Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Lansia Mengalami Post Power Syndrome, Sering Menyendiri!

ilustrasi post power syndrome (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi post power syndrome (pexels.com/Karolina Grabowska)

Bagi sebagian orang, berhenti bekerja dan kehilangan masa-masa produktif bukanlah hal yang menyenangkan. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, salah satunya adalah post power syndrome. Post power syndrome sering dialami lansia atau orang yang baru saja kehilangan jabatannya.

Berkurangnya kegiatan, penghasilan atau penurunan jabatan dapat membuat kepercayaan diri mereka turun. Jika sebelumnya mereka adalah orang yang mandiri, sekarang mereka merasa menjadi sosok yang tidak berdaya.

Hal ini dapat menyebabkan perubahan sikap dan kebiasaan. Mereka bisa saja jadi lebih menyebalkan dan mudah tersinggung. Apalagi jika masalah ini dialami oleh orangtuamu sendiri. Supaya lebih mengerti perasaan mereka, kamu harus tahu tanda post power syndrome pada lansia.

1. Emosinya tidak stabil

ilustrasi marah (pexels.com/Nicola Barts)
ilustrasi marah (pexels.com/Nicola Barts)

Salah satu ciri yang pasti dialami orang dengan post power syndrome adalah emosi yang berubah-ubah. Terkadang sikapnya jadi seperti anak kecil yang harus dituruti keinginannya. Mungkin saja karena dulu mereka tidak terbiasa bergantung pada orang lain dan bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah.

Sedikit salah kata bisa saja membuat mereka menangis atau marah besar. Tidak selalu pada orang lain, mereka juga bisa marah dan kecewa dengan diri sendiri karena mengganggap mereka adalah beban bagi keluarga.

2. Tidak mau kalah dan egois

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orang yang mengalami post power syndrome akan mencari cara agar pendapatnya diterima orang lain. Hal ini mungkin disebabkan karena dulu mereka adalah orang yang bisa diandalkan dan selalu didengar oleh banyak orang.

Setiap pembicaraan bisa saja berakhir dengan pertengkaran, padahal masalahnya sangat sepele. Dalam menghadapi hal ini, kita harus sabar dan mengalah. Jangan membalasnya dengan kemarahan karena masalahnya akan bertambah runyam.

3. Lebih sering menyendiri

ilustrasi menyendiri (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi menyendiri (pexels.com/cottonbro studio)

Jika kamu pernah melihat orangtua yang lebih sering mengurung diri di kamar, bukan berarti mereka tidak ingin bersosialisasi. Hanya saja rasa percaya diri mereka menurun setelah tidak produktif lagi, apalagi jika melihat teman-teman seumurannya masih aktif bekerja.

Mereka jadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara, terutama jika mood sedang jelek. Kebiasaan ini bisa semakin parah jika tidak ada orang yang mendampinginya, seperti pasangan yang sudah meninggal, anak yang sibuk bekerja atau saudara yang tinggal berjauhan. Tak heran jika banyak orangtua yang memilih tinggal di panti jompo supaya tidak sendirian.

4. Selalu membanggakan masa lalunya

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tanpa disadari lansia dengan post power syndrome lebih sering membicarakan masa lalunya. Hal ini seharusnya tidak menjadi masalah besar, bisa saja mereka hanya merindukan masa-masa tersebut.

Namun, jika sudah parah mereka bisa melakukan hal-hal menjengkelkan seperti memotong pembicaraan orang lain, serta membandingkan cerita orang lain dengan dirinya. Mereka bisa saja menceritakan hal yang sama berulang kali tentang masa lalunya.

5. Sering mengkritik orang lain

ilustrasi kakek dan cucu (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi kakek dan cucu (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tanda post power syndrome yang satu ini memang agak menjengkelkan, apalagi kalau orangtuamu sendiri yang bersikap seperti ini. Setiap usaha yang dilakukan tidak akan pernah cukup untuk membuat mereka puas.

Belum lagi mereka akan membandingkannya dengan pencapaian yang mereka dapat sewaktu muda dulu. Untuk menghadapinya, cobalah untuk ikut memuji kesuksesan mereka di masa lalu. Setelah itu jelaskan bahwa kamu juga sedang berusaha keras untuk kesuksesan hidupmu.

Menghadapi lansia dengan post power syndrome memang melelahkan, tetapi kamu harus memahami bahwa ini adalah masa yang berat. Bukan mustahil kamu akan mengalaminya juga di masa tua. Biarkan mereka beradaptasi dengan keadaan baru dan terus dampingi mereka, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us