5 Manifestasi Sikap Perfeksionis dalam Hubungan, Bisa Jadi Bumerang!

Akar dari sikap perfeksionis ialah pemikiran bahwa kamu belum cukup baik. Itu yang kemudian melahirkan pola pikir negatif lain seperti “Aku merasa gagal”, “Aku tidak cukup baik untuk dia”, atau “Aku harus sempurna dulu baru layak dicintai”.
Kelihatannya, sikap seperti ini baik dan rendah hati. Padahal justru bertolak belakang, sikap ini malah membuatmu jatuh ke jurang yang dalam. Perlu berhati-hati, sikap perfeksionis bisa bermanifestasi menjadi lima hal ini.
1.Tuntutan dan ekspetasi berlebih

Manifestasi pertama, kamu menjadi orang yang banyak menuntut. Bukannya salah memiliki keinginan dan ekspetasi dalam relasi, tapi bila itu berlebihan, maka bisa menjadi bumerang tersendiri. Kamu hanya akan melihat pasanganmu sebagai pribadi yang harus melakukan ini dan itu, alih-alih seorang partner sepadan.
Sebaliknya, kamu pun juga akan melihat dirimu sebagai seseorang yang harus selalu sempurna. Ketika ada kesalahpahaman dan gesekan dalam relasi, kamu bisa menjadi orang yang begitu menyalahkan diri, atau justru menyalahkan pasanganmu.
2.Sikap ambisius dan kesombongan tersembunyi

Seseorang yang perfeksionis cenderung berpikir bahwa ia butuh mencapai sesuatu dulu agar bisa dicintai. Alhasil, orang seperti ini melandaskan keberhargaan diri dengan pencapaian akademis atau kesuksesan.
Bila kamu masuk dalam hubungan membawa kebanggaan dan harga diri, maka hal itu akan menjadi duri dalam daging. Bukannya bertumbuh, kamu dan pasangan bisa-bisa saling melukai satu sama lain tanpa disadari.
3.Menghindari emosi negatif seperti rasa malu dan rasa bersalah

Ada juga istilah perfeksionis dalam emosional, ketika seseorang hanya ingin merasa hal yang baik dan positif saja. Alhasil, ketika terjadi gesekan atau perbedaan pendapat, ketika kamu melakukan kesalahan dan merasa malu, alih-alih mengonfrontasi perasaan itu dengan tegas dan bertanggung jawab, kamu malah menghindarinya.
Dengan kata lain, kamu tidak sungguh-sungguh jujur dan terbuka dengan pasangan. Bila dipendam-pendam, itu bisa menjadi bom waktu yang meledak kapan saja.
4.Tidak bisa menjadi terbuka dan apa adanya

Hubungan yang sejati terbentuk karena penerimaan, dan penerimaan hanya bisa ada ketika kamu dan pasangan bisa sama-sama menunjukkan kerentanan satu sama lain. Bila dihalangi tembok perfeksionis, kamu hanya ingin menunjukkan sisi baikmu: sisi kuat, bahagia, sempurna tanpa cacat celah.
Tanpa disadari, keintiman yang terbangun antara kamu dan doi sangat tipis. Kalian hanya bisa saling mencintai saat semua hal baik-baik saja, tapi tidak ketika dirundung masalah.
5.Berusaha untuk mengendalikan segala sesuatu

Over-controlling pun adalah manifestasi dari perfeksionis. Kamu ingin segala hal sempurna sesuai rencana. Tapi, bukankah itu hanya persepsimu saja? Bagaimana kalau ternyata “sempurna” yang kamu idam-idamkan bukanlah opsi yang terbaik?
Bukankah melelahkan bila terus berusaha untuk mengontrol segala hal? Padahal hidup ini dinamis, ada banyak hal yang berada di luar kendalimu. Sampai kapan kamu akan membuang waktu mengontrol itu?
Perfeksionis berlebihan hanya akan menjadi bumerang, bukan hanya untukmu, tapi juga orang sekitarmu. Belajarlah untuk menjadi pribadi yang jujur dan apa adanya, maka hubungan yang terbentuk pun akan tulus dan bermakna.