8 Sebab Orang Malas Dititipi Belanjaan, Takut Uangnya Gak Diganti

- Toko berbeda, malas keluar masuk
- Harus titip uang mahal di muka
- Sudah dibelikan, tak kunjung membayar
Berbelanja berbagai barang kebutuhan telah menjadi kegiatan sehari-hari hampir semua orang. Meski sudah bikin jadwal belanja mingguan atau bulanan, biasanya tetap ada barang lain yang perlu dibeli. Baik karena kamu lupa tak sekalian membelinya ketika berbelanja kemarin atau tiba-tiba dibutuhkan sekarang.
Namun, terkadang karena satu dan lain hal dirimu gak bisa berbelanja sendiri. Kamu memilih untuk titip saja pada teman atau tetangga yang kebetulan juga akan berbelanja. Untuk alasan efisiensi waktu dan tenaga, sesekali boleh saja kamu melakukannya.
Akan tetapi, jangan sampai kesukaanmu menitip belanjaan ternyata malah merepotkan orang. Ada beberapa hal yang bikin orang malas dititipi belanjaan lagi olehmu. Mending kamu pergi sendiri kalau begini.
1. Searah, tapi tokonya berbeda

Meski toko yang dituju teman searah dengan toko yang menjual barang kebutuhanmu, mungkin dia malas keluar masuk toko yang berbeda. Masih mending apabila kedua toko tersebut persis bersebelahan. Kalau tokonya berjarak lumayan sehingga gak cukup ditempuh dengan berjalan kaki, seseorang mesti naik turun kendaraan.
Untuk memastikan produk yang dibutuhkan olehmu bisa dibeli di toko yang sama dengan tujuannya, tanyakan dulu dia mau ke mana. Jangan asal minta dibelikan sesuatu tanpa dirimu peduli di mana ia hendak berbelanja. Kamu yang menyesuaikan diri dengan tempat belanja pilihannya. Bukan dia yang terpaksa mengikuti keinginanmu.
2. Gak titip uang sekalian padahal produknya mahal

Titip belanjaan doang sih, gampang. Tapi bagaimana dengan uangnya? Kalau kamu cuma titip produk yang total harganya 20 ribu rupiah misalnya, orang lain mungkin masih enteng saja buat menalanginya. Nanti biayanya baru diganti saat dia kembali.
Namun apabila produk titipanmu mahal sudah seharusnya kamu juga memberikan uangnya di muka. Bahkan lebih banyak daripada harga yang kamu tahu buat mengantisipasi kenaikan harga. Gak semua orang selalu pegang uang lebih di dompetnya. Saldo rekening juga kadang pas-pasan untuk belanja kebutuhan sendiri.
3. Sudah dibelikan malah tak kunjung membayar

Perilaku ini sangat memalukan dan menunjukkan rendahnya rasa tanggung jawabmu. Uang semestinya sudah disiapkan selagi seseorang berbelanja untuk dirinya sendiri plus membelikan titipanmu. Kalau kamu gak ada uang tunai, transfer secepatnya.
Jangan malah dirimu menambah biaya transfer 2500 rupiah pun keberatan. Meski tampaknya seseorang punya banyak uang, tetap saja belanjaanmu adalah tanggung jawabmu. Ada barang harus ada uang. Jangan barangnya sudah dipakai sampai habis pun statusnya masih utang.
4. Gak fleksibel soal ukuran dan varian produk

Buatmu yang kaku mengenai ukuran serta varian produk, mending belanja sendiri. Orang lain menjadi ribet jika dirimu tak fleksibel tentang dua hal di atas. Seperti kamu yakin ada detergen dengan merek dan wangi tertentu yang beratnya 850 gram. Tapi ternyata adanya 800 gram dengan harga sedikit di atas perkiraanmu.
Ini pun jadi masalah buatmu seakan-akan teman yang dititipi salah mengambil produk. Begitu juga dengan produk sayuran, misalnya. Kubis lebih besar daripada kebutuhanmu saja seolah-olah bakal berujung kesia-siaan. Padahal, sisanya dapat disimpan di kulkas.
5. Suka menyalahkan jika tidak sesuai ekspektasi

Kamu yang berekspektasi, orang lain yang menjadi korban. Contohnya, teman pergi berbelanja bertepatan dengan minimarket biasanya memberikan diskon untuk berbagai produk. Kamu berharap uang 100 ribu rupiah cukup buat membeli seluruh produk titipanmu.
Kenyataannya, meski benar ada diskon tetapi harga tiap produk agak berbeda dari bulan sebelumnya. Otomatis total harga belanjaanmu melampaui perhitunganmu. Nanti kawan mengantarkan belanjaan, terlihat jelas dirimu kaget dan gak puas. Uangmu bukannya cukup malah masih kurang. Alih-alih memahami perbedaan harga justru teman yang seakan-akan disalahkan sebab bikin uangmu tak cukup.
6. Cuma mau membayar sesuai harga produk pesanan

Jangan menutup mata terhadap biaya lain-lain yang muncul dalam pembelian apa pun. Seperti pajak, kantong plastik, parkir, serta biaya admin dan ongkir bila belanja secara online. Kamu seharusnya juga ikut menanggung semua itu sekalipun orang lain yang pergi berbelanja.
Apalagi bila toko tempat teman membelikan kebutuhanmu berbeda dari toko tujuannya. Artinya, biaya parkirnya juga terpisah. Begitu pula biaya admin dan ongkir ketika berbelanja lewat aplikasi mestinya dibagi dua. Atau bahkan kamu saja yang membayarnya sebagai rasa terima kasih karena kawanmu telah mau dititipi belanjaan.
7. Kamu sendiri sebenarnya lagi longgar

Titip belanja sama dengan permintaan tolong. Seharusnya kamu cuma titip belanja ketika terpaksa sekali. Tidak memungkinkan untukmu pergi sendiri. Misalnya, saat kamu sakit atau malah harus menjaga orang sakit yang gak bisa ditinggal barang sebentar.
Dalam situasi seperti di atas, orang lain akan dengan senang hati membantumu. Akan tetapi, jangan melakukannya ketika kamu sebetulnya longgar. Orang lain juga menyempatkan waktu di antara kesibukannya buat berbelanja sendiri. Masa dirimu yang cuma rebahan di rumah justru titip dibelikan ini itu olehnya?
8. Titipanmu banyak sekali

Titip belanjaan harus memperhatikan etika. Termasuk terkait jumlah barang yang hendak dibeli. Kamu jangan minta dibelikan sejumlah produk yang lebih banyak daripada belanjaan seseorang. Contohnya, tetangga cuma mau ke warung beli odol.
Tapi kamu titip beli sabun, minyak, beras, pembalut perempuan , dan sebagainya. Kalau begini sih, seharusnya tetangga yang titip beli odol sama kamu. Dirimu juga mesti memperhatikan kesulitannya dalam membawakan barang belanjaanmu. Dia yang naik motor bahkan berjalan kaki tentu tidak bisa membawa banyak barang.
Titip belanja memang gampang. Dirimu tinggal mengatakan apa kebutuhanmu atau menyerahkan daftar belanja. Akan tetapi, ada orang malas dititipi belanjaan karena berpotensi merepotkan dirinya bila terjadi delapan poin di atas. Jangan sampai dirimu yang butuh, tetapi orang lain yang susah.