Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Kamu Sering Marah ke Pasangan Dibanding Orang Lain

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Saat menjalin hubungan, segala bentuk emosi mungkin pernah kamu rasakan. Senang dan bahagia sudah pasti, sedih dan kecewa juga pernah dialami. Hal ini tentu wajar terjadi karena merupakan bentuk dinamika dalam hubungan. Justru menjadi aneh kalau kamu dan si dia tak bisa saling mengekspresikan perasaan dengan bebas.

Namun, pernahkah merasa bahwa kamu cenderung lebih sering marah ke pasangan sendiri daripada ke orang lain? Padahal, kamu bisa menahan diri dan bersikap baik ke orang lain, saat marah sekali pun.

Ternyata, itu pernah dijelaskan dalam studi yang terbit dalam jurnal Association for Psychological Science pada 2014, lho. Kira-kira mengapa demikian? Ternyata ini yang membuatmu kerap marah pada pasangan, dibandingkan ke orang lain.

1. Menaruh ekspektasi yang besar

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RODNAE Production)

Dalam hubungan, kita cenderung memiliki ekspektasi tinggi pada pasangan. Sayangnya, realita tak selalu sesuai dengan harapan. Ketika pasangan tak dapat memenuhi ekspektasi tersebut, rasa kecewa akan berkembang yang bisa berubah menjadi amarah.

Pada orang lain, kita mungkin tak berekspektasi setinggi itu. Karenanya, kita cenderung lebih sabar dan dapat menerima keadaan dengan lapang dada jika ekspektasi tak jadi nyata. Kalau pun merasa kecewa, kita tak bisa apa-apa selain memendamnya sendirian.

2. Menemukan ketidakcocokan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Semakin mengenal seseorang, semakin kita menemukan banyak aspek yang tak sesuai harapan. Sebagai contoh, dia memiliki kebiasaan terlambat, sehingga selalu datang ngaret saat janjian, padahal sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Selain itu, dia bisa juga sering lupa tanggal penting, seperti anniversary hubungan.

Di sinilah permasalahannya. Ketika ada hal yang jauh dari ekspektasi, ini dapat berujung pada kekecewaan. Namun yang perlu diingat, tak ada pasangan yang benar-benar cocok seratus persen. Karenanya, pastikan kamu bersama seseorang yang kekurangannya bisa ditoleransi untuk menghindari ketidakcocokan dalam hubungan.

3. Keterikatan emosi yang mendalam

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Keterikatan emosi yang dalam dengan pasangan menjadi salah satu kunci penting dalam hubungan. Dengan berbagi momen senang dan susah bersama, ikatan emosional yang tercipta pun bisa lebih kuat. Namun, dampak dari ikatan ini tidak selalu positif.

Ketika merasa terluka, diabaikan, atau frustrasi karena pasangan, emosi dapat meledak-ledak dibanding jika kita mengalami situasi serupa dengan orang lain. Ini juga karena kita meletakkan harapan yang lebih besar terhadap pasangan. Ketika harapan tidak terpenuhi, kemungkinan untuk merasa kecewa dan marah menjadi lebih besar.

4. Merasa aman dalam mengekspresikan diri

ilustrasi pasangan bertengkar (Timur Weber)

Saat berada dalam hubungan, kita cenderung merasa aman untuk menunjukkan diri kita sebenarnya. Kita juga jadi lebih mudah kehilangan kendali atas emosi kita. Sebab, kita tahu bahwa pasangan akan tetap ada di sisi kita, bahkan dalam situasi yang penuh emosi.

Akibatnya, kita mungkin jadi tak terkontrol saat mengeskpresikan kemarahan pada pasangan. Namun, saat berinteraksi dengan orang lain, kita cenderung lebih sadar akan citra diri, sehingga berusaha menjaga sikap yang lebih tenang.

5. Memiliki self-esteem yang rendah

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RODNAE Production)

Ketika memiliki pandangan yang rendah terhadap diri sendiri, atau disebut juga low self-esteem, kita mungkin tidak menyadari seberapa menyakitkan tindakan kita bagi orang lain. Ini dijelaskan oleh Claire Jack, PhD, seorang terapis melalui Psychology Today.

Kita juga cenderung berpikir bahwa kita tak pantas mendapatkan kasih sayang atau perhatian. Dengan begitu, sadar atau tidak sadar, kita mencari cara untuk menguji cinta pasangan. Misalnya, sering menciptakan konflik dalam hubungan untuk mengetahui apakah si dia masih tetap bertahan atau justru meninggalkan hubungan.

Saat berada dalam hubungan, emosi bak roller coaster yang naik turun tak terkendali. Kecenderungan untuk sering marah kepada pasangan pun kerap tak terhindari. Namun, mengelola emosi dan menjaga komunikasi dengan baik adalah kunci agar hubungan tetap sehat dan harmonis. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us