Melihat teman yang punya pasangan dengan hobi, kebiasaan, dan aneka sifat yang sama, kadang bikin kamu sirik. Karena kesamaan itu, mereka terkesan adem ayem dan gak ada masalah yang cukup berarti. Apalagi kalau mereka bisa lolos ke jenjang pernikahan, bakalan tambah baper.
Tapi, kamu jangan salah lho! Gak selamanya pacaran dengan yang serba sama itu, menjamin kebahagiaan dan hubungan yang langgeng. Kamu penasaran kenapa alasannya?
Yap! Kalau kalian punya karakter yang sama-sama positif, mungkin aman-aman saja. Tapi, bagaimana kalau karakternya sama-sama negatif? Yang ada, satu sama lain lebih sulit menyesuaikan dan gak ada yang mau mengalah. Keras kepala cuma salah satu contoh saja. Gimana kalau kalian sama-sama pelit, sombong, gak romantis, atau suka berbicara tanpa rem? Serem, kan?
Harus serba sama itu bikin kamu sulit mengetahui isi hati sesungguhnya si pacar. Mungkin saja ia terlihat baik-baik saja saat harus menyamai dirimu. Tapi, kamu gak tahu kan perasaannya? Di sini lah seorang pacar harus peka dan bisa saling melengkapi secara fisik maupun mental.
Apa yang gak disukai dan apa yang jadi kekurangan pacar, bisa disiasati tanpa terlalu mengorbankan keinginan masing-masing. Begitu pun selanjutnya, dibuat selalu bergiliran antara cowok dan cewek. Jadi, kalian bisa saling mengerti.
Kita ambil contoh saja, pasangan Nick Jonas dan Priyanka Chopra. Semua pasti tahu jika mereka berbeda budaya dan kebiasaan. Namun perbedaan yang dijalani keduanya malah berakhir indah. Sebagai orang Amerika, Nick perlahan-lahan belajar adat India dan pengetahuannya pun bertambah. Tidak sia-sia kan punya pasangan yang berbeda?
Begitu juga dengan perbedaan karakter. Menurut hasil penelitian yang pernah dipublikasikan oleh Psychology Today, pasangan dengan karakter beda justru lebih langgeng bila dibandingkan dengan pasangan yang serba sama. Ini karena pengalaman yang dirasakannya dalam hidup lebih bervariasi.
Ukuran perfeksionis seseorang bisa berbeda-beda. Ada yang perfeksionisnya lebih tinggi, ada yang sedang saja. Tingkat perfeksionis ini dapat memengaruhi bedanya ukuran prinsip masing-masing. Yang sedikit fatal adalah kalau salah satu dari pasangan melakukan kesalahan, bisa jadi pasangan satunya lagi tidak bisa mentolerir dan menunjukkan kekesalannya secara langsung.
Risikonya jadi seseorang yang terlalu baik pada orang lain itu, waktunya bisa dikorbankan lebih banyak untuk menolong orang lain. Sementara itu, kamu sedang membutuhkannya dan tidak mendapat respons sama sekali. Maka, perasaan cemburulah yang terjadi. Kalau kamu tidak bisa memanipulasi pikiran sendiri, bisa terjadi konflik nih!
Ceritanya, kamu dan dia adalah sosok yang sama-sama berpengaruh di lingkungan kerja. Jabatan kalian juga tinggi dan selalu bekerja keras demi suksesnya perusahaan. Gak jarang, kalian disibukkan dengan jadwal di sana-sini. Tapi, kalian gak mungkin kan sibuk terus? Saat pacaran, kalian harus bisa meluangkan waktu. Saat menikah dan punya anak, apakah ada yang mau mengalah mengurangi kesibukannya?
Buat kalian, pacaran itu harus romantis dan mengupayakan yang terbaik. Idealisme yang bagus, sih! Tapi hubungan itu juga gak bisa selalu romantis. Pasti akan ada masalah tertentu. Selain itu, kalau terlalu sering romantis dan kadarnya berlebihan, apa gak bosan? Di saat yang bosan inilah, rentan membanding-bandingkan hubungan dengan pasangan lain yang dilihat.
"Kenapa yang lain bisa, tapi di tempatku tidak?" atau muncul tuntutan untuk meniru pasangan lain ke pasangan sendiri. Ini bisa jadi beban lho kalau tidak terpenuhi!
Itu dia alasan kenapa pacaran dengan yang serba sama itu belum tentu langgeng. Setelah membacanya, gimana pendapat kamu? Tetap pengen pacaran dengan yang serba sama atau pilih yang beda karakternya? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, yuk!