Tantangan Seorang Pengusaha Sekaligus Chef Saat Ramadan

Siapa bilang puasa menjadi hambatan berkarya? Apalagi yang berhubungan dengan masak-masakan siang hari? Kartika Dewi Nindita, yang biasa disapa dengan sapaan Tika. Wanita muda kelahiran Malang ini pemilik Crochet Cafe by QnunCrochet di Malang, Jawa Timur, sebuah kafe sekaligus wadah untuk para penggemar merajut. Ia berkomitmen tetap berkarya dan membuka kafenya selama bulan Ramadan. Alumnus Universitas Negeri Malang ini berbagi cerita dengan IDN Times tentang profesinya sebagai owner sekaligus chef di kafenya sendiri, desainer serta guru rajut, terutama saat menjalani ibadah puasa Ramadan.
Di saat banyak tempat makan tutup di siang hari, Tika memilih membuka kafenya.
Tika menceritakan sebagian besar kegiatan di kafenya adalah merajut, baik untuk mengerjakan pesanan ataupun menjadi guru kursus merajut. Jika ada waktu luang, Tika menggunakannya untuk mendesain produk rajutan model terbaru, terlepas dari melayani pelanggan kafenya yang ingin makan dan minum.
Bagaimana bisa yakin rasa masakan pas untuk pelanggan? Apa gak takut rasa berubah dan kehilangan pelanggan?
Menurut Tika, selama ini mereka memasak dengan bumbu yang sudah ditakar atau diukur. "Sehingga kualitas rasa Insya Allah tetap sama", ujarnya. Ia menambahkan, "Kalaupun harus mencicipi, ya tetap dicicipi saja di ujung lidah tetapi tidak ditelan. Semua kembali ke niat diri, untuk tidak melakukan sesuatu yang disengaja dapat membatalkan puasa."
Menurut Tika, memasak bukan halangan besar untuk tetap menjalani puasa Ramadan. Menurut dia, hal ini justru menjadi tantangannya selama puasa.
Banyak yang merasa terbantu karena Tika membuka kafe di siang hari selama Ramadan.
Tika mengatakan selama ini belum pernah ada yang komplain terkait keputusannya membuka kafe di siang hari selama Ramadan. Sesuai dengan anjuran pemerintah, mereka memasang kain putih di pagar kafe agar tidak terlihat dari luar sebagai upaya menghormati orang berpuasa. Mereka melayani pembelian makanan di tempat maupun take away. Salah satu alasan tetap buka juga karena banyak warga sekitar beragama non-muslim yang sudah menjadi langganan mereka. Banyak warung dan rumah makan tutup, sehingga mereka merasa terbantu karena kafe rajut tetap buka dari pagi.
Pelanggan kafe dan les rajut berasal dari berbagai kota dan luar negeri.
Sering mendapat sindiran karena profesinya "nyasar", tak sesuai dengan jurusan kuliahnya.
Lulusan jurusan Psikologi tersebut sering disindir karena menekuni profesi yang tidak sesuai dengan kuliahnya. Tika tak mau ambil pusing. Menurut dia, profesi dasarnya yakni mengajar. "Masih ada keterkaitan dengan kuliah saya, yakni keduanya sama-sama berinteraksi dengan manusia secara mendalam," katanya. Mengajar kelas merajut, kata dia, tidak semudah yang dibayangkan. Muridnya berasal dari berbagai kalangan, budaya, hingga usia. Dari usia 10 tahun hingga 70 tahun. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Sehingga harus menggunakan metode yang berbeda pula saat mengajarinya. "Seperti menghadapi anak kecil yang mudah bosan, atau nenek yang gengsi dan tidak mau digurui," ujar Tika.
Sebelum serius menekuni dunia rajut, Tika sempat mengajar seni untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Tak heran banyak yang memujinya sebagai guru yang sabar. "Kalau menurut saya, karena ilmu psikologi yang saya dapat sehingga saya memahami bagaimana menghadapi orang sesuai dengan karakternya," tuturnya. Kesenian merupakan passion Tika dan mengajar adalah profesi basic-nya. Sehingga, ia akan tetap menekuni kegiatan seni, khususnya kerajinan rajutan dan membagikan ilmunya kepada banyak orang.
"Buat teman-teman, jika ada yang menyinggung profesi saat ini tidak linier dengan kuliah yang dijalani, jangan risau. Karena Tuhan sudah mengatur jalan hidupmu. Jangan mengabaikan bakat dan minatmu karena potensi itu pemberian dari Tuhan yang harus dikembangkan. Walapun hanya sekedar hobi, jika ditekuni sejak dini, hasilnya Insya Allah bisa dipetik saat tua nanti. Bisa saja teman-teman menemukan suatu pengalaman berharga dari profesi saat ini, dan bisa dijadikan nilai tambah saat kembali ke profesi yang linier suatu saat nanti," Tika berpesan melalui IDN Times.
Tika membagi rahasianya agar tetap berkarya secara aktif dan produktif bulan Ramadan.
"Tetaplah beraktifitas seperti biasa, bahkan usahakan untuk lebih produktif, kreatif dan inovatif. Karena di Bulan Ramadan, segala ikhtiar dan usaha yang baik, baik mencari rezeki ataupun menimba ilmu, Insya Allah mendapat berkah dan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Jangan sampai rasa malas mematikan semangat untuk berkarya. Dan satu hal penting juga, bantulah orang-orang di sekitar yang mmbutuhkan uluran tangan kita. Insya Allah kita akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat suatu saat nanti."
Wanita muda inspiratif ini membuktikan pada kita bahwa Bulan Ramadan justru bisa menjadi berkah yang luar biasa dan penggemblengan karakter yang baik. Kamu sendiri bagaimana? Terinspirasi untuk semakin produktif, kreatif dan inovatif? Harus dong, karena Tika sudah menunjukkannya bahwa itu bisa!