Memulai Self Growth dari Mana? Tak Ada Kata Terlambat Asal Niat

Self growth atau pertumbuhan diri bukanlah sebuah hasil, melainkan proses yang seharusnya terus berlangsung seumur hidup. Jika kamu tidak menganggap penting self growth, maka hidupmu juga akan berjalan di tempat. Pertumbuhan pribadi ini jelas bukan tentang pertambahan ukuran fisik.
Namun meliputi aspek intelektual, emosi, karakter, serta kemampuanmu menjalin hubungan dan mengambil peran sosial. Pertumbuhan diri tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan formal dan peran pengajar. Kamu secara mandiri juga harus menyadari pentingnya memastikan dirimu tidak stuck dengan alasan tugasmu sekarang hanyalah mencari uang.
Mengabaikan pertumbuhan diri justru amat berbahaya untuk kehidupanmu ke depannya. Lalu dari mana kamu bisa memulai self growth? Bisakah kamu melakukannya sendiri atau harus ada mentor khusus yang membimbingmu? Jangan terpaku pada usia dan pekerjaanmu saat ini. Pertumbuhan diri secara bertahap dapat dimulai dari lima titik tolak berikut.
1. Dari kesadaran bahwa dunia terus berubah, imbangi atau tertinggal

Di usiamu saat ini yang mungkin masih di antara 20 hingga 35 tahun pun pasti sudah menyaksikan berbagai perubahan di dunia. Dahulu smartphone tidak ada kemudian ada dan teknologinya terus berkembang. Begitu pula digitalisasi di berbagai pelayanan publik seperti perbankan. Bahkan dulu hanya ada buku cetak, sedangkan sekarang buku digital makin banyak.
Demikian pula adanya mobil listrik dan sebagainya. Bumi tidak pernah berhenti berputar, begitu pula kehidupan manusia selalu mengalami perubahan. Dunia makin bergerak maju. Jika kamu mengabaikan self growth dan terlalu nyaman dengan posisi serta kemampuanmu hari ini, beberapa tahun lagi dirimu akan menjadi bagian dari orang-orang yang tertinggal.
Perubahan cara manusia hidup di dunia ini bukan untuk dikeluhkan. Kamu mesti berpikiran sangat terbuka agar mampu mempelajarinya dan beradaptasi. Bila dirimu tidak lagi dalam posisi meremehkan perubahan yang terus terjadi di muka bumi ini dan dalam berbagai aspek, inilah awal yang bagus untukmu bertumbuh. Kamu telah mau meninjau ke dalam diri maupun dunia di sekitarmu.
2. Dari keyakinan kamu punya kapasitas besar untuk terus belajar

Tidak ada orang yang terlalu bodoh untuk belajar. Apalagi kamu dalam kondisi yang cukup sehat jasmani dan rohani. Dirimu memang tak akan mampu menguasai seluruh ilmu yang ada di dunia ini. Akan tetapi, kamu pasti masih bisa secara bertahap terus mempelajari hal-hal yang terkait dengan bidang kerjamu saat ini, passion-mu, serta membentuk ulang karakter diri supaya makin baik.
Hindari terlalu banyak mengemukakan alasan seperti sifat manusia sulit diubah karena sudah bawaan dari lahir. Atau, kamu telah pusing mencari uang dan gak punya lagi sisa pikiran untuk mempelajari hal-hal baru. Semua itu hanyalah hambatan mental yang sebetulnya tidak nyata.
Untuk membuka kesadaranmu bahwa manusia mampu terus belajar, lihatlah pada orang-orang hebat yang di usia senjanya masih berkuliah atau berkiprah di bidangnya. Ini menunjukkan selama tidak ada cedera fatal pada organ otak atau kesehatan mental terganggu, manusia seperti spons raksasa yang selalu siap menyerap ilmu.
Tinggal kamu akan memperlakukan spons tersebut seperti apa. Apakah dirimu membiarkan spons terkena air sehingga air terus terserap olehnya? Atau, kamu terlalu sayang pada spons itu dengan cara yang keliru sehingga menutupnya rapat-rapat dalam sebuah stoples? Keluarkan sponsmu dan biarkan secara alami dirimu menjadi pemelajar yang tekun.
3. Dari hal-hal yang paling mudah dilakukan sekarang juga

Penundaan adalah musuh terbesar untuk pertumbuhan diri. Bertumbuh gak bisa nanti-nanti. Kalau tanaman dicabut dari media tanamnya kemudian dimasukkan ke wadah yang sangat tertutup, ia akan layu dan mati. Diri pun seperti itu. Bertumbuhlah sekarang juga dan jangan berfokus pada cara-cara yang terlalu sulit untukmu.
Misalnya, kamu kepayahan apabila setelah kesibukan kerja yang tinggi masih harus mengikuti seminar berjam-jam. Maka cukup belajar segala hal terkait self growth dari buku-buku yang dapat dibaca kapan pun dirimu ada waktu luang. Apabila membaca buku tebal pun rasanya kamu belum sanggup, turun ke artikel-artikel yang hanya memerlukan waktu 2 menit buat menyelesaikannya.
Demikian pula jika berubah drastis dari sifatmu yang pemarah menjadi penyabar terlampau menyusahkanmu. Kamu bisa latihan dulu untuk menguraikan alasan kenapa perlu marah? Bisakah stimulus yang sama direspons tanpa dirimu marah-marah? Apa yang akan terjadi seandainya kamu memutuskan untuk marah-marah atau bersikap lebih tenang?
Menumbuhkan diri bukan tentang berlari sekencang mungkin agar besok tahu-tahu kamu telah jauh lebih hebat daripada sekarang. Kalau dirimu tidak mampu berlari, berjalanlah. Jika berjalan pun sulit, merangkaklah. Apabila merangkak juga melelahkanmu, geser dudukmu perlahan-lahan. Lebih baik kamu melakukan langkah kecil yang mudah tetapi konsisten daripada terus menunda proses untuk menumbuhkan diri.
4. Dari berbagai pengalaman sendiri serta orang lain

Seperti disinggung di awal, self growth mempunyai banyak aspek. Maka proses menumbuhkan diri juga tidak hanya dapat dilakukan dengan belajar secara formal atau dari buku-buku. Pengalaman hidup pun termasuk sumber belajar untukmu dapat bertumbuh secara optimal. Baik pengalaman pribadimu maupun orang-orang di sekitarmu, semuanya merupakan ensiklopedia kehidupan.
Kalau kamu tidak pernah belajar dari pengalaman siapa pun, bisa-bisa seumur hidup dirimu selalu jatuh di lubang yang sama. Sebagai contoh, kamu pernah kehilangan pekerjaan karena kemampuan kerjamu dengan mudahnya dikalahkan oleh karyawan baru yang lebih muda. Atau, pekerjaan itu sekarang cukup ditangani oleh mesin yang lebih cepat.
Dari pengalaman ini kamu perlu belajar buat meningkatkan kemampuan kerja. Bukan sebatas menambah kecepatan kerja seperti balapan dengan mesin. Akan tetapi, dirimu harus mampu melakukan hal-hal yang lebih orisinal dan tidak dapat ditiru oleh mesin. Misalnya, AI atau Artificial Intelligence dikhawatirkan menggantikan pekerjaan menulis yang selama ini dilakukan manusia.
Namun, itu tidak akan terjadi apabila sebagai penulis kamu memiliki gaya menulis yang khas. Bukan dirimu sekadar memaparkan data atau informasi, melainkan juga membangun narasi. AI punya data dan informasi, tetapi manusia memiliki perspektif pribadi. Ini yang membuat tulisanmu seharusnya mempunyai gaya khas dan dirasakan secara berbeda pula oleh pembaca.
5. Dari kritik dan saran orang terhadapmu

Meski kritik yang keras terkadang terasa menyakitkan, berusaha menutup telinga rapat-rapat malah menghambat pertumbuhan diri. Terlepas suatu kritik disampaikan secara objektif atau sengaja buat menghancurkan mentalmu, selalu ada hal-hal yang bisa dipelajari. Contohnya, ketika seseorang menyebutmu terlalu bodoh untuk berada di posisimu sekarang.
Harga dirimu pasti runtuh ketika pertama kali mendengarnya. Tenangkan diri dulu, tetapi bersiaplah untuk menganalisis berbagai kemungkinan alasan dia menyebutmu begitu. Baik kamu akhirnya menemukan titik lemahmu yang membuatmu pantas disebut bodoh atau tidak, tak ada salahnya buat menjadi makin pintar dari waktu ke waktu.
Begitu pula ketika kamu disarankan untuk lebih mempelajari sesuatu terkait bidangmu. Sekalipun dirimu telah berpengalaman dan merasa tahu segalanya, ayo mempertanyakan lagi hal-hal yang masih kabur dalam benakmu. Kalau perlu buat daftar pertanyaannya, kemudian temukan jawabannya dari berbagai sumber.
Self growth sangat dipengaruhi oleh kemauanmu sendiri. Sebanyak apa pun cara dan kesempatan untukmu menumbuhkan diri, ini tak akan terjadi apabila kamu menganggapnya tidak perlu. Atau, dirimu masih terlalu banyak mengemukakan alasan yang membuat proses belajar gak kunjung dimulai. Jangan ditunda-tunda lagi, ya. Bertumbuhlah sekarang juga.