Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Naskah Khutbah Jumat 24 Januari 2025, Terkait Istidraj!

ilustrasi muslim (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi muslim (pexels.com/Alena Darmel)
Intinya sih...
  • Istidraj adalah tipu daya Allah kepada orang yang berbuat maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya dilimpahi kenikmatan dunia.
  • Istidraj bisa terjadi pada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah, dan dapat dikenali dari ciri-ciri tertentu.
  • Seseorang yang terkena istidraj akan merasa bahwa kenikmatan dunianya adalah kemuliaan dari Allah, padahal sebenarnya Allah sedang menghinakannya secara perlahan-lahan.

Apakah kamu pernah melihat seseorang yang tidak taat dalam agama namun urusan dunianya selalu lancar? Hati-hati, ini bisa jadi istidraj. Dilansir laman NU Online, istidraj merupakan bentuk tipu daya dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang yang sering melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan.

Istidraj dapat terjadi dalam berbagai bentuk kenikmatan, seperti harta, kekuasaan, dan kedudukan. Penting untuk kita sebagai seorang muslim untuk memahami istidraj ini. Jangan terlena dalam urusan duniawi, sehingga membuat kita berlaku sombong dan tidak mau beribadah kepada Allah SWT.

1. Pembukaan

ilustrasi muslim (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi muslim (pexels.com/Michael Burrows)

Assalammualaikum warrahmatullahi wa barakatuh,

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Hari ini, kita berkumpul dalam sholat Jumat ini untuk bersama-sama beribadah dan merenungi nikmat serta anugerah yang telah dikaruniakan kepada kita.

Sejenak, mari kita hentikan kesibukan kita untuk mengingat bahwa setiap napas yang kita hirup, setiap langkah yang kita ambil, dan setiap rezeki yang kita nikmati adalah rahmat-Nya yang tak terhingga. Mari kita ungkapkan dengan ucapan ‘Alhamdulillahirabbil alamin’. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kita tidak terjerumus dalam lembah istidraj.

2. Isi

ilustrasi muslim (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi muslim (pexels.com/RDNE Stock Project)

Seseorang yang sedang diuji dengan istidraj akan mengira bahwa berbagai kenikmatan yang dimiliki adalah kemuliaan dari Allah, padahal Allah sedang menghinakan perlahan-lahan dan bahkan membinasakan. Dia selalu berbuat maksiat dan tidak beribadah namun Allah berikan kemewahan dunia. Allah memberikan harta yang berlimpah padahal dia tidak pernah bersedekah. Allah karuniakan rezeki berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama, dan terus berbuat maksiat.

Hidupnya dikagumi, dihormati, padahal akhlaknya rusak, langkahnya diikuti, diteladani, dan diidolakan, padahal bangga mengumbar dosa dan maksiat. Dia sangat jarang diuji dengan sakit padahal dosa-dosanya menggunung. Tidak pernah diberikan musibah padahal gaya hidupnya penuh jumawa, meremehkan sesama, dan angkuh.

Allah berikan keluarga yang sehat dan cerdas padahal dia memberi makan dari harta hasil yang haram. Hidup bahagia penuh canda tawa padahal banyak orang yang dia zalimi. Kariernya terus menanjak padahal banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua, semakin makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.

Dalam Al-Qur’an Allah mengingatkan:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.” (QS Al-‘Araf [7]: 182-183)

Istidraj itu berasal dari istadraja-yastadriju-istidrâjan yang berakar kata dari daraja yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Sedangkan secara istilah, istidraj berarti kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat batin semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.

Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar jilid 3, menjelaskan bahwa istidraj menurut QS Al-An’am ayat 44 bermakna dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu kesenangan hingga orang tersebut lupa diri.

Allah melakukan pembiaran atas maksiat yang dia lakukan. Memberikan banyak kesenangan yang melalaikan hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai dia termangu dalam penyesalan yang terlambat.

Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Orang yang tertimpa istidraj, perilakunya sangat terlena dengan semua yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan, begitu juga dia gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.

Dan menganggap nikmat yang Allah SWT berikan merupakan sebuah anugerah dan kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan berakibat nantinya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka dari itu, kita perlu meminta pertolongan kepada Allah SWT dan juga mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga menyadari hakikat nikmat dan siksaan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, kiranya perlu mawas diri dan waspada karena bisa jadi saat ini dia sedang teridentifikasi mengalami istidraj.

Ciri-ciri istidraj, yakni nikmat dunia yang semakin bertambah, namun keimanannya semakin menurun, mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, rezeki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah, semakin kaya, namun semakin menjadi kikir, dan jarang sakit, namun kerap berlaku sombong.

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, yakni:

“Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidraj, seperti firman-Nya, Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui.”

3. Penutup

ilustrasi muslim (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi muslim (pexels.com/Michael Burrows)

Dapat disimpulkan, bahwa ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun non materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat pemberi nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur kepada-Nya, baik secara lisan, perbuatan, maupun keyakinan dalam hati. Realisasi syukur itu bisa berupa semakin rajin beribadah, bersedekah, maupun perilaku-perilaku yang bermanfaat bagi orang lain.

Begitu bahayanya istidraj sampai-sampai Umar bin Khattab pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan)”.

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita mempertebal keimanan dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Jangan sombong akan segala yang kita punya di dunia ini, karena sejatinya semua hanyalah titipan semata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Delvia Y Oktaviani
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us