Kisah Virgie, Akuntan yang Banting Setir Jadi Konselor Anak Muda

Nama lengkapnya Virginia Gunawan, biasa disapa sebagai kak Virgie. Saya pertama kali berkenalan dengannya ketika mengikuti training konseling yang dia adakan untuk masyarakat awam. Kini saya bekerja satu yayasan dengan kak Virgie, dan interaksi kami memungkinkan saya mengenal sosok perempuan kuat ini lebih dekat.
1. Membantu anak muda mewujudkan mimpi

Apa sih tugas seorang konselor itu? Seperti banyaknya salah kaprah stigma mengenai profesi tertentu, kak Virgie kerap dikira hanya bekerja menangani orang-orang dengan gangguan kejiwaan. Padahal ia punya mimpi lebih personal, yakni menolong anak muda Indonesia mewujudkan cita-cita mereka.
Ada banyak tantangan yang kita alami dalam proses meraih mimpi, termasuk hambatan secara psikologis. Celah ini dilihat oleh kak Virgie sebagai bidang yang belum banyak dikerjakan orang lain. Kak Virgie percaya bahwa terlepas dari apapun kondisi seseorang, mereka juga tetap berharga, punya potensi, dan layak untuk bercita-cita.
2. Panggilan hati sejak remaja

Menjadi konselor tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kak Virgie. Namun, sebenarnya ketertarikannya tentang manusia sudah tumbuh sejak remaja. Kak Virgie suka sekali membaca rubrik konsultasi dengan para psikolog yang ada di majalah-majalah dan surat kabar.
Dia juga selalu senang mendengarkan cerita-cerita orang lain. Dia tidak tahu jika ternyata minat tersebut bisa dikembangkan menjadi sebuah pilihan karier.
Jadi teman-teman, jika kamu punya ketertarikan spesifik mengenai hal tertentu, jangan ragu untuk mencari tahu kemungkinan profesi apa saja yang ada di sekitar bidang itu ya!
3. Lahir dalam keluarga yang tidak sempurna

"Walaupun kak Virgie bisa mengkonseling banyak orang dari berbagai usia, kenapa kakak mengkhususkan diri untuk melayani anak-anak muda?" tanyaku suatu kali. Kak Virgie pun bercerita bahwa dalam hidupnya. Masa terberat yang dia hadapi adalah saat masih kanak-kanak dan remaja.
Di umurnya yang baru 3 tahun, ayah kak Virgie meninggal dunia dan peristiwa itu sangat memengaruhi kondisi keluarga secara emosional maupun finansial. Meski akhirnya ibu kak Virgie menikah kembali, keluarga mereka yang baru juga tidak terlalu harmonis.
Di masa puber yang masih penuh gejolak, ditambah banyaknya cekcok di rumah, kak Virgie sempat mempertanyakan keadilan dan pemeliharaan Sang Pencipta akan kehidupannya. Itulah yang masih membekas di hatinya hingga kini setiap kali melihat anak-anak muda, apalagi yang berasal dari latar belakang kehidupan yang tidak baik-baik saja. Ia selalu berharap bisa membantu mereka untuk tetap berpengharapan akan masa depannya.
4. Banting setir dari dunia akuntansi

Sebelum bekerja sebagai konselor penuh waktu seperti sekarang, Kak Virgie pernah bekerja sebagai akuntan perusahaan sesuai jurusan S1-nya yaitu Ekonomi. Namun, belakangan ia menyadari bahwa bukan itu yang menjadi panggilan hatinya.
Kak Virgie lebih tergerak untuk membantu orang-orang bermasalah yang dijumpainya dalam keseharian. Sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengambil S2 Konseling.
Pilihan tersebut tidaklah mudah, bahkan harus melewati perdebatan sengit dengan orangtua, karena profesi kak Virgie yang terdahulu dianggap lebih menghasilkan. Demi tetap menjadi anak yang berbakti, jalan tengah yang diambil kak Virgie adalah tetap bekerja di perusahaan seraya meneruskan S2 sesuai visinya.
Ia juga gigih mencari beasiswa supaya pilihan pendidikannya tidak memberatkan keluarga. Setelah akhirnya lulus studi lanjutan, barulah kak Virgie bekerja sebagai konselor di sebuah yayasan sosial yang sesuai dengan impiannya.
5. Membangun yayasan sosial sendiri

Yang namanya panggilan hati tak menjamin prosesnya akan mulus dijalani tanpa hambatan sama sekali. Di tahun ke delapan kak Virgie menjadi konselor, yayasan tempat ia bekerja bubar karena satu dan lain hal. Pun demikian, kak Virgie tetap teguh mengerjakan panggilan hati meski situasi berubah sama sekali.
Berbekal pengalaman sebelumnya, tahun 2014 lalu ia merintis yayasan sosial bernama Yayasan Puzzle of Life. Kak Virgie membangun semuanya dari nol kembali, dan uniknya, pengalaman belajar di S1 Ekonomi tidak menjadi sia-sia. Karena ia menjadi mampu mengelola laporan keuangan yayasan secara mandiri.
Sesuai nama yayasan rintisannya, kak Virgie menyadari bahwa kehidupan kita memang tak ubahnya seperti serangkaian puzzle besar. Kadangkala kita tak mengerti maksud dan tujuan di balik potongan peristiwa yang terjadi, terutama jika puzzle hidup kita terlihat berantakan.
Namun, jangan langsung berhenti dan menyerah. Tetaplah berjalan seraya membantu orang lain, niscaya di hari depan kita akan melihat bagaimana rangkaian hidup kita saling berkaitan.