Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Umum yang Dilakukan Overthinker saat Mengambil Keputusan

ilustrasi overthinking
ilustrasi overthinking (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Terjebak dalam perfeksionisme yang tidak realistis
  • Fokus berlebihan pada kemungkinan terburuk
  • Mengumpulkan terlalu banyak informasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berpikir sebelum bertindak adalah hal yang baik, bahkan penting. Namun, ketika proses berpikir berubah menjadi lingkaran tidak berujung, justru overthinking mengambil alih. Kita Terjebak dalam pikiran yang dipenuhi keraguan, analisis berlebihan, dan simulasi skenario yang terus berputar dalam kepala.

Pada akhirnya, keputusan kecil bisa terasa seperti ujian hidup. Adapun keputusan besar terasa seperti ancaman yang harus dihindari. Berikut adalah 5 kesalahan umum yang sering dilakukan oleh overthinker saat mengambil keputusan. Mari sadari!

1. Terjebak dalam perfeksionisme yang tidak realistis

ilustrasi sosok perfeksionis
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tidak dapat dimungkiri jika seorang overthinker justru kerap melakukan kesalahan. Salah satu kesalahan paling terasa adalah dorongan perfeksionis yang tidak sesuai kenyataan. Overthinker sering merasa bahwa keputusan harus sempurna.

Tidak boleh ada celah, konsekuensi buruk, atau kemungkinan penyesalan. Padahal, keputusan dalam hidup jarang sekali hitam-putih. Perfeksionisme ini membuat proses memilih terasa seperti menghindari jebakan, bukan memilih peluang.

2. Fokus berlebihan pada kemungkinan terburuk

ilustrasi merasa cemas
ilustrasi merasa cemas (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Overthinker cenderung memberi panggung utama pada skenario paling buruk. Meskipun peluang buruk tersebut sebenarnya sangat kecil. Pikiran membayangkan bagaimana seandainya gagal, seandainya salah pilih, bahkan seandainya dinilai menjadi yang paling buruk.

Ketakutan ini membuat keputusan terasa berbahaya. Padahal banyak hal dalam hidup adalah eksperimen, bukan final. Semakin lama fokus pada kemungkinan buruk, semakin kecil ruang bagi pilihan yang realistis atau hasil baik yang juga mungkin terjadi.

3. Mengumpulkan terlalu banyak informasi

ilustrasi media sosial
ilustrasi media sosial (pexels.com/dlxmedia.hu)

Informasi seharusnya membantu membuat keputusan. Tapi bagi overthinker, informasi bisa menjadi sumber kebingungan baru. Semakin banyak data, perspektif, opini, atau referensi yang dikumpulkan, semakin berat proses memilih.

Efek ini membuat seseorang terjebak analisis berlebihan. Pikiran merasa harus memahami setiap detail sebelum bisa melangkah. Keputusan besar memang butuh pertimbangan, tetapi terlalu banyak informasi justru bisa memblokir tindakan.

4. Membandingkan diri atau pilihan dengan standar orang lain

ilustrasi membandingkan diri
ilustrasi membandingkan diri (pexels.com/Cottonbro studio)

Banyak overthinker terjebak membandingkan keputusan mereka dengan orang lain. Seperti membandingkan pilihan hidup, keputusan yang sedang diambil, bahkan membandingkan standar kebahagiaan.

Tentu saja ini menciptakan kebisingan berpikir. Padahal setiap orang punya konteks hidup yang berbeda. Baik itu sumber daya, nilai, tujuan, bahkan batasan yang tidak bisa disamaratakan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang selaras dengan diri sendiri, bukan yang terlihat paling mengesankan secara sosial.

5. Menunggu waktu yang tepat, padahal tidak pernah datang

ilustrasi merasa bosan
ilustrasi merasa bosan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak keputusan penting tertunda dengan alasan “nanti saja, sampai aku lebih yakin”. Atau “ tunggu momentumnya”. Sayangnya, waktu ideal seringkali hanyalah ilusi. Waktu yang dianggap tepat tidak benar-benar terjadi kecuali kita mau bertindak.

Ada keputusan yang memang membutuhkan timing. Tetapi banyak juga yang justru membutuhkan keberanian untuk dimulai, meski belum seratus persen siap. Pada akhirnya, tidak memilih juga adalah pilihan, dan sering kali membawa lebih banyak penyesalan daripada mencoba lalu belajar dari hasilnya.

Mengambil keputusan bukan soal memastikan semua berjalan sempurna. Melainkan memilih arah, mengambil tanggung jawab, lalu menyesuaikan diri sepanjang perjalanan. Tidak ada yang benar-benar tahu 100% apa yang akan terjadi, bahkan dengan rencana yang matang. Kita perlu memberi diri sendiri beri ruang untuk ketidakpastian. Karena di situlah kita justru bisa tumbuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tips Kenalkan Adik Bayi Baru Tanpa Bikin Kakak Tersaingi

23 Nov 2025, 21:28 WIBLife