rasa damai memang menjadi hal krusial ketika kita bertambah usia. Kesukaan kita untuk cekcok dengan siapa pun dan mengenai apa pun akan menurun. Meski tentu saja, ada orang yang makin tua justru makin menyerupai api yang membakar semua orang.

Bisa dibilang, kita menjadi lebih mudah menoleransi apa saja. Ketidakcocokan dengan orang lain seperti teman dan tetangga lebih kerap kita sikapi dengan diam dan menjaga jarak, bukan meributkannya.

Kita tahu kita memang tidak mungkin merasa cocok dengan semua orang. Namun kita pasti bisa untuk sekadar tak saling memaki di ruang-ruang publik, termasuk di dunia maya. Kalau kita malas berteman dengan seseorang, tinggal menjauhinya saja.

5. Kedekatan dengan Tuhan

ilustrasi beribadah (pexels.com/Michael Burrows)

Di usia muda pun telah banyak orang yang dekat dengan Tuhan, jika ukurannya ialah semata-mata kegiatan ibadah. Akan tetapi seiring pertambahan usia, hubungan kita dengan Sang Pencipta terasa makin penting dan mendalam.

Banyak sekali yang tidak bisa kita ceritakan pada siapa pun berakhir menjadi doa-doa yang panjang. Kita lebih mudah berterima kasih pada-Nya dari hati yang terdalam ketika bahagia.

Dia juga yang langsung kita mintai petunjuk dan bimbingan kala berhadapan dengan ujian hidup. Kenapa kita dapat berubah sedrastis ini bila dibandingkan dengan saat muda? Setidaknya ada dua alasan yang masuk akal.

Pertama, kita telah memiliki terlalu banyak pengalaman buruk saat lebih bergantung pada sesama manusia daripada pada Tuhan. Kedua, sejatinya kita makin sadar akan kematian yang dapat menjemput kapan saja.

Jika diperhatikan, perubahan-perubahan di atas tak ada yang buruk, kan? Kita menjadi lebih care pada diri sendiri dan orang lain. Kita pun bergerak mencari kebahagiaan dan kedamaian sejati ke dalam diri, bukan lagi ke dunia luar.

Bagaimana denganmu? Apakah kamu mulai merasakannya juga? Bagikan ceritamu di kolom komentar, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us