Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kiprah Dua Perempuan Muda Berkarya di Dunia Investasi

Richelle Sunjoto dan Rachelle Viensisca (linkedin.com/Richelle S | dok. Pribadi)
Richelle Sunjoto dan Rachelle Viensisca (linkedin.com/Richelle S | dok. Pribadi)
Intinya sih...
  • Perempuan muda punya potensi besar dalam investasi, seperti Richelle dan Rachelle dari CAK Investment Club. Mereka membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk sukses di bidang finansial.
  • Kedua perempuan muda ini telah berhasil bergabung dengan CAK Investment Club dan menciptakan berbagai konten yang berdampak. Mereka juga berhasil membangun komunitas dengan puluhan ribu pengikut.
  • Literasi finansial merupakan bekal penting bagi generasi muda. CAK Investment Club hadir sebagai wadah untuk mengasah keterampilan dalam dunia finansial, terutama untuk anak muda yang ingin belajar investasi lebih dalam.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Selama ini, dunia investasi sering kali didominasi laki-laki. Namun, bukan berarti perempuan tidak mampu bersaing bahkan unggul di bidang ini. Faktanya, kini banyak perempuan bisa membuktikan diri dan punya potensi besar untuk meraih kesuksesan di dunia investasi.

“Laki-laki lebih cocok bekerja di dunia finansial.”

“Anak muda gak paham investasi.”

Kalimat di atas menyiratkan stereotip yang sering muncul di bidang finansial. Namun Founder dari CAK Investment Club, Cakra Praditya Himawan melihat dua top performer perempuan dalam timnya. Cakra memandang perempuan muda juga punya potensi besar untuk bersaing dalam dunia finansial. 

Richelle Sunjoto dan Rachelle Viensisca merupakan dua perempuan muda yang berhasil membuktikan hal itu. Lewat CAK Investment Club yang berkembang jadi wadah pembelajaran investasi bagi generasi muda, Richelle dan Rachelle menunjukkan bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk jadi pemimpin, kreator, bahkan edukator di bidang finansial.

1. Dua perempuan muda di balik CAK Investment Club

Richelle Sunjoto (linkedin.com/Richelle S.)
Richelle Sunjoto (linkedin.com/Richelle S.)

Richelle Sunjoto dan Rachelle Viensisca merupakan dua perempuan muda, anggota dari Cak Investment Club. Richelle telah bergabung dengan CAK Investment Club pada tahun 2022 sebagai konten kreator dan talent. Sementara Rachelle baru bergabung dari Maret 2023 dan kini menjadi Head of Media di CAK Investment Club.

Sejak usia 16 tahun, Richelle mulai menapaki dunia profesional dan memilih untuk bekerja. Keinginan untuk memahami dunia saham mendorongnya mulai bekerja dengan membuat konten-konten seputar saham.

“Awalnya, aku pengen belajar, tapi gimana caranya untuk belajar? Aku coba kerjain dulu aja kerjaan yang meliputi saham, which is membuat konten-konten seputar ini (saham),” katanya.

Dengan ketertarikan yang serupa, Rachelle juga ingin mendalami saham. Masa COVID-19 merupakan peluang besar bagi keduanya untuk mempelajari dunia saham dan investasi lebih dalam lagi. 

“Menurutku, belajar saham itu bisa eksplor banyak hal. Bisa ngerti tentang kondisi ekonomi, bisnis, dan lain-lain,” ucap Rachelle kepada IDN Times secara daring (22/4/2025).

Tentunya, bukan hal yang mudah bagi mereka untuk membagi waktu antara kuliah dengan kegiatan-kegiatan nonakademik lainnya. Namun, Richelle dan Rachelle percaya semua hal bisa dilakukan asalkan mau dan mampu mengatur waktu dengan baik.

Topik seputar ekonomi dan investasi bukanlah topik yang umum dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi segelintir orang, investasi tampak penuh risiko dan rumit. Namun, Richelle dan Rachelle justru tertarik menekuni bidang ini karena melihat besarnya manfaat yang dihasilkan.

Investasi bukan sekadar uang, tapi pembelajaran hidup yang jauh lebih bermakna. Richelle jadi mengerti apa yang sedang terjadi di dunia dan bagaimana dampaknya bagi ekonomi atau bahkan politik di Indonesia.

“Dari segi bisnis, (kita belajar) cara ketemu orang, cara gimana bisa menjelaskan ke orang yang belum mengerti soal dunia finansial. Setelah dipelajari juga gak seribet itu. Dengan bisa mengerti dunia keunangan, kita bisa merambah ke banyak hal. Ngobrol sama orang ekonomi juga ngerti dan tahu apa yang sedang terjadi, gak cuma di Indonesia tapi globally karena semua dampaknya ke dunia keuangan,” terang Rachelle.

2. Perjalanan Richelle dan Rachelle di CAK Investment Club

Rachelle Viensisca (dok. Pribadi)
Rachelle Viensisca (dok. Pribadi)

Cak Investment Club (CIC) merupakan pekerjaan pertama Rachelle. Ia mengenal CIC sejak menduduki SMA. Richelle, di sisi lain, memiliki ketertarikan terhadap saham dari teman-temannya dan akhirnya menjadi talent untuk CIC. Richelle menceritakan bagaimana ia memulai perjalanan di CAK Investment Club dengan membuat berbagai konten.

Meski dalam tahap belajar, Richelle terlibat langsung dalam proses kreatif dengan melakukan riset, menulis, dan membaca tren. Bersama dengan timnya, Richelle berhasil menciptakan berbagai konten yang menjadi fondasi awal dan berdampak bagi orang lain. Richelle berkontribusi membangun akun Instagram CIC dari nol hingga mencapai lebih dari 10.000 pengikut, beserta TikTok dengan puluhan ribu pengikut. 

“Gak lepas juga tanpa enhancement yang sudah dilakukan oleh tim CAK terbaru yang sudah membuat komunitas,” ujar Richelle yang kini menjabat sebagai Marketing Project Manager di CAK Investment Club.

Menambahkan latar belakangnya, Rachelle menuturkan bagaimana perkembangan CIC sekarang. Dari media sosial, kini CAK Investment Club sudah mencapai puluhan ribu pengikut, sudah memiliki membership, hingga subgroup bersama CAK Youth.

“Kita udah mulai merambah ke anak-anak SMA buat ngajarin soal literasi finansial ke mereka. Udah ada produk yang membership, kelas-kelas. It takes a lot of effort untuk sampai ke CAK Investment yang sekarang. Dengan tim yang besar sekarang, kita berkontribusi besar membawa CIC sampai sekarang,” terang Rachelle.

“Saat ini, CAK Investment Club memiliki 31 individu berbakat dalam tim kami. Saya merasa terhormat dapat memberikan wadah bagi generasi muda yang memiliki minat di industri keuangan. Terlebih lagi, melihat para wanita muda seperti Richelle dan Rachelle mampu bersaing dan berprestasi di industri keuangan yang didominasi laki-laki, saya semakin yakin bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk sukses di bidang ini. Kepercayaan diri dan kompetensi adalah kunci utama,” ungkap Cakra Praditya Himawan, Founder CAK Investment Club.

3. CAK Investment Club jadi wadah untuk siapa pun memperkaya literasi finansial

Richelle Sunjoto di salah satu acara CAK Investment Club (linkedin.com/Richelle S)
Richelle Sunjoto di salah satu acara CAK Investment Club (linkedin.com/Richelle S)

CAK Investment Club hadir sebagai wadah bagi anak muda untuk mengasah keterampilan mereka, terlebih dalam dunia finansial. Tujuannya agar generasi muda lebih siap menghadapi dunia profesional, bahkan mendapatkan kesempatan magang di perusahaan ternama.

Hal tersebut juga disampaikan oleh Rachelle, “Founder-nya Cakra, dia punya misi sendiri. His personal mission buat kasih pembelajaran tentang dunia finansial. Zaman awal-awal pertama CIC, ada kayaknya masih sedikit di Indonesia, belum selumrah sekarang untuk orang investasi di saham.”

CAK Investment Club banyak memberikan informasi berbentuk konten, berita, maupun analisis. Audiens akan diarahkan ke grup WhatsApp untuk mendapatkan informasi seputar berita-berita terkait ekonomi dan investasi serta analisis. Lalu, ada grup khusus membership yang sifatnya lebih eksklusif karena bisa berdiskusi.

Saat ini juga, CAK Investment Club sedang menjalankan program CAK Youth, inisiasi untuk anak-anak SMA lebih mengenal dunia keuangan. Secara demografis, CIC banyak diminati oleh anak muda yang ingin mencari tahu informasi seputar investasi lebih dalam.

“Di membership justru lebih banyak profesional dari dunia keuangan, kebanyakan sekuritas. Jadi, kita bisa saling tukar insights, saling belajar dari satu sama lain, saling membangun komunitas yang memang fokus ke education,” imbuh Rachelle.

4. Soal finansial, perempuan cenderung lebih berhati-hati dan mempertimbangkan banyak hal

Rachelle Viensisca, anggota CAK Investment Club (dok. Pribadi/Rachelle Viensisca)
Rachelle Viensisca, anggota CAK Investment Club (dok. Pribadi/Rachelle Viensisca)

Ranah finansial atau investasi kerap didominasi laki-laki. Namun, bukan berarti perempuan tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bidang ini. Di komunitasnya, Cakra menilai Rachelle dan Richelle merupakan dua perempuan muda yang bisa memberikan angin segar dan peluang-peluang baru.

Rachelle berpendapat bahwa gak ada perbedaan besar antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja, khususnya di bidang finansial. Namun, ada pola pikir yang berbeda saat memasuki tahap eksekusi di pasar. Dia juga menyoroti bagaimana karakter perempuan dalam melakukan suatu hal.

“Misalkan, mau masukin investasi baru, cewek yang aku lihat itu lebih hati-hati dan lebih mikir. Tapi, kalau cowok sekalinya merasa bagus, mereka lebih berani untuk masuk ke posisi yang lebih besar. Cewek lebih banyak nunggu untuk memilih yang pas dan lebih banyak calculated risk-nya,” papar Rachelle.

Menurut Rachelle, bidang ini bisa dipelajari oleh semua orang. Banyak aplikasi yang bisa bantu kita lihat data atau rasio tanpa harus ngitung ribet kayak zaman dulu. Menurutnya, hal paling penting bukan skill teknis yang rumit, tapi kemampuan mengatur uang atau money management. Ini bukan cuma penting buat yang kerja di dunia finansial, tapi wajib buat semua orang, apa pun profesinya.

Sependapat dengan hal itu, Richelle mengatakan, “Kalau masuk ke dalam dunia investasi itu, mengajarkan banyak hal. Mulai dari manajemen risikonya, manajemen keuangannya kayak gimana. That’s why sebenarnya sekarang ini mungkin gak semua orang harus belajar sampai detail yang teknikal. Yang penting mereka ngerti prinsip-prinsipnya dan mereka bisa belajar along the way.”

Richelle melihat memang masih banyak analis yang cowok. Namun, ia mampu melihatnya dari sisi positif di mana perempuan jadi punya peluang besar menjadi sosok yang unggul di bidang finansial.

“Kenapa orang-orang melihat sebelah mata? Pasti karena mikirnya perempuan ini kebanyakan memakai feelings. Tapi sebenernya, ada juga hal-hal banyak dari perempuan yang kita bisa ambil dan juga kita bisa masukin dalam investment. Perempuan cenderung lebih detail. Mereka ini memikirkan secara long term dan bukan berarti orangnya gak berani untuk ambil resiko,” tutur Richelle.

Selama kerja, Rachelle gak pernah benar-benar merasa dipandang rendah. Justru, Rachelle merasa ia berada di lingkungan yang saling mendorong untuk belajar dan memberi insight.  

Menurutnya, perempuan masih jadi minoritas di industri ini, tapi justru hal itulah yang membuatnya semangat. Perempuan juga punya kemampuan analisa yang gak kalah tajam, bahkan bisa lebih stabil karena biasanya gak terlalu impulsif atau buru-buru ambil keputusan.

Jadi, investasi itu bukan sesuatu yang eksklusif, tapi bisa banget jadi bekal hidup semua orang.

5. Sukses gandeng banyak partner ternama di bidang finansial

Rachelle Viensisca (dok. Pribadi)
Rachelle Viensisca (dok. Pribadi)

Dari sisi founder, Cakra melihat kontribusi Rachelle yang cukup besar hingga berhasil menjalin kerjasama dengan beberapa institusi saham seperti Ajaib, Stockbit. Serta, berkolaborasi dengan Gotrade dan Pluang. Namun di balik itu, tentunya ada usaha Rachelle dan tim untuk membuat konten-konten yang ‘daging’.

“Aku sendiri selalu bikin konten yang ‘daging’ gitu. Kadang, aku nanya juga ke tim analis untuk bantuin bikin riset yang proper tentang satu saham atau kondisi ekonomi saat ini,” katanya.

Hasilnya ia olah dengan bahasa yang ringan dan lebih relatable supaya bisa menjangkau banyak audiens. Usahanya gak sia-sia dan berhasil dilirik oleh beberapa brand besar seperti Stockbit dan Syailendra Capital. 

Richelle menambahkan bahwa ia lebih fokus mengelola proyek bersama Syailendra Capital dalam membawa kampanye literasi keuangan untuk Gen Z dan Milenial. Lewat program seperti investment competition, mereka berusaha menumbuhkan minat belajar investasi yang serius di kalangan anak muda.

“Kita fokus kasih value, gimana kita bisa bikin orang-orang di komunitas sampai mereka bisa jalan sendiri untuk investasi dan punya komunitas yang memang buat bertukar pikiran bukan mendapatkan cuan dari saham aja,” tutur Rachelle.

6. Pandangan Richelle dan Rachelle tentang literasi finansial pada generasi muda

Richelle Sunjoto (linkedin.com/Richelle S.)
Richelle Sunjoto (linkedin.com/Richelle S.)

Literasi finansial merupakan bekal penting yang penting dimiliki semua orang. Terlebih, hidup di era digital saat ini justru mempermudah setiap orang untuk mengakses informasi.

Ironisnya, masih banyak anak muda yang lebih melek teknologi daripada melek finansial. Padahal, literasi finansial bukan soal investasi saja, melainkan prinsip dasar keuangan.

Richelle melihat sisi menarik dari kalangan anak muda yang lebih mudah kena FOMO (Fear of Missing Out) alias takut kehilangan tren. Contohnya, asal ikut yang dilakukan orang lain padahal belum sepenuhnya paham sehingga terlalu buru-buru dalam mengambil keputusan.

“Negatifnya mungkin lebih grasak-grusuk (terburu-buru), kayak gue ikut lo aja deh. Tapi kalau kita ambil dari sisi positifnya, orang-orang zaman sekarang, termasuk generasi muda itu, lebih eager to learn karena mereka takut merasa terlambat daripada yang lain karena sudah banyak yang jump in ke dunia investasi,” ucapnya. 

Rachelle justru melihat sisi positifnya dari masa-masa pandemik. Keterbatasan untuk keluar rumah membuat banyak orang melakukan banyak hal baru secara online, termasuk belajar finansial.

“Mereka memang lebih eager to learn karen FOMO. Tapi, kalau motivasinya salah, yang susah mungkin maintain mereka untuk belajar terus karena orang-orang yang FOMO pengennya cuan cepet. Kalau ada keputusan yang salah atau mereka gak punya tujuan investasi, ya sudah mereka tinggalin aja karena anak sekarang pengen yang instan,” sambung Rachelle.

Kini, yang dirasakan Richelle dan Rachelle bukan bagaimana mengenalkan sesuatu, tapi bagaimana membuat orang lain konsisten terhadap hal tersebut. Tantangan sebenarnya adalah mengajak anak muda untuk tetap mau dan terus belajar, tetapi juga sabar serta punya tujuan finansial yang jelas.

7. Richelle dan Rachelle punya prinsip atau value yang selalu dipegang teguh dalam menjalankan apa pun

ilustrasi investasi (unsplash.com/TabTrader.com)
ilustrasi investasi (unsplash.com/TabTrader.com)

Ketika masuk ke dunia investasi, kedua mahasiswa Universitas Prasetya Mulya ini punya keraguan dan ketakutan. Mereka mengaku punya ketakutan rugi saat investasi, tapi mereka mencoba menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran.

Richelle berkata, “Dari segi risiko, pasti segala hal juga ada risikonya. Kita lebih memilih ke investasi yang sesuai dengan profil risiko aja sih. Ibaratnya, we do what we think. Kita sudah tahu risikonya dari awal, then we have to know that. Kalau gak dicoba, kita gak akan pernah tahu.”

Selain itu, mereka berdua juga memiliki value atau prinsip yang selalu dipegang teguh dalam menjalankan apa pun. Buat Rachelle, ada dua prinsip yang membukakan banyak kesempatan untuknya,

“Pertama, say yes to everything. Walaupun takut dan a lot of pressure, try to say yes to everything itu bisa membuka banyak peluang. Sekalinya kita say no to something cuma karena takut, kita gak belajar dan bakal stuck di situ doang,” sebutnya.

Ia menambahkan, “Kedua, do your best aja. Mau gak bisa pun, tinggal fake it until you make it. Kalau misalkan salah, itu jadi pelajaran dan ke depannya. Pasti bisa belajar juga dari kesalahan itu dan gak akan melakukan kesalahan yang sama lagi." 

Richelle juga memiliki prinsip yang serupa. Baginya, belajar berkata “iya” dan berani mengambil tantangan adalah langkah yang penting dalam perkembangan dirinya.

Richelle percaya, melakukan yang terbaik dalam hal sekecil apa pun itu, akan membuat orang lain mengingatnya. Ketika orang melihat hasil kerja kerasnya, sangat memungkinkan suatu hari orang lain ingin bekerjasama dengannya. 

“Itu adalah satu prinsip yang I always hold in everything that I do, bahkan mungkin sekecil apa pun karena menurut aku every work itu pasti matters dan juga pasti ada dampaknya juga ke depannya,” lanjutnya. 

8. Kebiasaan finansial yang sehat dibangun dari cash flow yang sehat juga

ilustrasi uang (unsplash.com/Katt Yukawa)
ilustrasi uang (unsplash.com/Katt Yukawa)

Soal kebiasaan finansial yang sehat, Richelle dan Rachelle sependapat harus dimulai dari dini dengan cash flow yang sehat. Niat untuk memulai adalah hal yang penting buat Richelle. Setelahnya, kebiasaan ini bisa didukung oleh tools pembelajaran lain, seperti CIC atau komunitas lain untuk belajar finansial bersama.

Sementara itu, Rachelle menekankan pada pentingnya memiliki cash flow yang sehat. Menurutnya, lebih baik mengatur kondisi keuangan dulu sehari-hari sebelum memutuskan untuk investasi.

“Kalau memang ingin membangun strong financial foundation, yang pertama pasti harus belajar untuk mengatur uang yang dipegang sehari-hari. Jadi, cash flow-nya harus sehat, baru masuk ke investasi. Justru, investasi itu langkah terakhir dari personal finance yang panjang. Pertama, cash flow, lalu dana darurat, terus belajar pelan-pelan untuk investasi,” ucapnya.

Seseorang perlu memahami betul bagaimana cara mengatur uang dengan baik. Kalau ingin memulai investasi, bisa dimulai dari mencari tahu dan mempelajari mana instrumen investasi yang cocok.

“Sampai bisa punya uang dingin yang cukup, yang gak akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, itu baru boleh investasi,” saran Rachelle.

Sebagai perempuan, Richelle dan Rachelle percaya bahwa setiap orang dianugerahi oleh kemampuan dan bakat. Terlepas dari stereotype yang ada, perempuan yang keren versi Richelle adalah perempuan yang mau belajar dan mencoba apa pun itu.

“Cewek yang berdaya itu berani maju,” ungkap Richelle.

Rachelle menutupnya, “Perempuan yang keren itu mereka yang willing to try and do their best.”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Adyaning Raras Anggita Kumara
Febriyanti Revitasari
Adyaning Raras Anggita Kumara
EditorAdyaning Raras Anggita Kumara
Follow Us