Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Mindset Bijak Hadapi Fase Friendless Tanpa Drama, Wajib Dimiliki

ilustrasi wanita (pexels.com/Kevin Malik)

Fase friendless pasti dihadapi oleh setiap orang, terutama ketika menginjak kedewasaan. Entah dikikis oleh transisi hidup, kepribadian yang berubah, kamu merasa tidak lagi relate dengan teman-teman lamamu. Tentu hal ini wajar dan bisa dialami oleh semua orang.

Naasnya, banyak orang belum siap ketika dihadapkan dengan kesendirian. Alhasil, banyak yang rela mengorbankan visi, tenaga, bahkan menyangkali kepribadian diri demi diterima di circle orang lain. Padahal itu sama sekali tidak bijak.

Agar tidak gegabah dalam mengambil langkah, kamu perlu pahami empat tahap di bawah dalam menghadapi fase friendless. Santai aja, kesendirian itu bisa jadi berharga ketika kamu memaknainya.

1.Bedakan perasaan pribadi dan tuntutan eksternal

ilustrasi wanita (pexels.com/Los Muertos Crew)

Ada banyak orang yang sebenarnya merasa tertekan bukan karena harus menghadapi fase friendless, melainkan tidak siap dengan tuntutan dan penghakiman orang lain. Kita hidup di dunia dimana “memiliki teman” sering diartikan dengan menjadi orang yang dicintai atau sukses.

Kamu jadi galau ketika media sosialmu sepi, atau ketika tidak ada yang bisa diajak hang out. Padahal jauh di dalam, kamu menikmati waktu dengan berinvestasi pada pekerjaan dan hobi.

Lebih baik fokus dengan pengembangan diri, dibanding terjebak dalam lingkaran pertemanan toksik. Belum tentu, lho, orang yang terlihat punya banyak teman tidak kesepian. Menyadari hal ini akan membantumu untuk lebih bersyukur dengan keadaanmu apa adanya.

2.Hindari menyalahkan diri sendiri

ilustrasi wanita (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika terjebak dalam fase friendless, banyak orang menghakimi bahkan menyalahkan diri sendiri. Kamu merasa bahwa keadaanmu yang tidak punya teman adalah kesalahanmu. Hal ini yang malah membuatmu stagnan di tempat, karena alih-alih berupaya, kamu malah menjatuhkan dirimu sendiri dengan kata-kata.

Padahal, ini adalah waktu yang tepat untuk refleksi dan evaluasi. Ada banyak faktor yang bisa menggeser pertemanan, salah satunya adalah pergeseran waktu dan prioritas. Menyadari hal ini akan membantumu mencari penyelesaian yang relevan dengan kondisimu saat ini.

3.Sadari bahwa friendless adalah fase, bukan stigma

ilustrasi wanita (pexels.com/Jin H)

Salah satu hal yang perlu kamu sadari adalah, friendless bukanlah sebuah stigma yang mendefinisikan siapa dirimu. Itu hanyalah fase hidup yang lambat laun pasti akan berlalu.

Tidak semua orang akan terus bersama-sama dengan kita. Layaknya kata pepatah, setiap orang ada fasenya, dan setiap fase ada orangnya.

Dengan mengecap diri sebagai friendless, secara tidak langsung kamu menutup peluang untuk dirimu berteman dengan orang baru. Tentu itu hanya akan merugikan dirimu sendiri.

4.Tolak pemikiran "lebih banyak teman berarti lebih berharga"

ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)

Memang sepertinya menyenangkan punya banyak pengikut di media sosial, kenal dengan orang ini dan itu, punya jaringan yang baik di banyak tempat. Namun, dikelilingi banyak orang tidak menjamin keintiman hubungan, lho.

Bukankah dalam sebuah hubungan, kualitas lebih penting ketimbang kuantitas? Bila kamu hanya fokus pada jumlah, kamu akan dengan mudah memandang pertemanan sekadar sebagai angka alih-alih hubungan yang harus dibangun dengan tulus.

Menghadapi fase friendless tidak sulit, asal kamu sudah diperlengkapi dengan pola pikir yang benar dan dewasa. Tidak perlu takut, fokus saja pada pengembangan diri. Ini kesempatan baik untuk semakin memperluas kapasitasmu, baik secara kemampuan maupun karakter hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us