4 Ciri Kamu Selalu Ada Buat Dia, Tapi Dia Gak Pernah Ada Buat Kamu

Dalam hubungan apa pun, baik itu pertemanan, pacaran, maupun situationship yang nggak jelas arahnya, kehadiran dan perhatian harusnya datang dari dua arah. Tapi sayangnya, gak semua orang beruntung mendapatkan hubungan yang saling mendukung.
Kadang, kita terlalu sering memberi tanpa pernah benar-benar menerima hal yang sama. Kalau kamu merasa selalu ada buat dia, tapi dia gak pernah ada buat kamu, mungkin kamu sedang terjebak dalam hubungan yang timpang. Berikut empat ciri yang bisa jadi alarm buat kamu sadari bahwa kamu layak mendapatkan lebih.
1. Kamu jadi tempat dia pulang, tapi dia tidak pernah ada buat kamu

Setiap kali dia merasa dunia sedang tidak berpihak, kamu adalah orang pertama yang dia cari. Dia datang dengan masalah, keluhan, dan cerita hidup yang berat, dan kamu selalu menyambutnya dengan telinga terbuka serta hati yang peduli. Kamu memberikan pelukan, waktu, bahkan mengorbankan rasa lelahmu sendiri demi memastikan dia merasa lebih baik. Kamu menjadi tempat dia beristirahat dari semua kekacauan hidupnya.
Tapi, ketika posisi kalian dibalik, semuanya terasa kosong. Saat kamu yang sedang jatuh dan ingin bicara, dia malah sibuk dengan urusannya sendiri atau mengalihkan pembicaraan. Kamu merasa sendirian bahkan saat berada di dekatnya, karena dia tidak pernah benar-benar hadir untukmu secara emosional. Dia hanya muncul saat butuh, tapi menghilang saat kamu memerlukan seseorang untuk bersandar.
2. Dia selalu lupa tentang kamu

Kamu tahu persis apa makanan kesukaannya, bagaimana dia suka kopinya, sampai hal remeh seperti film yang pernah dia tonton tiga tahun lalu. Kamu menyimak setiap ceritanya dengan seksama, menyimpan semua detail kecil yang menunjukkan bahwa kamu benar-benar peduli. Ketika dia ulang tahun atau sedang mengalami hari sulit, kamu selalu tahu harus berbuat apa untuk membuatnya merasa lebih baik. Semua itu kamu lakukan tanpa diminta, karena kamu ingin dia merasa dihargai.
Sebaliknya, dia bahkan lupa hal-hal penting tentang dirimu. Dia nggak ingat kapan kamu ulang tahun, apa yang kamu suka, atau cerita yang pernah kamu sampaikan dengan antusias. Ketika kamu mengharapkan sedikit perhatian atau kepedulian, yang kamu dapatkan justru ketidakpedulian atau reaksi basa-basi. Kamu merasa seperti tokoh figuran dalam hidupnya, bukan seseorang yang benar-benar penting.
3. Kamu yang selalu kompromi

Setiap kali rencana berubah, kamu yang menyesuaikan. Kamu rela menggeser jadwalmu, membatalkan kegiatan pribadi, bahkan merelakan waktu istirahat hanya demi bisa bersamanya. Kamu menahan diri dari mengeluh atau meminta terlalu banyak karena takut dianggap merepotkan. Dalam pikiranmu, yang penting dia nyaman dan tidak merasa terbebani.
Tapi ketika kamu yang meminta hal kecil darinya, responsnya selalu sama: alasan. Dia tidak mau repot, tidak mau berubah, dan tidak pernah mencoba memahami sudut pandangmu. Saat kamu minta sedikit waktu atau pengertian, dia merasa itu terlalu berlebihan. Hubungan pun jadi terasa berat sebelah, di mana kamu terus melangkah mendekat sementara dia tetap di tempat dan enggan bergerak sedikit pun.
4. Hanya kamu yang selalu memberi dukungan

Kamu adalah orang pertama yang memberinya semangat saat dia mau ambil risiko besar, ganti pekerjaan, atau kejar mimpi. Kamu bantu sebisamu, dari jadi pendengar yang baik sampai bantu menghubungkannya dengan peluang. Kamu bangga melihat dia berkembang dan kamu ingin dia tahu bahwa ada seseorang yang selalu percaya padanya. Buatmu, cinta berarti hadir dan mendukung, bukan hanya kata-kata.
Tapi ketika kamu yang berjuang dan membutuhkan dukungan, dia seperti tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia nggak tanya bagaimana harimu, nggak pernah nanya kabar saat kamu sedang lelah, bahkan nggak peduli saat kamu cerita tentang tantanganmu. Kamu harus melewati semuanya sendiri, tanpa pelukan, tanpa semangat, dan tanpa perhatian. Kamu jadi merasa bahwa keberhasilan atau kebahagiaanmu tidak pernah penting untuk dia.
Kalau kamu merasa semua ini sesuai dengan yang kamu alami, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Kamu sudah cukup berusaha, bahkan terlalu banyak memberi. Tapi hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling berkorban, melainkan tentang saling hadir dan saling peduli.
Jangan terus mengorbankan dirimu demi seseorang yang tidak pernah benar-benar melihat kehadiranmu. Kamu layak mendapat cinta yang seimbang, bukan cinta yang sepihak.