Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Anggapan tentang Slow Living yang Keliru, Bukan Malas, ya!

Ilustrasi slow living (Unsplash/Shashi Chaturvedula

Menjalani hidup dengan melambat atau yang lebih dikenal dengan istilah slow living seharusnya dapat menghadirkan ketenangan dalam hidup. Kamu gak harus selalu merasa sedang berlomba-lomba dalam segala hal yang justru mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

Tapi kadang kita lupa akan arti sebenarnya dari slow living itu sendiri. Banyak sekali orang yang menganggapnya sama dengan bermalas-malasan, misalnya. Padahal, anggapan seperti ini jelas gak benar, lho. Lantas, seperti apakah anggapan tentang gaya hidup slow living yang salah dan harus diluruskan? Berikut penjelasannya.

1.Slow living bukan dengan bermalas-malasan sepanjang waktu

Ilustrasi malas-malasan (Unsplash/Adrian Swancar)

Banyak orang yang terjebak dengan kebiasaan buruk yang satu ini. Ya, mereka menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan dan gak melakukan apapun yang bermanfaat. Ketika mereka ditanya alasannya, mereka menjawab bahwa itu semua adalah bagian dari gaya hidup slow living.

Padahal, slow living jelas berbeda jauh dengan bermalas-malasan. Sah-sah saja seseorang menerapkan gaya hidup seperti ini, asal tetap berusaha dan berjuang dengan tetap memperhatikan batas kemampuannya. Ingat, menerapkan gaya hidup slow living harus diiringi semangat juang yang tinggi.

2.Slow living gak sama dengan menjalani hidup tanpa tujuan jelas

Ilustrasi hidup tanpa tujuan (Unsplash/Tom Morel)

Bagaimanapun juga, tujuan hidup itu sangat penting karena inilah yang menjadikan kita jauh lebih bersemangat dalam menjalani hidup karena kita tahu apa yang sebenarnya kita capai. Namun sayang, masih banyak orang yang menjalani hidupnya tanpa tujuan yang jelas dan pasti dengan alasan menerapkan gaya hidup slow living. Padahal ini jelas gak benar, lho. Orang yang benar-benar menerapkan gaya hidup ini masih memiliki tujuan, cita-cita atau ambisi dalam hidupnya.

3.Slow living bukan berarti menganggap wajar kebiasaan ngaret atau molor

Ilustrasi datang terlambat (Pexels/Andrea Piacquadio)

Tentu kamu sudah gak asing lagi dengan kebiasaan ngaret. Contohnya, suka menunda-nunda atau mengulur waktu dalam mengerjakan sesuatu. Juga suka terlambat ketika ada janji temu dan sayangnya, kebiasaan buruk yang satu ini kerap diartikan sebagai gaya hidup slow living.

Pola pikir seperti ini jelas salah besar dan harus diluruskan. Slow living bukan berarti mewajarkan kebiasaan ngaret. Bagaimanapun juga, kamu harus bisa menghargai waktu, entah itu waktumu atau waktunya orang lain. Jangan sekali-kali jadikan slow living sebagai kedok untuk membenarkan kebiasaan buruk ini, ya.

4.Slow living bukan berarti menghilangkan ketegasan terhadap diri sendiri

Ilustrasi mental lembek dan rapuh (Pexels/Pixabay)

Banyak orang menyukai bahkan mulai mengikuti gaya hidup slow living. Tapi sayangnya, mereka lupa bahwasanya hidup ini sangat keras dan kejam. Bahkan mereka sampai kehilangan ketegasan terhadap dirinya sendiri.

Tentu saja, anggapan tentang gaya hidup slow living ini harus diluruskan. Menerapkan gaya hidup slow living bukan berarti boleh bersikap lembek pada diri sendiri. Ingatlah selalu, bahwa kamu tetap harus menempa diri sekeras mungkin demi bisa bertahan di tengah kejamnya dunia, bukan malah bersikap lembek dan pasrah akan keadaan.

5.Slow living gak sama dengan berpuas diri dalam hidup

Ilustrasi kepuasan (Pexels/RODNAE Productions)

Menerapkan gaya hidup slow living memang hak semua orang. Tetapi, nyatanya masih banyak yang menyalahartikan gaya hidup ini. Kamu menganggap slow living sama dengan berpuas diri dalam menjalani hidup. Kamu akan merasa sudah gagal menerapkannya jika masih ada rasa gak puas di dalam hati.

Ini jelas merupakan anggapan tentang slow living yang salah. Berpuas diri sama sekali bukan bagian dari slow living itu sendiri, tapi bagian dari sikap malas yang justru merugikan diri sendiri. Orang yang paham definisi slow living yang sesungguhnya masih memiliki semangat untuk meraih lebih dalam hidupnya.

Sebenarnya, menerapkan gaya hidup slow living bukanlah sesuatu yang salah bahkan ada banyak sekali manfaatnya. Namun yang harus diingat, slow living jangan dianggap sama dengan bermalas-malasan apalagi sampai gak punya tujuan jelas dalam hidup. Dari lima anggapan salah tentang gaya hidup ini, mana sajakah yang masih kamu percayai?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us