Mengenal Fenomena Gen Z Stare dan Penyebabnya, Pahami!

Viral di TikTok dan beberapa platform media sosial tentang fenomena Gen Z stare. Istilah Gen Z stare merujuk pada tatapan kosong yang diberikan Gen Z ketika melakukan interaksi sosial dengan generasi yang lebih tua, seperti milenial atau boomer. Tatapan kosong selama beberapa detik ini biasanya berakhir menggantung dan membuat percakapan antar keduanya Gak berjalan lancar, nih.
Kisah di balik viralnya fenomena ini sederhana saja. Ada generasi yang lebih tua melakukan percakapan dengan Gen Z yang sedang bekerja di bagian pelayanan pelanggan. Kemudian, alih-alih mendapat penjelasan ketika mengajukan pertanyaan atau keluhan, generasi yang lebih tua ini justru diberi tatapan kosong oleh Gen Z, nih.
Sayangnya, generasi yang lebih tua menganggap Gen Z stare ini mengganggu dan berarti kemampuan sosial yang buruk. Lantas, benarkah Gen Z stare memang merupakan wujud ketidakpedulian, atau justru ada alasan lain di baliknya? Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang alasan di balik fenomena Gen Z stare.
1. Gen Z stare adalah hal wajar dari pekerja baru yang belum berpengalaman

Gen Z adalah orang-orang yang lahir antara tahun 1997-2012. Itu artinya Gen Z saat ini berusia sekitar 13-28 tahun dan baru saja masuk ke dunia kerja, nih.
Meg Jay, seorang psikolog klinis menyoroti fenomena Gen Z stare dan berpendapat bahwa tidak adil jika generasi yang lebih tua memberikan label kurangnya kompetensi sosial pada Gen Z hanya karena tatapan kosong. Banyak hal harus digali dari tatapan ini, termasuk salah satunya adalah karena Gen Z yang dimaksud sedang dalam tahap adaptasi pada pekerjaan barunya.
"Bagi sebagian besar karyawan muda, bekerja dengan orang-orang dari usia dan generasi yang berbeda adalah hal baru. Tatapan kosong yang diterima dari pekerja muda mungkin lebih menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang apa yang harus dilakukan dan rasa tidak percaya diri dalam bekerja, alih-alih menunjukkan bahwa mereka mencoba menjadi Gen Z secara pasif agresif," kata Jay, dikutip Business Insider.
Di sisi lain, majalah Forbes memberikan data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat bahwa 86 persen pekerja Gen Z justru menghargai pekerjaan mereka yang berorientasi pada tujuan. Itu artinya, stigma negatif terhadap Gen Z bisa jadi bukan merupakan wujud ketidakpedulian terhadap pekerjaannya atau kurangnya kemampuan sosial, melainkan karen karena alasan lain.
2. Gen Z stare merupakan kritik antar generasi yang wajar

Fenomena kritik antar generasi merupakan hal yang wajar. Kamu mungkin pernah mendengar nenek dan kakekmu mengeluh tentang generasi yang lebih muda, seperti orangtuamu. Atau sebaliknya, orangtuamu mungkin gak cuma sekali menyampaikan kritik pada generasimu.
Ellen Hendriksen, seorang psikolog perilaku dan spesialis kecemasan sosial mengungkapkan bahwa setiap generasi memang cenderung mengkritik generasi di bawahnya. So, fenomena Gen Z stare mungkin tidak semenakjubkan yang kamu bayangkan.
"Setiap generasi mengkritik generasi di bawahnya. Ini bukan hal yang baru," kata Hendriksen, dikutip Business Insider.
Megan Gerhardt, seorang profesor kepemimpinan di Universitas Miami dan pendiri Gentelligence.org mengungkapkan hal senada. Menurutnya, fenomena Gen Z stare ini hampir sama dengan millenial pause yang dulu sempat populer. Agar kamu tahu, millenial pause merupakan kritik pada generasi milenial yang terdiam ketika berinteraksi dengan generasi yang lebih tua.
3. Gen Z stare adalah akibat dari pola komunikasi yang berbeda

Pendekatan selanjutnya terhadap fenomena Gen Z stare adalah melalui pola komunikasi. Milenial dan generasi sebelumnya lebih banyak melakukan komunikasi langsung. Sedangkan Gen Z banyak mendapatkan kesempatan berkomunikasi secara online.
Kepala riset Vistage, Joe Galvin mengungkapkan dalam Forbes bahwa Gen Z stare sering disalah artikan sebagai bentuk ketidakpedulian. Padahal menurutnya, perlu pemahaman meluas termasuk tentang adanya kesenjangan generasi yang semakin besar dalam komunikasi.
Banyak ahli berpendpaat, bahwa bahwa Gen Z tidak yakin bagaimana cara berbasa-basi atau berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal. Hal ini sebagian besar merupakan akibat dari pandemik dan komunikasi lewat layar yang dilakukan Gen Z.
"Generasi Z memasuki dunia kerja di era yang diwarnai oleh layar, jarak sosial, dan komunikasi jarak jauh, dan perusahaan kini harus menutup kesenjangan pengalaman dengan orientasi dan dukungan yang berfokus pada empati, bukan penilaian," kata Sujay Saha, presiden Cortico-X, dikutip Forbes.
Alih-alih memberikan label buruk kepada Gen Z, Saha berpendapat perusahaan perlu memahami hal tersebut dan memberikan pemahaman serta pelatihan kepada karyawannya, terutama Gen Z. Harapannya, kesenjangan pola komunikasi antara Gen Z dan generasi di atasnya ini bisa dijembatani sehingga kinerja karyawan semakin baik.
Itulah penjelasan mengenai fenomena Gen Z stare. Semoga kamu memahami penyebab fenomena ini dan tidak serta merta memberikan penilaian negatif terhadap Gen Z, ya.