4 Cara Membangun Batasan Sehat dalam Pertemanan saat Usia Dewasa

- Pentingnya batasan sehat dalam pertemanan untuk menjaga energi sosial dan identitas diri.
- Batasan bukan berarti menjauh, tapi memberi ruang untuk hubungan yang saling menghargai.
- Bikin batasan harus dibarengi komunikasi jelas dan sopan untuk menjaga diri sendiri dan mengajari teman menjadi lebih dewasa secara emosional.
Semakin dewasa, kita makin sadar kalau gak semua pertemanan itu sehat dan menyenangkan. Dulu, waktu masih sekolah, teman itu yang satu geng, nongkrong bareng, atau duduk sebangku. Kalau sekarang? Teman bisa jadi rekan kerja, tetangga kos, atau sekadar kenalan di media sosial yang kadang-kadang kirim DM.
Nah, di sinilah pentingnya batasan sehat dalam pertemanan. Ini bukan soal jadi orang dingin atau tertutup, tapi soal tahu mana yang baik buat diri sendiri. Punya batasan bikin kamu lebih jujur dalam menjalin relasi, bisa tetap dekat tanpa kehilangan identitas, dan gak gampang kehabisan energi sosial. Yuk, kita bahas lebih dalam gimana caranya membangun batasan yang sehat dan tetap punya pertemanan yang seru serta suportif!
1. Pahami bahwa batasan itu bukan benteng, melainkan filter

Banyak orang salah paham soal batasan. Mereka mengira bahwa bikin batasan artinya menjauh, cuek, atau gak peduli. Padahal, batasan itu ibarat filter yang bikin semuanya lebih jernih dan enak dilihat.
Batasan artinya kamu punya hak untuk bilang gak kalau diajak nongkrong pas lagi capek. Kamu juga boleh nolak diajak curhat pukul 11 malam kalau itu mengganggu tidurmu. Teman yang dewasa dan sehat bakal paham, bukannya ngambek atau drama. Dengan punya batasan, kamu justru memberi ruang buat hubungan yang saling menghargai dan gak saling menguras energi.
2. Dengarkan intuisi

Pernah gak, sih, kamu merasa capek tiap habis ketemu si A? Rasanya seperti habis kerja lembur, padahal ngobrol doang. Nah, itu bisa jadi tanda kalau ada batasan yang dilanggar. Mungkin kamu terlalu sering mengiyakan permintaannya, jadi tempat curhat tanpa henti, atau merasa harus selalu ada untuknya. Sementara, kamu gak pernah dapat perlakuan yang sama.
Intuisi itu sinyal penting. Kalau kamu merasa gak nyaman, jangan abaikan. Evaluasi hubungan kalian dan mulai pikirkan bagian mana yang butuh diberi jarak atau batas. Ini bukan berarti kamu jahat, tapi kamu belajar menjaga dirimu sendiri.
3. Komunikasi adalah kunci, tapi pilih waktu dan cara yang tepat

Bikin batasan itu harus dibarengi komunikasi yang jelas. Akan tetapi, pastikan kamu gak asal ngomong. Hindari mengomel pada momen yang emosional atau menggunakan bahasa yang bikin orang lain sakit hati. Sebaiknya, pilih waktu yang santai dan suasana yang enak buat ngobrol.
Selanjutnya, gunakan kalimat yang sopan. Contohnya:
"Aku sebenarnya senang dengerin kamu cerita, tapi buat saat ini aku butuh waktu sendiri dulu sebelum bisa dengerin kamu curhat."
Bisa juga:
"Aku butuh waktu untuk fokus kerja dulu. Kita ngobrol lagi nanti sore, ya?"
Dengan begitu, kamu gak cuma jaga diri sendiri, tapi juga mengajari teman untuk jadi lebih dewasa secara emosional. Siapa tahu dia juga mulai terpikir untuk punya batasan sehat dalam hidupnya.
4. Jangan takut kehilangan teman, takutlah kehilangan diri sendiri

Salah satu alasan kenapa seseorang susah membuat batasan ialah karena takut ditinggal. Ia takut dianggap sombong, gak peduli, atau berubah. Selanjutnya, satu per satu teman mulai menjauh. Padahal, kalau dipikir-pikir, teman sejati gak akan pergi hanya karena kamu belajar menjaga diri.
Lebih baik punya sedikit teman yang saling menghargai daripada banyak teman, tapi bikin kamu kehilangan arah. Kalau seseorang benar-benar peduli, dia akan menghargai batasanmu. Lalu, kalau dia pergi karena kamu mulai bikin batasan, itu bukan kehilangan, melainkan filter alami.
Punya batasan dalam pertemanan bukan tanda kamu egois. Sebaliknya, ini adalah tanda pertemanan dewasa yang sehat. Kamu paham betul kapan harus hadir untuk orang lain dan kapan harus hadir untuk diri sendiri.
Ingat, membangun batasan sehat itu bukan soal menjauh dari teman, tapi soal mendekat pada diri sendiri. Tujuannya agar kamu tetap waras, bahagia, dan punya energi untuk berbagi tanpa kehilangan arah atau jadi orang lain. Jadi, kamu siap membuat batasan?