Memahami Arti Cancel Culture, Perlukah Diterapkan di Masyarakat?

- Cancel culture adalah perilaku menolak dan menghapus dukungan terhadap individu yang dianggap menyimpang dari norma atau pelanggaran moral.
- Budaya ini dapat membatasi karier dan perkembangan seseorang, terutama publik figur seperti selebriti, serta berdampak pada kehilangan karier, pendapatan, nama baik, dan popularitas.
- Untuk menghindari cancel culture, hindari unggah emosi negatif di media sosial, tingkatkan keterampilan komunikasi, akui kesalahan secara tulus, dan bangun persona yang sesuai dengan karakter asli.
Akhir-akhir ini kembali ramai istilah cancel culture yang digunakan untuk membatasi atau menghapuskan dukungan terhadap individu tertentu. Frasa tersebut kian populer digunakan berkat perkembangan media sosial.
Namun, apakah makna sebenarnya cancel culture dan bagaimana sikap ini dapat berdampak pada karier seseorang? Pahami istilah tersebut melalui artikel di bawah ini!
1. Memahami makna cancel culture

Menurut Cambridge Dictionary, cancel culture dimaknai sebagai perilaku dalam masyarakat atau kelompok tertentu untuk menolak dan berhenti memberi dukungan terhadap seseorang. Budaya ini populer dilakukan di media sosial setelah seseorang melakukan tindakan yang dianggap menyinggung, menyimpang dari norma, atau melakukan pelanggaran moral.
Cancel culture pertama kali digunakan pada 2016, menjadi budaya membatalkan atau menghapuskan dukungan terhadap individu maupun kelompok tertentu. Gagasan penghapusan atau pembatalan ini menjadi langkah kolektif untuk membatasi karier dan perkembangan seseorang, biasanya merujuk pada publik figur seperti selebriti.
Budaya ini banyak digunakan untuk menghapuskan dukungan terhadap selebriti yang dianggap melakukan tindakan kurang pantas. Penghapusan atau pembatalan dukungan ini dapat melingkupi seluruh aspek kehidupan dengan melakukan boikot atau menolak kerja sama terhadap orang tersebut.
2. Perlukah melakukan cancel culture? Ini dampak budaya pembatalan bagi publik figur dan masyarakat

Dampak dari budaya penghapusan ini telah dirasakan oleh berbagai tokoh publik, seperti artis, penulis buku, hingga politikus. Akibatnya pun tak bisa dianggap remeh. Seseorang yang menerima perlakuan ini dapat kehilangan karier, pendapatan, nama baik hingga popularitasnya.
Lindsey Toler, public health professional dalam Verywell Mind menjelaskan, bahwa budaya pembatalan ini dapat menjadi pelajaran bagi banyak orang untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan bicara, utamanya di dunia maya. Hal ini juga menjadi perhatian serius bagi publik figur untuk lebih memahami konsekuensi atas suatu aksi yang menyimpang dari norma masyarakat.
Tentunya, cancel culture akan membuat orang berpikir berulang kali sebelum membagikan suatu tindakan atau pandangan. Budaya ini bisa mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab terhadap ungkapan yang sifatnya rasisme atau seksisme. Harapannya dengan menerapkan kultur ini norma dan aturan moral dalam masyarakat dapat tetap ditegakkan.
3. Hindari cancel culture dengan beberapa langkah pencegahan

Lindsey memberikan sejumlah saran untuk menghindari budaya cancel culture. Beberapa di antaranya, yaitu:
- Hindari mengunggah sesuatu di media sosial dalam kondisi emosi yang tidak stabil. Pastikan kamu mengunggah pernyataan, foto, video, atau melakukan suatu tindakan setelah mempertimbangkan resiko dan dampaknya
- Menjadi publik figur memerlukan keterampilan komunikasi yang baik, oleh karenanya tingkatkan skill tersebut baik melalui bantuan profesional maupun mengamati dari perilaku orang sekitar.
- Jika melakukan kesalahan, tak perlu mengelak dan bersikap defensif. Kamu bisa mengakui kekeliruan tersebut dan meminta maaf secara tulus pada publik
- Jadilah orang yang genuine dalam membangun persona di media sosial. Apabila membangun citra diri terlalu berbeda dengan karakter asli, itu akan membuatmu kesulitan. Dampaknya di masa depan, persona ini justru akan menjadi bumerang bagi diri sendiri.