Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pameran Seni Singapura Urban Pulse Hadir di Tengah Perkantoran

Potret pameran Urban Pulse di WTC 2. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)
Intinya sih...
  • Pameran seni kontemporer "Urban Pulse" di WTC 2 menampilkan instalasi dari Singapura yang memperlihatkan gaya urban khas negara tersebut.
  • Duta Besar Singapura untuk Indonesia melihat pameran ini sebagai bentuk jembatan Indonesia-Singapura dengan gaya hidup urban yang populer di kedua negara.
  • ISA Art Design bersama Singapore Tourism Board ingin mengajak orang Indonesia agar lebih dekat dengan seni kontemporer yang populer di Singapura.

Jakarta, IDN Times -  Kamu suka mengunjungi pameran seni? Kamu pasti tahu bahwa tempat-tempat populer untuk memamerkan ragam karya seni, biasanya di museum atau galeri. Namun, ternyata terdapat juga pameran yang diselenggarakan di tengah perkantoran, tempat hiruk pikuk ketika orang berlalu-lalang.

Di World Trade Center (WTC) 2, kamu bisa melihat instalasi yang berasal dari Singapura. Instalasi ini menunjukkan sisi baru negeri yang khas dengan gaya urban. Dengan tajuk "Urban Pulse" layaknya jantung kota, pameran seni ini seakan-akan mengajak orang-orang untuk bernafas sejenak di tengah sibuknya aktivitas dan kegiatan di Ibu Kota.

1. Dengan gaya hidup yang mirip, pameran ini menyoroti kedekatan hubungan Singapura-Indonesia melalui seni

Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Yang Mulia Kwok Fook Seng saat pameran Urban Pulse. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Dengan menghadirkan Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Yang Mulia Kwok Fook Seng melihat pameran seni ini sebagai bentuk jembatan Indonesia-Singapura dengan cara berbeda. Gaya hidup urban yang lekat dengan Singapura, juga kian populer dan disorot di Indonesia.

"Saya menemukan bahwa banyak dari ekspresi dan hal-hal yang dirasakan dan dihasilkan oleh para seniman kita dalam karya mereka, sangat mirip dengan apa yang dirasakan oleh seniman-seniman sezaman mereka, rekan-rekan mereka di Indonesia, melalui pengalaman hidup mereka," ungkap Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Yang Mulia Kwok Fook Seng, saat membuka pameran di gedung WTC 2, Rabu (20/11/2024)

Ia pun menambahkan bahwa pameran ini menunjukkan bagaimana dekatnya kedua negara dan masyarakat. Seni yang juga digunakan sebagai cara untuk saling memahami, dilihatnya dengan pembentukan budaya dan hubungan yang sama. Untuk itu, seni kontemporer yang ramai ditemukan di Singapura pun, diharapkannya dapat memainkan peran tersebut. 

2. Juga menyoroti seni kontemporer Singapura dengan tema-tema sustainability dari alam dan lingkungan

Kenza, Asisten Exhibition Manager dari ISA Art Gallery saat melakukan tur di Pameran Urban Pulse. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Dengan banyaknya orang Indonesia yang suka mengunjungi pameran seni, ISA Art Design bersama Singapore Tourism Board, ingin mengajak orang Indonesia agar lebih dekat dengan seni kontemporer yang populer di Singapura. Dengan tajuknya "Urban Pulse: Spectrum of Contemporary Art in Singapore", pameran ini menyoroti posisi unik Singapura sebagai salah satu destinasi seni kontemporer terkemuka di Asia Tenggara.

"Pameran ini mengamati lebih dekat bagaimana seniman kontemporer Singapura itu mengekspresikan keseimbangan dan terkadang juga ketegangan antara buatan manusia dan alam. Seniman itu melalui berbagai medium, mengeksplorasi bagaimana ruang alam dan hubungan manusia itu sebenarnya saling berbaut dan berdampingan dan membentuk tidak hanya kota, tapi juga identitas, budaya, dan nilai-nilai dalam diri kita," ucap Kenza, Asisten Exhibition Manager dari ISA Art Gallery saat memberikan tur karya seni di instalasi. 

Bukan hanya itu, pameran ini juga menghadirkan seni-seni dengan modal dan inspirasi yang diambil dari gaya hidup sustainability. Gak heran, di sini kamu akan disambut dengan karya seni yang dibuat menggunakan teknik sablon di atas kertas yang mendokumentasikan sistem air ala Singapura. 

3. Mencoba menerapkan gaya seni Singapura yang justru lebih sering terlihat di publik

Pameran Urban Pulse di World Trade Center 2. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Di Singapura, seni bukan cuma dipamerkan di ruang-ruang eksklusif seperti galeri atau museum. Seni justru hadir di tengah kehidupan sehari-hari, dari halte bus hingga trotoar Jalan Orchard. Menjadikannya bagian tak terpisahkan dari pengalaman kota, seni di Singapura terkenal dengan pendekatan aksesibel, memungkinkan siapa saja menikmati keindahan dan pesan yang disampaikan.

"Jadi di Singapura, selama ini, kami ingin museum menjadi aksesibel. Untuk itu, kita mencoba untuk memindahkan apa yang biasanya terjadi di museum, ke luar ruangan dan ke komunitas," tutur Mohamed Hafez Marican, Area Director, Singapore Tourism Board (STB), Indonesia.

Menurutnya, seni bukan sekadar konsumsi budaya untuk kalangan tertentu. "Seni itu ekspresi sehari-hari, pengalaman yang bisa dirasakan oleh semua orang. Bukan cuma untuk orang kaya atau komunitas budaya tertentu," tambahnya.

Dengan memajang karya seni di ruang terbuka, seperti taman kota atau stasiun MRT, Singapura menciptakan pengalaman seni yang lebih interaktif. Seni tak lagi terasa jauh atau formal, tetapi menjadi bagian dari keseharian, mengajak siapa saja untuk terhubung dengan cerita di balik setiap karya.

4. Terdapat 7 pelukis Singapura dengan gaya seni yang beragam

Pameran Urban Pulse di World Trade Center 2. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Di sini, kamu akan menemukan ragam karya seni dari 7 seniman kontemporer asal Singapura. Dalam memilih seniman-seniman ini, ISA pun mengkurasi karya yang memiliki cara baru dalam memandang seni. 

"Ketika kita mulai melakukan aspek kuratorial. Kita harus memikirkan
banyak hal-hal yang berbeda, seperti tentu saja tema, juga harus memikirkan ruang fisik, kemudian gaya. Karena jika kamu lihat, setiap seni-seni yang berbeda di sini, ada print, ada installation, ada painting, ada photography. Jadi, karya seni abad ke-21 itu bukan hanya lukisan, tetapi juga media baru untuk mengekspresikan gaya setiap artis," ungkap Deborah Iskandar, pemilik dan Presiden Direktur ISA Art Gallery. 

Berikut daftar 7 lukisan dari setiap artis yang akan kamu temukan di Urban Pulse:

  1. Nathan Tan: melalui kumpulan karya “Irreversible Invasion (Blue Imprints)”, Tan menggunakan cetakan saring untuk mendokumentasikan badan air tawar Singapura, mulai dari saluran drainase buatan hingga waduk dan hutan rawa. 
  2. Ripple Root: terkenal dengan street art-nya yang vibrant, di pameran ini terdapat karya mereka dengan judul "Steady at Sea," "Tree of Life," dan "Juicy Fruit Delight," yang membawakan cerita rakyat khas Asia Tenggara.
  3. Xiaocong Ge: dengan medium jejak air dan kertas, karyanya menunjukkan topografi hasil dari layering yang dilakukan dalam waktu yang lama. 
  4. Tammylyn Tuang: melalui karya "The Missing Collection", mengeksplorasi lemari rumah tangga dengan barang-barang sentimental yang kerap diabaikan.
  5. Natasha Lim: menggunakan citra fotografi, Lim menunjukkan koleksi  "In Bad Faith" yang terinspirasi dari ketakutannya saat melukis. 
  6. Sophia Dominguez: dengan media pertunjukkan, karya yang memiliki tajuk "Baptism of Fire" membahas tema transformasi pribadi dan self-exploration. 
  7. Aiman: Melalui cat minyak di atas linen, Aiman membuat lukisan yang memberi kesan layaknya 3d dengan menggabungkan unsur alam dan urban di Singapura. 

5. Tertarik berkunjung? Pameran ini juga jadi gambaran Singapore Art Week 2025

Pameran Urban Pulse di World Trade Center 2. 20 November 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Pameran ini juga jadi pintu gerbang untuk mengenal lebih dekat Singapore Art Week (SAW) 2025 yang akan digelar pada 17 hingga 26 Januari mendatang. Memasuki edisi yang ke-13, SAW kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu musim seni visual paling dinanti di Asia Tenggara. Selama 10 hari penuh, lebih dari 100 acara seni akan menyebar di seluruh penjuru Singapura, menjadikannya ajang seni visual terlama sekaligus paling beragam di kawasan ini.

Tak hanya diramaikan oleh seniman lokal, SAW 2025 juga jadi panggung bagi karya-karya internasional. Agenda menarik yang akan dihadirkan adalah S.E.A. Focus yang merayakan keunikan seni Asia Tenggara, hingga ART SG, pameran seni internasional yang mencuri perhatian kolektor global.

Ada juga program seperti Light to Night Singapore, festival seni cahaya yang menghiasi pusat kota dengan instalasi spektakuler, serta Seeing Forest karya Robert Zhao Renhui. Karya ini sebelumnya telah dipamerkan di Paviliun Singapura pada Biennale Arte 2024 dan kini akan kembali menjadi sorotan di SAW, membawa pesan mendalam tentang hubungan manusia dan alam.

"Dan inilah yang akan kita lakukan di Art Week Singapura. Acara-acara di Singapura, berbeda-beda budaya, menawarkan perspektif global ke arah Singapura. Hal lain yang berbeda adalah kita akan mengadakan perayaan luar kota. Art Week Singapura tidak hanya terkait dengan lokasi di mana kita berada, tapi juga dengan kota di seluruh kota. Jadi saat kita berada di Singapura, kita akan mengetahui bahwa Art Week Singapura sedang berlaku. Akan ada banyak aktivitas yang akan terjadi di seluruh kota," pungkas Hafez Marican.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
Hani Safanja
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us