Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perilaku Teman yang Hanya Menggunakan Ceritamu untuk Gosip, Hindari

 ilustrasi wanita bergosip (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi wanita bergosip (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Selalu memancing detail ceritaTeman seperti ini biasanya punya cara halus untuk menggali informasi. Mereka akan bertanya dengan nada penasaran, seolah benar-benar peduli.
  • Langsung mengubah nada saat ada orang lainSaat hanya berdua, mereka bisa bersikap hangat dan mendukung. Tapi ketika ada orang ketiga atau lebih, nada bicaranya berubah menjadi seperti sedang menyindir atau membuka sedikit rahasia.
  • Sering mengemas ulang cerita dengan versi berbedaTeman tipe ini jarang menyampaikan cerita kita apa adanya. Mereka akan menambahkan detail yang dilebih-lebihkan, mengubah urutan kejadian, atau memberi sentuhan dramatis supaya lebih menarik didengar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Punya teman dekat biasanya membuat kita merasa aman untuk berbagi cerita, apalagi soal masalah pribadi yang gak semua orang tahu. Tapi kadang, ada tipe teman yang ternyata cuma memanfaatkan kepercayaan itu untuk bahan gosip. Awalnya mereka terlihat tulus mendengarkan, tapi di balik layar, cerita yang seharusnya bersifat rahasia malah berpindah dari mulut ke mulut. Hal seperti ini jelas membuat hubungan pertemanan terasa gak sehat dan penuh rasa curiga.

Teman yang menjadikan cerita pribadi sebagai bahan obrolan santai sebenarnya sudah melanggar batas. Bukan cuma menyebarkan informasi tanpa izin, tapi juga merusak reputasi dan hubungan sosial kita di lingkaran pertemanan. Kalau terus dibiarkan, kita bisa jadi bahan gosip abadi yang selalu dibicarakan, bahkan ketika sudah gak relevan lagi. Karena itu, mengenali tanda-tandanya penting supaya bisa mengambil sikap sebelum kepercayaan makin disalahgunakan.

1. Selalu memancing detail cerita

ilustrasi teman curhat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi teman curhat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Teman seperti ini biasanya punya cara halus untuk menggali informasi. Mereka akan bertanya dengan nada penasaran, seolah benar-benar peduli. Padahal, tujuan utamanya bukan untuk membantu atau memberi saran, melainkan mengumpulkan bahan cerita yang nanti bisa disebar ke orang lain. Terkadang mereka memancing dengan pertanyaan lanjutan yang membuat kita tanpa sadar membongkar lebih banyak hal dari yang direncanakan.

Tanda lainnya adalah mereka gak pernah puas dengan jawaban singkat. Setiap kali ada celah, mereka akan mendorong kita untuk menceritakan lebih dalam. Walau di awal terasa seperti teman yang perhatian, sebenarnya ada motif tersembunyi di balik semua pertanyaan itu. Jika kita mulai merasa terjebak dalam percakapan yang terlalu personal, bisa jadi ini sinyal bahwa mereka sedang mengumpulkan amunisi gosip.

2. Langsung mengubah nada saat ada orang lain

ilustrasi teman curhat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi teman curhat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Saat hanya berdua, mereka bisa bersikap hangat dan mendukung. Tapi ketika ada orang ketiga atau lebih, nada bicaranya berubah menjadi seperti sedang menyindir atau membuka sedikit rahasia. Mereka sering memanfaatkan momen ini untuk melempar kode yang membuat orang lain penasaran, sehingga percakapan bisa melebar ke arah gosip.

Perubahan sikap ini sering disertai dengan tatapan tertentu atau tawa kecil yang mengundang rasa ingin tahu orang lain. Sekilas terlihat sepele, tapi kalau diperhatikan, ini cara halus untuk memancing topik gosip tanpa terlihat sebagai penyebar cerita utama. Perilaku seperti ini pelan-pelan merusak kepercayaan dan membuat suasana pertemanan jadi penuh tanda tanya.

3. Sering mengemas ulang cerita dengan versi berbeda

ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Ivan Samkov)

Teman tipe ini jarang menyampaikan cerita kita apa adanya. Mereka akan menambahkan detail yang dilebih-lebihkan, mengubah urutan kejadian, atau memberi sentuhan dramatis supaya lebih menarik didengar. Kadang, cerita yang tadinya sederhana berubah jadi versi yang memancing reaksi orang banyak.

Parahnya, modifikasi ini bisa memutarbalikkan fakta dan menempatkan kita dalam posisi yang gak enak. Orang yang mendengarnya jadi punya persepsi salah, bahkan bisa ikut menilai tanpa tahu kebenaran. Teman seperti ini biasanya menganggap gosip sebagai hiburan, tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan pada orang yang jadi bahan cerita.

4. Gak pernah membawa topik tentang dirinya

ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Tim Douglas)
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Tim Douglas)

Kalau diperhatikan, mereka jarang sekali menceritakan hal-hal pribadi. Justru, fokus obrolan selalu diarahkan pada cerita orang lain, termasuk kita. Ini menunjukkan bahwa mereka memang lebih nyaman berada di posisi pendengar yang siap mengumpulkan informasi, bukan berbagi.

Kondisi ini membuat hubungan pertemanan jadi berat sebelah. Kita membuka diri sepenuhnya, sementara mereka tetap menjaga jarak dan membatasi informasi tentang dirinya. Akibatnya, kita yang malah jadi rentan karena terlalu banyak membagikan hal pribadi pada orang yang gak memberi timbal balik.

5. Terlihat bersemangat saat mendengar konflik

ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Gary Barnes)
ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Gary Barnes)

Teman yang benar-benar peduli biasanya merasa prihatin ketika kita menghadapi masalah. Sebaliknya, teman yang hanya mencari bahan gosip justru terlihat bersemangat ketika mendengar kabar buruk. Mereka akan terus bertanya detail, bahkan mendorong kita untuk membahasnya berulang kali.

Semangat ini bukan karena ingin membantu mencari solusi, tapi karena masalah tersebut memberi mereka materi baru untuk dibicarakan di luar. Mereka mungkin akan menutupi niatnya dengan kata-kata dukungan, padahal sebenarnya sedang menyiapkan cerita yang siap disebarkan. Perilaku seperti ini jelas menunjukkan bahwa niat mereka sejak awal gak murni untuk mendukung.

Kesimpulannya, teman yang memanfaatkan cerita pribadi untuk gosip sama sekali bukan tipe orang yang layak dipercaya. Memang sulit untuk langsung menjauh, apalagi kalau sudah berteman lama. Tapi menjaga batas dan lebih selektif dalam berbagi cerita adalah langkah penting untuk melindungi diri dari risiko jadi bahan obrolan. Pertemanan yang sehat selalu berdiri di atas rasa saling menghargai dan menjaga rahasia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Simpel Recharge Energi di Sela Jam Istirahat Kerja, Yuk Cobain!

09 Sep 2025, 14:16 WIBLife