Mendengar Keluh-Kesah, Gotong Royong Buka Jalan Terang

Belum hilang dari ingatan kita semua betapa dahsyat dampak pandemik COVID-19 yang meluluhlantakkan hampir seluruh sektor kehidupan. Kegiatan ekonomi terhenti, bahkan perlahan mati tak berdaya. Toko, warung, hingga mal tutup karena adanya kebijakan pembatasan aktivitas.
“Saya harus bagaimana ini? Pendapatan sudah tidak ada. Pekerjaan apa yang bisa saya ambil untuk bertahan hidup?" keluhan seperti ini begitu sering terdengar saat itu. Warga perantau pun bingung, tidak tahu apakah harus pulang ke kampung atau tetap bertahan di perantauan.
Keluhan dan kegelisahan inilah yang akhirnya mengetuk hati Eri Kuncoro, seorang pemuda asal Yogyakarta, untuk bergerak. Ia merasa semua masalah tersebut harus dicarikan jalan keluar agar keadaan tidak semakin terpuruk. Namun, Eri bukanlah seorang pengusaha kaya yang bisa dengan mudah memberikan bantuan modal atau dana.
Lalu, bagaimana Eri dan kawan-kawannya bisa membantu warga, khususnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)? Simak kisah inspiratif Eri dalam menginisiasi gerakan bernama Yuk Tukoni untuk membantu UMKM, terutama yang bergerak di bidang kuliner di Yogyakarta.
1. Mendengar keluhan pedagang mi ayam favorit jadi awal gerakan Yuk Tukoni

Saat pandemik COVID-19 melanda, Eri sempat bertemu dengan pemilik Mie Ayam Pak Min, warung mi ayam favoritnya yang berada di daerah Baciro, Yogyakarta. Ia cukup terkejut ketika mendengar cerita bahwa warung mi ayam favoritnya itu terpaksa harus tutup karena sepinya pembeli.
Dengan raut muka sayu, Pak Min bercerita bahwa setelah warungnya tutup, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk bertahan hidup. Sempat terlintas dalam benaknya untuk kembali ke kampung halaman, namun tentu saja situasinya tidak jauh berbeda dengan yang ia alami di Yogyakarta.
Tak hanya Pak Min, pelaku UMKM kuliner lainnya pun mengalami nasib yang hampir sama akibat turunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Tidak ada pembeli, omzet nol, hanya tinggal menunggu waktu untuk benar-benar tutup. Eri pun merasa bahwa ia harus segera mencari jalan keluar agar para pelaku UMKM ini bisa tetap bertahan.
Baginya, solusi yang diambil harus memiliki strategi yang tidak biasa dan kreatif. Ia berpikir, bagaimana caranya agar makanan-makanan tersebut bisa sampai ke tangan konsumen tanpa harus membuat konsumen datang ke tempat penjual. Bersama Revo Suladasha dan beberapa temannya, ia kemudian menginisiasi sebuah gerakan yang diberi nama Yuk Tukoni.
Yuk Tukoni berasal dari kata dalam Bahasa Jawa tukoni yang berarti dibeli. Pada awalnya, Yuk Tukoni merupakan gerakan sederhana yang mengajak teman-teman dan orang-orang di sekitarnya untuk membeli produk UMKM, khususnya yang bergerak di bidang kuliner. Dengan gerakan ini, para pelaku UMKM tetap memiliki harapan karena masih ada yang membeli produk mereka.
2. Gotong-royong membuka jalan terang

Eri bersama Revo kemudian mengembangkan gerakan Yuk Tukoni menjadi sebuah sistem penjualan produk kuliner secara online. Agar makanan dapat bertahan lebih lama, Eri menerapkan konsep frozen food dalam proses penjualannya. Menurut pria dengan latar belakang marketing ini, dengan menjual produk dalam bentuk frozen food, para penjual tidak lagi khawatir produknya terbuang sia-sia ketika tidak ada pembeli.
Dalam menginisiasi gerakan Yuk Tukoni, Eri dan kawan-kawan menerapkan prinsip gotong royong untuk membantu pelaku UMKM. Mereka mengajak teman-temannya untuk berkontribusi sesuai dengan keahlian masing-masing demi mengembangkan produk kuliner para pelaku UMKM tersebut. Bersama timnya, Eri mengajarkan cara mengolah produk menjadi frozen food agar lebih tahan lama dan layak jual secara online.
Tidak hanya berhenti di situ, Eri juga mengedukasi mereka tentang cara membuat packaging yang aman dan higienis, sekaligus memotret produk agar terlihat menarik. Ia percaya bahwa perpaduan antara foto produk yang menggugah selera dan kemasan yang profesional akan menjadi senjata ampuh dalam penjualan secara online.
Tentu proses mengubah konsep jualan dari konvensional ke digital bukan tanpa kendala. Tidak semua pelaku UMKM saat itu akrab dengan teknologi. Keluhan seperti belum pernah berjualan online, tidak paham menggunakan gawai, hingga rasa takut tidak mampu mengikuti sistem digital, kerap ia dengar. Namun hal tersebut tidak membuat Eri dan tim Yuk Tukoni patah semangat. Justru, semua tantangan itu menjadi pemicu bagi mereka untuk terus beradaptasi dan mencari solusi.
Tanpa kenal lelah, Eri dan teman-temannya akhirnya membuat sistem penjualan berbasis konsinyasi melalui akun Instagram Yuk Tukoni. Dengan sistem ini, para pelaku UMKM cukup menitipkan produknya untuk dijual melalui platform tersebut.
Hasilnya, sistem ini terbukti sangat membantu, terutama bagi pelaku UMKM yang masih gagap teknologi. Senyum sumringah mulai kembali terlihat dari wajah Pak Min dan UMKM lainnya. Pesanan perlahan mengalir, bahkan beberapa produk mulai kehabisan stok hingga harus dibuka sistem pre-order.
3. Ketulusan dan keseriusan Eri bawa dampak positif

Eri memang bukan siapa-siapa. Nama Eri Kuncoro mungkin hanya dikenal oleh segelintir orang. Namun, ia mampu membuka jalan harapan bagi para pelaku UMKM yang terdampak pandemik COVID-19. Bukan kekayaan, bukan pula nama besar yang ia miliki, melainkan ketulusan dan keseriusan seorang Eri yang membuatnya mampu menginisiasi gerakan gotong royong bernama Yuk Tukoni.
Laki-laki yang hobi lari ini tidak pernah berharap meraup keuntungan dari gerakan ini. Tekadnya sederhana, bagaimana caranya agar Pak Min dan para pelaku UMKM lainnya di Yogyakarta bisa bertahan menghadapi gempuran dahsyat pandemik yang berkepanjangan. Tidak mudah memang, tetapi Eri berhasil membuktikan bahwa semangat gotong royong dan saling membantu dapat menjadi penyelamat di masa sulit.
Seiring perkembangannya, Yuk Tukoni tidak hanya merangkul para pelaku UMKM sebagai mitra, tetapi juga mulai merekrut tenaga kerja untuk mengisi posisi admin, tim packing, dan kurir guna mengelola pesanan yang terus meningkat. Menariknya, karyawan yang direkrut ini mayoritas berasal dari para pegawai yang sebelumnya kehilangan pekerjaan akibat pemutusan kontrak di masa pandemik.
Hal ini membuktikan bahwa gerakan Yuk Tukoni berhasil memberikan dampak nyata di Yogyakarta. Tidak hanya membantu UMKM bertahan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi mereka yang kehilangan mata pencaharian akibat pandemik COVID-19. Sebuah bukti bahwa gerakan kecil yang lahir dari ketulusan hati bisa menghadirkan perubahan besar bagi banyak orang.
Kini, Yuk Tukoni mampu berkembang dengan baik. Mereka tak hanya membuka toko online saja, tapi sudah memiliki beberapa toko offline. Dengan harapan, Yuk Tukoni bisa lebih banyak menjangkau pelanggan utamanya kalangan wisatawan.
4. Astra Indonesia apresiasi gerakan Yuk Tukoni

Keberhasilan Eri bersama kawan-kawannya di Yuk Tukoni rupanya menarik perhatian Astra Indonesia. Melalui program SATU Indonesia Awards 2020, Eri menerima apresiasi dalam kategori khusus "Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19". Penghargaan ini disambut dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan oleh Eri dan tim Yuk Tukoni. Bagaimana tidak, melalui SATU Indonesia Awards 2020, mereka tidak hanya mendapatkan pengakuan, tetapi juga berbagai manfaat seperti perluasan jaringan (networking) dan akses pelatihan untuk pengembangan gerakan mereka.
Dikutip dari IDN Times, Eri mengungkapkan bahwa hal terpenting yang ia dapatkan dari apresiasi ini adalah kesadaran akan pentingnya visi jangka panjang. “Dan yang terpenting adalah visi. Karena yang paling saya ingat adalah saat ditanya oleh panelis tujuan jangka panjangnya bagaimana,” ungkap Eri. Ia menyadari bahwa setiap gerakan, sekecil apa pun, harus memiliki visi yang jelas agar bisa terus bertahan dan memberikan manfaat lebih luas dalam jangka panjang.
Dalam kisah Eri Kuncoro dan Yuk Tukoni, kita belajar bahwa perubahan besar sering kali lahir dari langkah kecil yang dilakukan dengan semangat dan ketulusan. Ia tidak menunggu dikenal banyak orang, tidak memiliki panggung megah, dan tidak berbekal modal besar. Namun, Eri berhasil membuktikan bahwa gerakan seperti Yuk Tukoni bisa tumbuh hanya dari niat untuk membantu. Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 bukan hanya miliknya, tetapi menjadi simbol harapan bagi kita semua, bahwa siapa pun, dari mana pun, bisa berkarya dan membawa dampak positif bagi sesama.

















