Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Miliki 6 Cara Berpikir Ini untuk Modal Membangun Masa Depan

ilustrasi membayangkan masa depan (pexels.com/1166197)

Masa depan yang gemilang diawali dari cara berpikir yang baik. Mustahil untukmu dapat berhasil di masa depan jika kamu selalu diliputi pesimisme dan keraguan dalam melangkah.

Jangan pula berpikir masa depan yang cerah hanyalah soal untung-untungan, tak ubahnya pengundian hadiah. Padahal, di balik pengundian juga selalu ada ikhtiar.

Orang yang paling banyak mengirimkan kupon memiliki peluang paling besar untuk memenangkannya. Begitu pula dengan masa depan cerah yang menjadi harapanmu. Tambah peluangmu dengan sejak dini memiliki cara berpikir sebagai berikut:

1. Gak perlu meributkan hal-hal yang tidak dimiliki, kamu dapat berjuang mulai dari mana pun

ilustrasi pria dengan sepedanya (pexels.com/1166197)

Singkirkan rasa mindermu ketika melihat teman-teman yang sepertinya memiliki modal besar untuk sukses di kemudian hari. Misalnya, mereka berasal dari keluarga berada dan selalu kompak dalam memberikan dukungan.

Sedang kamu gak punya apa-apa, baik relasi maupun harta. Jangan termakan pendapat banyak orang yang memperkirakan kamu akan kalah dari teman-temanmu, ya!

Mereka gak tahu apa-apa soal masa depanmu bahkan masa depan mereka sendiri. Pembalap yang hebat akan tetap mampu mengalahkan lawannya sekalipun titik start mereka berbeda.

2. Jangan terlalu memikirkan satu kegagalan, kamu masih harus menghadapinya lebih banyak lagi

ilustrasi kesedihan (pexels.com/sebastien-dottin-33203565)

Ya, jalan menuju masa depan yang cerah adalah hamparan kegagalan. Artinya, kamu harus terlebih dahulu mau mengarungi semua kegagalan itu.

Bukan malah bersikap anti yang ditunjukkan dengan mudahnya kamu ingin menyerah. Bukankah tidak ada yang melarangmu untuk mencoba sekali lagi dan sekali lagi?

Kalau dunia saja selalu memberimu kesempatan untuk kembali mencoba, kenapa kamu sendiri yang menutup pintu kesempatan untukmu berhasil di percobaan yang kesekian? Belajarlah menganggap kegagalan sebagai hal yang wajar.

3. Menyerah bukanlah jawaban atas rasa lelahmu, kamu cuma butuh beristirahat sebentar

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/michael-burrows)

Selama membangun masa depan yang cerah, lelah adalah temanmu yang paling setia. Maknanya, rasa lelah itu akan selalu menemanimu. Ia lebih setia daripada temanmu yang mana pun.

Namun apakah itu berarti kamu harus menyerah? Bila kamu menyerah, kelak kamu coba memperjuangkan apa pun pasti kamu juga akan menyerah lagi. Ayo, sudah waktunya untuk menguatkan mentalmu.

Kamu hanya membutuhkan jeda dari kerja keras yang menguras tenaga. Jeda tidak sama dengan berhenti untuk selamanya. Pun memilih menyerah cuma akan membuatmu menyesal di kemudian hari.

4. Harapan selalu ada sejauh kamu berusaha, jadi jangan berhenti

ilustrasi menyambut hari (pexels.com/masharaymers)

Setiap usaha yang kamu lakukan sama dengan pedal sepeda yang dikayuh. Sepanjang pedal itu dikayuh, tentu sepedamu akan bergerak maju.

Sebaliknya jika kamu berhenti mengayuh, kamu otomatis berhenti bahkan terjatuh. Maka mustahil untukmu dapat merasa memiliki harapan apabila kamu berpangku tangan saja.

Makin kamu diam, kamu akan makin merasa hopeless. Bahkan sekalipun kondisinya sebenarnya penuh kemungkinan positif, kamu akan tetap merasa gak ada harapan lagi.

5. Hargailah setiap bentuk dukungan dari orang-orang di sekitarmu karena kamu gak dapat berjuang sendirian

ilustrasi tim (pexels.com/rodnae-prod)

Kadang, tanpa sadar kamu hanya menghargai bentuk dukungan yang sesuai dengan harapanmu. Misalnya, kamu butuh modal berupa uang untuk memulai usaha.

Kamu hanya akan kesal ketika seseorang berkata, "Semangat ya, semoga nanti kamu bisa dapetin uangnya." Kamu maunya orang datang langsung memberimu uang.

Masih mending jika kamu diam saja. Bila kamu lepas kontrol dan menyahut dengan ketus, "Gimana aku bisa semangat kalau uangnya aja gak ada? Gak usah sok baik deh, mampu bantu aja gak," dia pasti akan sakit hati.

Apa pun bentuk dukungan orang lain untukmu, tetaplah berterima kasih. Bukankah ada lebih banyak lagi orang yang sama sekali gak peduli padamu? Apabila kamu pintar berterima kasih, dia pasti mendoakan yang terbaik untuk masa depanmu.

6. Kadang kamu harus menunggu, kadang kamu perlu agresif mengejar dan menciptakan peluang

ilustrasi berikhtiar (pexels.com/laura-tancredi)

Kamu harus paham kapan waktu yang tepat untuk setiapnya. Jika kamu diam saja di waktu seharusnya kamu lebih agresif dalam mengejar peluang, tentu kamu akan ketinggalan.

Akan tetapi bila kamu gak pernah mampu bersabar saat seharusnya kamu menunggu, bisa-bisa seluruh bangunan masa depanmu hancur. Contohnya, kamu ingin menerbitkan novel perdanamu.

Naskahmu lolos seleksi bahkan sudah dibuatkan desain sampulnya. Hanya saja kamu gak sabar menunggu waktu terbitnya yang cukup lama. Padahal, soal itu juga sudah dijelaskan oleh penerbit sejak awal.

Lalu kamu berbuat sembarangan dengan mencabut naskah itu dan mengirimkannya ke penerbit lain. Akibatnya, penerbit itu gak mau lagi bekerja sama denganmu dan kamu dituntut ganti rugi karena kamu telah menandatangani perjanjian penerbitan.

Dari seluruh penjelasan di atas akhirnya terlihat bahwa untuk memiliki masa depan yang cerah, cara berpikir sekaligus attitude-mu amatlah menentukan. Jaga keduanya agar kamu memperoleh hasil terbaik di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us