Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kintsugi, Filosofi yang Mengajarkan Keindahan pada Ketidaksempurnaan

ilustrasi keramik (unsplash.com/Vladimir Gladkov)
ilustrasi keramik (unsplash.com/Vladimir Gladkov)

Ketika mendengar kata ‘kintsugi,’ mungkin kita langsung berpikir tentang potongan keramik yang retak dan tersambung dengan garis-garis emas yang memikat. Namun, kintsugi bukan sekadar teknik memperbaiki barang rusak, lho, melainkan sebuah filosofi yang dalam.

Berasal dari Jepang, kintsugi mengajarkan bahwa keindahan sejati justru ada pada ketidaksempurnaan. Filosofi ini mengajak kita untuk melihat keretakan, kegagalan, dan kerusakan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang patut diterima, bahkan dihargai. Dengan mengadopsi konsep kintsugi dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa lebih menghargai setiap momen dan menemukan makna di balik setiap luka yang pernah dialami.

Berikut adalah beberapa poin penting dari filosofi kintsugi yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Menghargai setiap bekas luka sebagai bagian dari perjalanan hidup

ilustrasi pecahan keramik (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi pecahan keramik (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Alih-alih menyembunyikan atau merasa malu dengan kegagalan dan kesulitan yang pernah dialami, filosofi kintsugi mengajarkan kita untuk merangkulnya. Setiap luka atau pengalaman sulit adalah bagian dari proses pembelajaran yang membuatmu menjadi lebih kuat.

Dalam kintsugi, retakan pada keramik gak ditutup atau disamarkan, melainkan diisi dengan emas agar semakin terlihat. Begitu juga dalam hidup, segala luka batin yang pernah kamu alami bisa menjadi bagian yang memperkaya kepribadian. Kamu jadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijak berkat pengalaman tersebut.

2. Memperbaiki, bukan membuang

ilustrasi menjahit baju (pexels.com/Teona Swift)
ilustrasi menjahit baju (pexels.com/Teona Swift)

Di era serba cepat ini, barang rusak seringnya langsung dibuang dan diganti yang baru. Kintsugi justru mengajarkan kita untuk lebih menghargai barang dengan cara memperbaikinya. Alih-alih berfokus pada ‘kegagalan’ barang tersebut, kita diajak melihat bahwa barang yang diperbaiki punya nilai lebih.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kita bisa menerapkan prinsip ini dengan memperbaiki pakaian, perabot, atau barang lain yang masih bisa digunakan. Dengan begitu, kamu gak hanya berhemat, tapi juga mendukung gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

3. Menemukan kecantikan dalam ketidaksempurnaan

ilustrasi pria memegang cermin (unsplash.com/Fares Hamouche)
ilustrasi pria memegang cermin (unsplash.com/Fares Hamouche)

Banyak orang yang merasa gak puas dengan diri sendiri atau kehidupannya karena standar kesempurnaan yang tinggi. Padahal, kintsugi mengajarkan bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari keindahan itu sendiri. Setiap retakan, goresan, atau bahkan kekurangan yang kamu miliki justru yang membuatmu unik.

Seperti halnya barang kintsugi yang dihiasi emas pada bagian retaknya, kamu pun bisa ‘bercahaya’ dengan menerima dan menghargai segala kekurangan yang ada. Jadi, jangan merasa minder dengan apa yang kamu anggap sebagai kekurangan, karena justru di sanalah letak kecantikanmu.

4. Mengadopsi gaya hidup lebih ramah lingkungan

ilustrasi DIY dekorasi rumah (pexels.com/Brett Sayles)
ilustrasi DIY dekorasi rumah (pexels.com/Brett Sayles)

Kintsugi adalah salah satu bentuk seni yang sangat berkelanjutan, karena mengedepankan perbaikan daripada penggantian. Filosofi ini relevan di tengah upaya global untuk hidup lebih ramah lingkungan.

Dengan memperbaiki barang-barang daripada terus membeli yang baru, kamu ikut mengurangi limbah dan menjaga kelestarian lingkungan. Misalnya, kamu bisa mempraktikkan prinsip kintsugi dengan memperbaiki pakaian yang rusak, atau dengan mendaur ulang barang-barang yang gak terpakai menjadi sesuatu yang bermanfaat.

5. Menyadari bahwa setiap 'kerusakan' punya cerita

ilustrasi merenung (pexels.com/Rio Kuncoro)
ilustrasi merenung (pexels.com/Rio Kuncoro)

Setiap retakan dalam kintsugi menyimpan cerita tersendiri, begitu pula dalam hidup. Kerusakan atau kegagalan bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tapi sebaliknya, bisa menjadi bagian dari cerita hidup yang berharga.

Saat kamu terbuka dan jujur dengan segala tantangan yang pernah dihadapi, orang lain pun bisa melihat perjalananmu yang sebenarnya. Ini bisa menginspirasi orang lain dan membuatmu lebih dihargai karena keberanianmu untuk terus maju meskipun melalui masa-masa sulit.

6. Memberikan makna baru pada hal-hal yang terlupakan

ilustrasi kumpul keluarga (pexels.com/fauxels)
ilustrasi kumpul keluarga (pexels.com/fauxels)

Kintsugi memberikan kehidupan baru pada barang-barang yang rusak, seolah-olah menghidupkan kembali sesuatu yang sudah gak berguna. Filosofi ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari barang sehari-hari hingga hubungan yang sempat renggang.

Misalnya, barang-barang lama di rumah bisa diubah menjadi dekorasi unik, atau hubungan dengan seseorang yang sempat renggang bisa diperbaiki dengan cara yang berbeda. Dengan memberikan makna baru, kamu bisa melihat kembali hal-hal yang sempat terlupakan dengan cara yang lebih positif.

7. Mengajarkan kesabaran dalam menghadapi proses penyembuhan

ilustrasi rileks (pexels.com/Leah Kelley)
ilustrasi rileks (pexels.com/Leah Kelley)

Proses kintsugi membutuhkan kesabaran yang tinggi, mulai dari membersihkan potongan keramik hingga mengisinya dengan emas. Hal ini mengajarkan bahwa penyembuhan, baik secara fisik maupun emosional, adalah proses yang membutuhkan waktu. Kamu gak bisa memaksakan diri untuk segera baik-baik saja setelah menghadapi permasalahan atau kehilangan.

Sebaliknya, izinkan diri untuk melalui setiap tahap dengan tenang, dan percaya bahwa hasil akhirnya akan membawa keindahan baru pada hidupmu. Setiap retakan yang kamu sembuhkan adalah bagian dari proses yang membentuk dirimu menjadi lebih utuh.

Filosofi kintsugi memberikan sudut pandang baru dalam melihat ketidaksempurnaan dan kegagalan. Ketika kamu mulai menerima bahwa hidup gak harus sempurna, kamu akan merasa lebih tenang dan bahagia.

Di balik setiap luka dan keretakan, ada pelajaran berharga yang menunggu untuk dipahami. Ingatlah bahwa setiap ketidaksempurnaan adalah bagian dari perjalanan yang membuatmu lebih bernilai dan unik. Jadi, mari hargai setiap bagian dari dirimu, termasuk retakan-retakan yang ada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
L A L A .
EditorL A L A .
Follow Us