7 Sebab Orang Gak Aktif di Grup WA Keluarga, Bukannya Marah

Saat ini komunitas sekecil apa pun kadang sampai dibuatkan grup WA. Tujuannya, agar lebih mudah berkomunikasi dengan sejumlah orang sekaligus. Ada grup teman sekolah, kuliah, dan kerja. Ada juga grup keluarga inti, keluarga besar, serta keluarga pasangan bagi yang sudah menikah.
Namun di dalam grup WA keluarga sekalipun, tak semua anggotanya aktif dalam berkomentar. Ada orang yang lebih suka menjadi silent reader di grup keluarganya sendiri. Bahkan meski itu keluarga inti yang hanya terdiri dari dia, orangtuanya, dan kakak atau adiknya.
Artikel ini akan memberitahumu berbagai kemungkinan alasannya. Simak sampai habis biar gak salah paham sama saudara sendiri. Ataukah kamu juga anggota pasif di grup WA keluarga?
1. Sering terjadi pertengkaran di keluarga, termasuk di grup chat

Pertengkaran dalam keluarga memang harus dicegah agar tak terlalu sering terjadi. Sebab kalau sedikit-sedikit timbul keributan antarsaudara, hubungan keluarga menjadi renggang. Tidak terkecuali di dalam grup WA keluarga.
Seseorang merasa ragu untuk berkomentar banyak melalui chat. Takut salah menulis sedikit saja menyebabkan pertengkaran. Seringnya cekcok terjadi juga bikin dia ilfil dengan saudara-saudaranya yang gak bisa rukun.
2. Kebanyakan anggota cuma sibuk membanggakan kehidupan masing-masing

Walaupun tidak semua anggota grup seperti ini, orang-orang yang lebih kalem atau mudah minder tentu menjadi kurang nyaman. Menanggapi obrolan dalam grup keluarga terasa seperti terus berkompetisi dengan siapa pun serta dalam hal apa saja. Rasanya melelahkan sekali.
Lebih enak buat dia yang gak jago membanggakan kehidupan sendiri atau merasa tak sehebat yang lain buat menyimak saja. Ia tak mau mencoba ikut menunjukkan pencapaian hidupnya. Takutnya dia malah ramai-ramai diremehkan anggota yang lain.
3. Seru sih, tapi sering bikin lupa waktu

Gak semua obrolan di grup WA keluarga bikin bad mood, kok. Untuk keluarga yang harmonis, percakapan di grup malah bikin bahagia. Namun saking menyenangkannya suasana yang tercipta, ini membuat orang lupa waktu.
Waktu istirahat bisa berkurang karena asyik berbalas komentar. Belajar pun menjadi tidak fokus atau besok kurang bertenaga saat bekerja gara-gara kecapekan. Maka sebagian orang membatasi diri dalam berkomunikasi via chat.
4. Lebih nyaman bertemu dan mengobrol langsung

Tidak semua orang mampu mengungkapkan maksudnya ke dalam tulisan dengan baik. Ini terlihat dari seringnya orang lain malah salah paham dengan isi chat-nya. Atau, ia yang kerap kesulitan memahami chat di grup keluarga saking panjangnya.
Dia tetap membaca percakapan yang terjadi di sana. Akan tetapi, ia kurang tertarik untuk bergabung dalam obrolan. Meski dingin di grup WA keluarga, aslinya ia ramah sekali bila bertemu dan mengobrol langsung.
5. HP-nya juga dipakai buat bekerja

Ketika mayoritas anggota keluarganya cuma memakai HP buat berkomunikasi, dia juga menggunakannya untuk bekerja. Misalnya, mengetik artikel untuk platform menulis. Bayangkan betapa repot dirinya kalau sebentar-sebentar harus membuka dan membalas chat.
Kalau dia sampai refleks membuka chat sebelum menyimpan tulisannya, bisa-bisa hasil kerja berjam-jam seketika hilang! Ia jadi harus mengulanginya lagi dari awal. Ketika pekerjaannya beres dan ia hendak bergabung dalam percakapan di grup WA, ternyata topiknya sudah berubah. Ia jadi bingung mau mengomentari topik yang mana.
6. Topik yang dibahas hanya berkaitan dengan sebagian anggota grup

Sekalipun namanya grup WA keluarga, topik yang dibicarakan di dalamnya tak selalu menyangkut semua orang. Terkadang obrolan cuma berkaitan dengan sejumlah anggota. Situasi begini biasanya akan membuat anggota lain tidak berkomentar.
Biarlah percakapan itu hanya melibatkan orang-orang yang berkepentingan. Kalau semua anggota keluarga diharapkan selalu aktif di grup, topik yang diangkat haruslah relevan dengan semua orang. Hanya saja kadang ini gak mudah karena percakapan di grup terjadi begitu saja.
7. Merasa tidak akrab dengan anggota grup

Di grup WA keluarga inti saja, tidak semua anggotanya aktif dalam percakapan. Apalagi grup WA keluarga besar. Belum tentu semuanya bisa bertemu 1x dalam setahun.
Kalau tempat tinggalnya berjauhan, boleh jadi ada anggota keluarga yang sama sekali belum pernah bertemu. Suasana yang gak akrab begini tentu menyulitkan dalam membangun komunikasi yang intens. Grup WA keluarga besar bisa-bisa sepi dari kabar apa pun. Paling cuma mendadak ramai saat Lebaran dan saling bermaaf-maafan.
Penting gak sih, bikin grup WA keluarga? Tergantung kebutuhan keluarga itu sendiri. Kalau keberadaan grup WA dimaksudkan untuk menjaga silaturahmi, tentu tak ada salahnya dibuat. Akan tetapi bila isinya cuma cekcok melulu, mungkin sebaiknya grup dibubarkan. Apabila ada keperluan antaranggota keluarga, japri saja.