Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stop Dendam, Ini 5 Cara Tepat Agar Ikhlas Memaafkan Kesalahan Orang

famlii.com

Salah atau khilaf adalah hal yang sulit lepas dari pribadi kita. Seberapa banyak pun kamu memiliki kebaikan, pasti ada masanya kamu melakukan kesalahan dalam hal apapun. Seberapa kerasnya kamu berusaha menampilkan kesempurnaan, tetap saja ada masanya kamu khilaf.

Namun, bukan berarti kamu menjadi manusia yang nista nan abadi kala melakukan kesalahan. Berat atau ringan kesalahan tersebut, kamu tetap punya peluang untuk memperbaiki citra dan karakter diri.

Saat berinteraksi dengan orang lain, kamu atau pun mereka berpotensi melakukan hal yang tidak disukai hingga itu dicap menjadi kesalahan fatal. Biasanya, berdampak pada kualitas hubungan kalian yang awalnya dekat menjadi renggang. Jika di hari ini kamu tersakiti, bisa jadi di masa lalu atau depan kamu melakukan hal yang sama tanpa disengaja.

Nah, bagaimana sebaiknya menyikapi kesalahan orang lain terhadap kita? Tentu saja memaafkannya dengan ikhlas. Lalu, bagaimana caranya agar hatimu suka rela? Yuk, simak ulasan berikut!

1. Mengingat bahwa pemaaf sama seperti pemenang

unsplash/AgnieszkaBoeske

Percayalah saat kamu memilih menjadi pemaaf, kamu adalah pemenang sesungguhnya. Sebaliknya, orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain justru pecundang yang sebenarnya. Mengapa? Bahkan dirinya pun berpeluang sama menyakiti orang lain tanpa sengaja. Itu sebabnya, dendam tak perlu kita libatkan dalam hidup bermasyarakat.

Jadilah pemaaf dan kamu berhak meminta pertanggungjawaban sesuai hukum atau etika yang berlaku. 

2. Mengabaikan rasa dendam yang tak pernah menuntaskan problem

unsplashChristianNewman

Mengapa kita dilarang menyimpan dendam? Sebab, dendam mampu membunuh diri kita secara perlahan. Melalui perasaan benci, subjektivitas dan marah yang tak dilampiaskan dengan tepat. Menyimpan energi negatif berbahaya bagi kesehatan fisik.

Selain itu, dendam pun tidak pernah bisa menyelesaikan problem antara kalian. Justru, mempersempit ruang pergaulan. Tentu, hidup seperti ini menjadi tidak nyaman.

3. Menerima rasa terluka menjadi cara mendewasakan diri

unsplash/AnthonyTran

Kebanyakan orang melalui tahap dewasanya dengan rasa terluka, dikhianati, dan perselisihan dengan orang lain. Bagi seorang pebisnis sukses, tidaklah mengherankan jika dia pernah mengalami kerugian besar, ditinggalkan rekan timnya dan hutang besar yang ditanggung sendiri.

Pengalaman pahit menjadi pelajaran mahal sehingga dia lebih hati-hati dalam bertindak. Namun di sisi lain, tantangan berat tak akan pernah absen mendatangi orang yang semakin dewasa usia dan dunia yang dijajakinya. 

4. Memaafkan mampu menenangkan hati dan pikiran

unsplash/AnthonyTran

Memaafkan mampu menenangkan hati dan pikiran asal dilakukan dengan ikhlas. Sikap-sikap positif membuat fisik lebih sehat dan bugar karena tidak ada beban yang disimpan. Menjadi pemaaf adalah satu di antaranya.

Sebab, di lain waktu, kamu bisa saja melakukan kesalahan yang sama. Dari sanalah kamu akan belajar betapa pentingnya memaafkan. Bahwa kamu sangat membutuhkan kerelaan hati orang yang kamu sakiti.

5. Melebarkan ruang sosialisasi agar tak mudah terpasung oleh ingatan kelam

unsplash/KimsonDoan

Saat kamu tersakiti, janganlah berlama-lama mengurung diri dalam kamar atau dunia sendiri. Sebaliknya, perbanyaklah relasi dan teman dari berbagai kalangan agar kamu berpeluang belajar lebih banyak tentang kehidupan.

Semakin lebar ruang pergaulanmu, semakin banyak warna jiwa yang memperkaya pengalamanmu. Kamu akan bertemu dengan karakter orang jauh lebih baik atau lebih buruk. Tiap-tiap orang akan membawa sejuta pelajaran berharga untuk dirimu.

Nah, itulah beberapa cara yang direkomendasikan agar kamu mampu memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas. Selamat mencoba!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifina Budi A.
EditorArifina Budi A.
Follow Us