Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Keluh Kesah Jomblo saat Menghadiri Pernikahan Saudara

ilustrasi pernikahan (pixabay.com/hitro4ka)

Menghadiri pernikahan sanak saudara yang usianya jauh terpaut di bawah biasanya memang menjadi beban tersendiri bagi beberapa kaum jomblo. Meski usia bukan jadi patokan utama untuk menikah, namun tetap saja hal tersebut jadi masalah pribadi bagi orang yang belum menikah di usia tertentu. 

Tanpa mengurangi rasa turut berbahagia karena saudara menikah, para jomblo kerap dilanda rasa was-was saat akan ikut dalam beberapa prosesi pernikahannya. Berbagai anggapan orang-orang yang hadir tentang statusnya bisa saja menjadi masalah besar yang selalu memenuhi pikiran. 

Seperti merasa diteror, berikut ini beberapa keluh kesah seorang jomblo saat menghadiri pernikahan adik sepupunya. Ehm, siapa nih yang pernah mengalaminya?

1. Keluarga besar yang tiba-tiba membandingkan status pernikahan satu dengan yang lainnya

ilustrasi pernikahan (pixabay.com/myshadiwale)

Momen pernikahan biasanya memang sekaligus bisa menjadi ajang pertemuan anggota keluarga besar. Di antara anggota keluarga tersebut, tak sedikit dari mereka yang sudah menikah dan punya momongan. Para tetua yang sudah punya menantu dan cucu tak jarang saling membangga-banggakan mereka dengan kata-kata manis yang bikin hidung kembang-kempis.

Si jomblo yang terlanjur ikut dalam obrolan biasanya hanya terdiam dan kehilangan kata saat statusnya mulai jadi topik utama pembicaraan. Dan pada titik paling berbahaya, para tetua lalu mulai membandingkan status pernikahan para menantunya dengan sanak keluarga yang masih setia menjomblo.

Dalam budaya keluarga tertentu, jomblo sering dianggap sebelah mata dan tak jarang jadi perbandingan jomplang anggota keluarga lain yang sudah berkeluarga.

2. Bukan ke pengantin, pandangan mata para tetangga seolah semuanya seperti tertuju pada si jomblo

ilustrasi tersenyum (pixabay.com/chupanhsam)

Bukannya fokus ke pengantinnya, sebagian besar tetangga memang biasanya pikirannya lebih banyak tertuju pada anggota keluarga mempelai yang masih sendiri. Dalam pandangan mereka, pembahasan mengenai keindahan pengantin sepertinya tidak lebih menarik dari jomblo yang masih setia dengan status single-nya. 

Ada banyak julukan-julukan tak menyenangkan saat para tetangga membahas si jomblo yang usianya sudah banyak, tapi belum juga menikah. Belum puas, beberapa dari mereka biasanya akan mengaitkan kepribadian seorang jomblo dengan nasib status yang dialaminya. 

3. Jadi perbincangan teman-teman adik sepupu yang usianya jauh di bawah si jomblo

ilustrasi tertawa (pixabay.com/Sam_Studio)

Sudah pasti, teman-teman mempelai yang usianya berada di bawah si jomblo akan habis-habisan membahas sosoknya dari sisi terlemahnya. Tak jarang, dalam beberapa situasi, sekumpulan anak muda ini juga akan menjadikan status si jomblo sebagai bahan tertawaan yang cukup mengasyikkan.

Hal tersebut diperparah dengan hadirnya pasangan masing-masing teman-teman mempelai yang sengaja pamer kemesraan di depan umum. Jika tak memiliki mental yang kuat, keberadaan teman-teman mempelai bisa saja bikin hidup si jomblo makin tersudutkan. 

4. "Disentil" penghulu, pembawa acara, Pak RT, Pak RW, dan pejabat daerah setempat

ilustrasi tersenyum (pixabay.com/sbiten)

Saat prosesi pernikahan, akan ada saja kata-kata dari penghulu, MC, para tetua, dan pejabat desa yang "menyentil" status para jomblo. Dibahas ketika sesi sambutan, sentilan-sentilan tersebut biasanya diselipkan di antara puji dan puja kepada mempelai yang siap membina rumah tangga. 

Meski keluar dari mulut yang berbeda, nyaris semua sentilan tersebut sengaja memilah kalimat yang sama persis. Jika diseragamkan, kalimatnya pasti tak jauh-jauh dari: "Masa yang muda saja sudah menikah, yang tua malah betah melajang. Sebentar lagi dunia kiamat, hey"

5. Siap-siap jadi badut, yang membuat semua orang terbahak

ilustrasi malu (pixabay.com/Jupilu)

Menghadiri pernikahan anggota keluarga yang usianya lebih muda memang harus menyiapkan mental yang cukup kuat. Segala selentingan negatif mengenai status pribadi tersebut paling gencar didengungkan tepat pada momen pernikahan orang-orang terdekat. 

Siap-siap jadi badut dengan menebalkan telinga, si jomblo sudah pasti kembali akan jadi bahan tertawaan orang-orang sekitarnya. Dan sialnya, saat jomblo merasa semua julukan buruk itu membuatnya sakit hati, orang-orang akan kembali menyerang mentalnya dengan kalimat: "Gitu doang baper?". Ampun, deh!


Jadi serbasalah, ya, jadi seorang jomblo saat menghadiri pernikahan salah satu kerabat yang usianya lebih muda. Datang salah, gak datang apalagi. Siap-siap menebalkan mental dan telinga saja ya? Tetap semangat...

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us