Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Selain Standar Sosial, Ini 4 Sumber Rendahnya Harga Diri Seseorang

ilustrasi wanita (pexels.com/Darina Belonogova)

Kita sering menyalahkan standar sosial sebagai penyebab dari rendahnya harga diri seseorang. Terlebih di era media sosial dimana keberhasilan dipamerkan setiap waktu. Tapi ternyata, rasa rendah diri dapat terbentuk karena faktor internal, tak lain dan tak bukan ialah relasi dengan diri sendiri.

Relasi seseorang dengan dirinya dapat terbentuk oleh berbagai faktor. Salah satunya, sejarah, latar belakang, serta bagaimana dulu ia diperlakukan orang lain. Agar lebih paham, kamu bisa simak penjelasan di bawah.

1.Kerap tumbuh dengan kritik orang lain

ilustrasi marah (pexels.com/Engin Akyurt)

Jika seseorang tumbuh besar dengan kritikan dan ucapan bahwa dirinya tidak cukup baik, ia pun perlahan melihat citra dirinya secara negatif. Tak peduli pencapaian segemilang dan sebaik apa pun, ia akan terus memandang dirinya sebagai sebuah kegagalan.

Ini pun membentuk rasa malu, rendah, bahkan benci terhadap dirimu. Dengan pandangan negatif seperti ini, akan sulit untuk merasa percaya diri dan nyaman dengan diri sendiri. Bukan tentang pencapaian, tapi tentang persepsi tentang dirimu.  

2.Trauma oleh pengalaman buruk

ilustrasi wanita (pexels.com/Ivan Samkov)

Pengalaman buruk dari masa lalu bisa menciptakan luka serius bagi seseorang. Dampaknya bukan hanya satu-dua hari, melainkan bertahun-tahun. Itu mengubah banyak hal, salah satunya pandangan seseorang tentang dirinya sendiri.

Dalam kepala, kamu kerap merasa jijik dan menyalahkan dirinya untuk setiap hal yang terjadi. Tanpa disadari, kamu membentuk relasi yang toksik dengan dirimu. Bagaimana bisa tampil percaya diri, kalau kamu belum berdamai dengan masa lalumu?

3.Circle pertemanan yang toksik

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding bertahan dalam sebuah lingkaran pertemanan yang toksik. Cirinya adalah, mereka selalu memanipulasi, menggunakan rasa bersalah sebagai alat untuk memanfaatkanmu. Misal, ketika kamu diminta untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya di luar kapasitasmu, lalu saat kamu menolak, mereka malah balas dengan ucapan, “Katanya kamu teman, tapi bantuin gini aja gak mau”.

Permainan rasa bersalah dan penghakiman membuatmu kian lama kian terpuruk. Perlahan, kamu jadi percaya bahwa dirimu bukan teman yang baik, persis seperti yang mereka katakan.

4.Kegagalan akademis

ilustrasi bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Seseorang mudah untuk percaya dirinya tidak berharga saat ia merasa bodoh dan tidak tahu apa-apa. Begitu pun yang terjadi ketika menghadapi tantangan akademis. Entah di sekolah atau kuliah, kamu merasa teman-temanmu jauh di atasmu.

Belum lagi dengan tuntutan berlebihan dari orang-orang sekitar, yang pada akhirnya membuatmu percaya bahwa dirimu memang tidak sebaik itu. Padahal, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, tak terkecuali dalam bidang akademis.

Semakin kamu memahami sumber rendahnya rasa percaya diri, semakin baik pula kamu memahami dirimu. Tidak perlu merasa malu, justru dengan ini kamu bisa mencari strategi untuk berdamai dengan diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us