Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Langkah Pulihkan Kepercayaan setelah Dikhianati

ilustrasi perempuan merenung (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Akui rasa sakitnya, jangan ditekan. Mengakui luka adalah langkah pertama untuk menyembuhkan diri dan menerima kenyataan.
  • Tetapkan batasan yang jelas. Komunikasikan batasanmu dengan tenang untuk menghormati diri sendiri tanpa mengabaikan perlindungan diri.
  • Jangan paksakan diri buat cepat memaafkan. Maaf yang tulus datang dari hati yang benar-benar sudah sembuh, bukan karena terpaksa.

Pernah gak, sih, kamu merasa dunia runtuh saat orang yang paling kamu percaya justru mengkhianatimu? Entah dalam hubungan asmara, pertemanan, atau keluarga, pengkhianatan selalu meninggalkan luka yang dalam. Rasa kecewa, marah, dan kehilangan arah sering datang barengan.

Tapi percaya, deh, kamu masih punya pilihan untuk bangkit. Pulihkan kepercayaan setelah dikhianati memang tak bisa dilakukan semalam, tapi bukan berarti gak mungkin dilakukan. Yuk, simak lima cara memulihkan diri dan belajar percaya lagi tanpa harus menyesalinya nanti!

1. Akui rasa sakitnya, jangan ditekan

ilustrasi perempuan sedih (freepik.com/freepik)

Langkah pertama buat healing adalah mengakui bahwa kamu memang terluka. Gak usah berpura-pura kuat atau bilang ke diri sendiri “aku gak papa” kalau nyatanya kamu masih hancur. Menekan emosi justru bikin luka makin dalam dan susah sembuh.

Cobalah beri ruang buat semua rasa yang muncul, termasuk amarah dan kesedihan. Menangis, curhat ke orang terpercaya, atau nulis journal bisa jadi cara sehat buat memproses perasaanmu. Dengan mengakui rasa sakit tersebut, kamu baru bisa mulai menerima kenyataan dan bangkit.

2. Tetapkan batasan yang jelas

ilustrasi pasangan bertengkar (freepik.com/freepik)

Setelah dikhianati, penting banget buat kamu punya batasan yang tegas. Bukan berarti kamu harus memutuskan semua hubungan, tapi kamu berhak menentukan sejauh mana orang itu boleh hadir kembali di hidupmu. Kepercayaan boleh dibangun ulang, tapi bukan berarti kamu mengabaikan perlindungan diri.

Komunikasikan batasanmu dengan jelas dan tenang. Ini bukan tentang balas dendam, tapi tentang menghargai dirimu sendiri. Kalau orang itu benar-benar menyesal, mereka akan menghormati batasan yang kamu buat.

3. Jangan paksakan diri buat cepat memaafkan

ilustrasi perempuan merenung (freepik.com/freepik)

Forgiveness itu proses, bukan kewajiban yang harus segera dilakukan. Kadang orang di sekitar malah nyuruh kamu cepat-cepat maafin biar kelihatan dewasa. Padahal setiap orang punya waktu sendiri dalam memproses luka.

Gak apa-apa kalau kamu masih butuh waktu untuk bisa ikhlas. Yang penting kamu punya niat buat menyembuhkan diri tanpa membawa dendam berkepanjangan. Maaf yang tulus datang dari hati yang benar-benar sudah sembuh, bukan karena terpaksa.

4. Refleksi diri tanpa menyalahkan diri sendiri

ilustrasi perempuan berpikir (freepik.com/freepik)

Boleh banget, kok , kamu bertanya ke diri sendiri, “Kenapa aku bisa sampai dikhianati?” Tapi hati-hati, jangan sampai refleksi ini berubah jadi self-blaming. Kamu gak pantas disalahkan atas keputusan orang lain yang menyakitimu.

Gunakan refleksi ini buat mengenal dirimu lebih dalam. Apa batasanmu selama ini? Apa yang perlu kamu jaga lebih baik di masa depan? Self-awareness ini penting supaya kamu bisa melangkah lebih kuat tanpa trauma yang belum selesai.

5. Beri kesempatan secara bertahap, kalau memang siap

ilustrasi orang mengobrol (freepik.com/katemangostar)

Memaafkan bukan berarti langsung membuka pintu selebar-lebarnya lagi. Kalau kamu memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan orang yang mengkhianati, lakukan perlahan. Kepercayaan itu gak bisa instan balik 100 persen.

Uji konsistensi dan keseriusan mereka lewat tindakan, bukan cuma kata-kata. Lihat apakah mereka benar-benar berubah dan berusaha menebus kesalahan. Kamu berhak untuk berhati-hati dan mengambil keputusan dengan sadar tanpa tekanan dari siapapun.

Pulihkan kepercayaan setelah dikhianati memang proses yang panjang dan penuh liku. Tapi di balik rasa sakit itu, kamu bisa belajar mengenali dirimu lebih dalam dan tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat. Yuk, beri waktu untuk dirimu sendiri, dan jangan takut buat mulai lagi dengan hati yang lebih bijak!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us