Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Hal Menarik Buku Kumpulan Puisi 'Gema Tanpa Sautan' Acep Zamzam Noor

buku kumpulan puisi Acep Zamzam Noor (dok.pribadi/Fifi Farikhatul)
buku kumpulan puisi Acep Zamzam Noor (dok.pribadi/Fifi Farikhatul)

Puisi adalah salah satu karya sastra yang banyak diminati berbagai kalangan. Puisi masih eksis dan tetap mempunyai tempat dihati penggemarnya. Banyak tokoh sastra yang berkiprah melalui puisi, salah satunya adalah Acep Zamzam Noor. 

Penyair berdarah Sunda ini sudah menciptakan lebih dari 19 buku bertajuk puisi baik bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda. Selain itu, Acep juga menulis esai sastra. Setiap buku Acep Zamzam Noor memiliki kesan yang berbeda, misalnya pada buku kumpulan puisi Gema Tanpa Sautan.

Ada hal menarik dalam buku Acep Zamzam Noor ini yang kadang tak disadari pembaca. Berikut 3 hal menarik dari buku Gema Tanpa Sautan Karya Acep Zamzam Noor.

1. Bait-baitnya ringkas

ilustrasi bait-bait puisi (pexels.com/Min An)
ilustrasi bait-bait puisi (pexels.com/Min An)

Puisi-puisi Acep Zamzam Noor dalam buku Gema Tanpa Sautan banyak dikemas menggunakan bait-bait pendek, ringkas. Beberapa puisi bahkan hanya terdiri dari 1-2 bait, misalnya dalam puisi Dialog Ranting dan Angin terdiri dari 2 bait, Dimensi terdiri dari 3 bait, Abad-abad Berlalu terdiri dari 2 bait dan masih banyak lagi. Puisi-puisi  Acep Zamzam Noor juga dibalut dengan bahasa singkat, padat yang ditata dengan promosi sempurna.

Meskipun terdapat beberapa puisi Acep dalam buku kumpulan puisi ini yang terdiri dari 20 bait. Acep tetap menyuguhkan dengan bahasa singkat, padat. Puisi-puisi itu diantaranya berjudul Chao Phraya terdiri dari 20 bait, Gema Tanpa sautan terdiri dari 16 bait, Hat yai, Khlong Hae, Wat Hat Yai Nai terdiri dari12 bait.

2. Metaforanya tidak berlebihan

ilustrasi orang membawa buku (pexels.com/Yaroslav Shuraev)
ilustrasi orang membawa buku (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Puisi sarat akan permainan bahasa, seperti majas, metafora, diksi dsb. Puisi-puisi Acep Zamzam Noor menggambarkan permainan bahasa yang sama sekali tak berlebihan. Bahasanya dekat dengan kehidupan, hingga cocok di baca siapa saja, baik yang sudah akrab dengan puisi maupun pembaca puisi awam.

Metafora dalam buku kumpulan puisi Gema Tanpa Sautan salah satunya ada pada sajak Membaca. Acep Zamzam Noor menggunakan gaya repetisi dengan penggunaan kata familiar yang dibungkus dengan istimewa. Penggunaan kata burung, garam, daun, embun, rindu, dan cinta menggambarkan kesederhanaan puisi-puisi Acep Zamzam Noor.

3. Kerinduan, kenangan, dan kehilangan

ilustrasi orang kesepian (pexels.com/Cottonbro Studio)
ilustrasi orang kesepian (pexels.com/Cottonbro Studio)

Puisi-puisi Acep Zamzam Noor dalam buku Gema Tanpa Sautan dibagi jadi tiga bab, yaitu "Tak Kunjung Sampai", "Terdengar dari Jauh", dan "Gema Tanpa Sautan". Setiap bab merujuk pada tema tertentu. Sub-bab Tak Kunjung Sampai mengangkat tema kerinduan. Misalnya pada sajak Kehilangan Jejak disebutkan "situs-situs rindu yang tergerus masa".

Sementara itu, sub-bab Terdengar dari Jauh mengangkat tema kenangan. Misalnya dalam sajak Kenangan disebutkan "kenangan seperti lintasan kereta api" Sub-bab Gema Tanpa Sautan mengangkat tema kehilangan. Seperti pada sajak Kelebatan Ingatan, disebutkan "kehilangan adalah seekor rama-rama".

4. Covernya eye-catching

cover buku kumpulan puisi 'Gema Tanpa Sautan' (dok.pribadi/Fifi Farikhatul)
cover buku kumpulan puisi 'Gema Tanpa Sautan' (dok.pribadi/Fifi Farikhatul)

Cover adalah salah satu aspek penting pada sebuah buku. Cover yang cantik serta mewakili isi buku dapat menambah kesan tersendiri bagi pembaca. Sama seperti cover yang dipilih Acep Zamzam Noor dalam buku kumpulan puisinya Gema Tanpa Sautan. 

Cover dengan background warna merah terang mewakili kesan berani. Selain itu, penambahan objek lain seperti bulan, kapal, rumput, dan batu-batuan mampu mewakili isi buku kumpulan puisi-puisi tersebut.

Melalui karya-karyanya, Acep Zamzam Noor menunjukkan kepiawaiannya sebagai penyair serta sastrawan. Rasanya buku-buku Acep Zamzam Noor perlu diulik lebih dalam lagi bagi para pecinta puisi maupun yang biasa-biasa saja. Namanya akan abadi dalam deretan penyair Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifina Budi
EditorArifina Budi
Follow Us