Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kerap Tak Disadari, 6 Hal dari Dirimu Ini Bikin Kamu Gak Bahagia 

Pixabay.com/snbboy-1151139

Kita sering berpikir kita tidak bahagia karena tekanan dari hal-hal di luar sana. Itu ada benarnya. Namun tak jarang, ketidak bahagiaan justru muncul karena diri kita sendiri. Ya, cara kita memersepsikan dunia kemudian meresponsnya kadang tidak tepat dan kita tidak menyadarinya.

Apakah kamu termasuk yang nyaris sepanjang waktu merasa tidak bahagia? Jika ya, cek 6 hal berikut ini yang mungkin bikin kamu gak bahagia sekalipun di luar sana segala sesuatunya sebenarnya baik-baik saja.

1.Memaksakan diri untuk menyukai yang kamu tahu kamu tidak akan pernah bisa menyukainya

Pixabay.com/mitjaudochkin-7586238

Benar bahwa manusia punya kemampuan beradaptasi yang sangat hebat. Akan tetapi beradaptasi bukan berarti memberangus perasaanmu sendiri. Jika kamu terus memaksakan diri, perasaanmu malah berubah dari sekadar tidak suka menjadi benci sekali.

2.Mati-matian menampilkan keramahan dan keceriaan saat sebenarnya kamu sedang amat sedih

Unsplash.com/thesollers

Kalau awan hitamnya sudah amat tebal, tidak ada gunanya berusaha menutupinya dengan apa pun dan meyakinkan diri sendiri maupun orang lain bahwa hari ini langit cerah sekali. Biarkan saja hujan turun. Dengan begitu, langitmu justru akan lekas bersih kembali, tanamanmu tumbuh lebih baik, dan udara yang kamu hirup terasa jauh lebih segar. Tidak ada yang buruk dari mengakui kesedihanmu.

3.Yakin hidup semua orang lebih baik daripada hidupmu

Pixabay.com/Free-Photos-242387

Hidupmu memang tidak sempurna. Namun percayalah, hidup semua orang juga begitu. Jadi, berhentilah merasa nasibmu paling mengenaskan dan cobalah bergaul dengan lebih banyak orang secara lebih mendalam. Kamu akan mengerti hidupmu baik-baik saja dan selalu ada yang bisa kamu syukuri dari hidupmu.

4.Mengkritik segala hal tanpa melakukan tindakan nyata untuk memperbaikinya

Pixabay.com/Simedblack-5480894

Dunia ini memang butuh kritikus. Namun kalau kamu hanya sibuk mengkritik, tidak diimbangi dengan peran nyata untuk membuat perbaikan-perbaikan, kamu hanya sedang membebani dirimu sendiri. Kritikanmu tidak akan didengar siapa pun. Atau didengar tetapi kemudian diabaikan.

Kritikanmu hanya seperti suara yang terngiang dalam kepalamu dan membuatnya terasa penuh sesak. Di matamu dunia penuh ketidak mampuan dan herannya, orang-orang bisa menikmatinya. Hanya kamu yang tidak. Ada apa dengan dunia atau lebih tepatnya, ada apa denganmu?

5.Tidak pernah berani menjadi diri sendiri demi penerimaan sekelompok orang

Unsplash.com/invictar1997

Penerimaan sosial penting. Namun yang lebih penting lagi adalah penerimaan oleh siapa yang kamu harapkan? Jika kamu nyaris tidak pernah bisa diterima oleh siapa pun, mungkin ada yang keliru dari dirimu.

Akan tetapi jika kamu sampai tidak berani menjadi dirimu sendiri hanya agar diterima oleh sekelompok temanmu yang mungkin kamu anggap keren sekali, kamu harus benar-benar memikirkan kembali arti pertemanan. Pertemanan yang sehat seharusnya justru membuatmu makin nyaman menjadi dirimu sendiri.

6.Hidup saat ini, berjuang untuk masa depan, tetapi tak henti-hentinya meributkan masa lalu

Pixabay.com/Peggy_Marco-1553824

Yang sudah berlalu tidak untuk diributkan lagi dan lagi. Jika kamu melakukan yang sebaliknya, kamu akan menjadi orang yang tidak pernah selesai bergulat dengan masa lalu. Kamu akan merasa amat lelah, jauh lebih lelah ketimbang jika kamu bekerja sekeras-sekerasnya demi masa depan.

Terus maju, tak perlu menengok ke belakang lagi. Hiduplah sepenuhnya hari ini dan berjuanglah untuk masa depan yang lebih baik.

Kamu ingin bahagia, mulailah dengan tidak lagi melakukan keenam hal di atas. Kebahagiaan itu dekat, selalu lebih dekat daripada kesedihan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us