5 Alasan Gak Perlu Minder Kalau Gak Bisa Membina Hubungan Jarak Jauh 

Gak semua orang bisa lancar menyampaikan isi hati dan pikirannya melalui telepon. Begitu pula ada orang yang mudah salah paham bila hanya membaca pesan atau bertelepon. Ini wajar karena waktu untuk berkomunikasi tetap cenderung terbatas dan gak bisa melihat secara utuh bahasa tubuh lawan bicara. Apalagi ditambah kesibukan masing-masing.

Menceritakan pengalaman dan keinginan jadi terasa ribet dan akhirnya memilih menunda sampai bisa bertemu secara langsung. Saat kesempatan bertemu ada, tentu waktunya terbatas untuk bisa melakukan segalanya termasuk bercerita panjang lebar. Lambat laun, komunikasi makin gak lancar. Banyak hal yang seharusnya kalian bagi, tertahan untuk diri sendiri. Ujung-ujungnya merasa tidak dimengerti dan rawan konflik.

Kalau memang kamu merasakan seperti dalam poin 1, itu tandanya kamu memang gak cocok untuk menjalani hubungan jarak jauh. Gak perlu memaksakan diri. Kamu yang paling tahu kebutuhanmu dan kemampuanmu dalam suatu hubungan.

Sesuatu yang cocok buat orang lain, belum tentu cocok buatmu. Demikian pula sebaliknya. Hanya karena ada orang-orang yang berhasil dengan hubungan jarak jauh, bukan berarti seharusnya semua orang juga bisa.

Yang penting hubungan yang terbangun memuaskan kedua belah pihak. Kalau dipaksakan membina hubungan jarak jauh, nanti malah sering cekcok yang gak penting. Hubungan menjadi jauh dari berkualitas dan terasa gak lebih dari status.

Bisa dibilang, berpasangan berarti belajar saling mengenal seumur hidup. Reaksi orang atas sesuatu bisa berubah-ubah, sesuai dengan kompleksnya situasi. Oleh karena itu, sudah mengenal pasangan selama beberapa tahun saja benar-benar gak berarti kamu sudah mengetahui segala tentangnya.

Dan gak bisa dimungkiri, proses saling mengenal lebih jauh lagi akan terhambat bila kalian tinggal berjauhan. Kalian gak bisa melihat langsung bagaimana masing-masing menjalani hari-hari, reaksi ketika mengalami masalah dari yang ringan sampai berat, cara berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

Menjalani hubungan jarak jauh saat masih berpacaran saja kadang gak mudah, apalagi bila sudah berumah tangga. Walaupun gak sedikit juga yang sanggup menjalaninya, kalau bukan karena tuntutan pekerjaan misalnya, tentu mereka lebih suka tinggal di satu rumah.

Selain menghemat pengeluaran karena cukup memikirkan satu dapur dan komunikasi yang lebih mudah, kebutuhan anak akan sosok orang tua tentu menjadi prioritas. Agar anak tak hanya dekat dengan salah satu orang tua dan orang tua sendiri dapat mengenal kesukaan dan kemampuan anak dengan lebih baik.

Juga agar salah satu pihak gak merasa terbebani oleh tugas mengasuh anak. Bukan berarti anak menyusahkanmu melainkan mengasuh anak memang bukan perkara sepele. Bukan sekadar menyiapkan makanan dan minuman melainkan mendidiknya dari menanamkan karakter positif sampai mempelajari berbagai ilmu. Belum lagi saat anak sakit atau tantrum, atau kamu sendiri sedang kurang sehat.

Kedekatan kamu dan pasangan memang gak sepenuhnya menghilangkan kemungkinan hadirnya orang ketiga. Terlebih jika kalian hanya dekat secara fisik tetapi tidak secara batin. Atau memang salah satu sudah punya bakat berselingkuh. Namun risiko hadirnya orang ketiga akan naik bila kamu dan pasangan berjauhan secara fisik.

Yah, bukannya berburuk sangka, tetapi kalian memang tidak bisa saling mengawasi, kan? Pun bila kamu atau pasangan tiba-tiba ada masalah berat atau jatuh sakit, orang lain yang berada paling dekatlah yang akan mengambil peran untuk membantu. Ini bisa menjadi celah untuk berseminya cinta terlarang.

Intinya sih, kamu memang perlu jujur tentang perasaanmu. Kalau memang kamu merasa gak sreg dengan hubungan jarak jauh, apa pun kata orang, lebih baik kamu membicarakannya dengan pasangan agar kalian bisa bersama.