Drama korea It's Okay to Not Be Okay memang sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan masyarakat. Drama Kim Soo Hyun cs ini gak hanya memberikan kisah menarik, namun juga pelajaran berharga yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Salah satu pelajaran berharga yang dapat kita petik adalah tentang langkah menghadapi trauma. Kira-kira bagaimana, ya?
Mengangkat isu tentang kesehatan mental, kita bakal banyak menemukan orang-orang dengan trauma masa lalu dalam drama It's Okay to Not Be Okay. Sayangnya, mayoritas dari mereka juga belum sembuh akan trauma masa lalu tersebut.
Memang, ketika seseorang mengalami pengalaman menyakitkan, mereka cenderung berusaha mengubur luka masa lalu tersebut dalam-dalam. Pada akhirnya, mereka juga melakukan tindakan-tindakan kurang baik sebagai tameng akan luka hatinya tersebut.
Drama ini mengajarkan kita untuk berani membuka kembali memori masa lalu yang membuat kita terluka sebagai langkah pertama hadapi trauma. Walaupun awalnya terasa berat, namun percayalah kita akan merasa lebih ringan dan bahagianya nantinya.
Seseorang yang memiliki trauma sering kali merasa cemas ketika mendapat trigger akan luka masa lalunya. Parahnya lagi, rasa cemas ini bisa berubah menjadi serangan panik dan tantrum yang menguras energi penderitanya.
Untuk menghadapi rasa cemas, drama yang tayang di Netflix ini memperkenalkan metode butterfly hug. Metode ini merupakan teknik penenangan emosi untuk meringankan kecemasan. Untuk melakukannya, cukup peluk diri dengan menyilangkan kedua tanganmu ke pundak.
Teknik ini bak P3K untuk membuat kita merasa lebih nyaman saat cemas. Meskipun begitu, tetap saja kita perlu konsultasi dengan ahli apabila gangguan cemas yang kita alami sangat parah.
Berapa kali kita berkata pada diri sendiri: Jangan sedih, jangan takut, jangan marah! Memang, emosi-emosi negatif tersebut tidak nyaman. Padahal sesekali kita juga perlu mengekspresikan emosi tersebut.
Apalagi untuk seseorang dengan luka masa lalu. Menahan diri untuk tidak mengeluarkan emosi hanya bisa membuat kita semakin tertekan. Bahkan emosi tersebut bisa menjadi bom waktu yang meledak dengan berbahaya apabila terus ditahan.
Drama ini mengajarkan kita bahwa tidak apa-apa untuk menjadi tidak baik-baik saja. Jadi jangan ragu untuk mengekspresikan emosimu! Tenang saja, mereka yang sejati bakal mengerti dirimu kok!
Seseorang dengan trauma kerap merasa dirinya sendirian. Ia terjebak di masa lalu dan merasa seolah-olah tak ada yang bisa mengerti dirinya. Hal ini akhirnya membuatnya juga membatasi diri dan secara tak sadar menolak orang-orang yang mau membantunya.
Padahal, ketika sedang rapuh, kita amat butuh dukungan dari orang lain. Kehadiran seseorang bisa membuat kita merasa tidak sendirian. Lebih baik lagi, kehadiran orang lain juga bisa membuat kita berani untuk menghadapi trauma kita.
Ingat, kamu tidak salah! Kamu hanya terluka dan butuh disembuhkan. Jadi jangan malu atau takut untuk meminta bantuan dari orang lain!
Sesungguhnya, langkah menghadapi trauma dapat disimpulkan menjadi satu kalimat: Hadapi, jangan hindari! Memang, menghadapi trauma itu tidak menyenangkan. Namun, apabila kita tidak berusaha menghadapinya, trauma itu bakal terus menghantui kita.
Menghindari trauma sama saja dengan mengulur waktu untuk mendapat kebahagiaan sejati. Pada akhirnya, kita yang terbiasa menghindar akan terjebak di masa lalu dan kesulitan menemukan penyembuhan. Jangan sampai ini terjadi padamu, ya!
Demikian tips ampuh hadapi trauma dalam drama It's Okay to Not Be Okay. Semoga bisa membantumu berani menghadapi luka masa lalumu!