5 Dampak Fatherless pada Hubungan Romantis Seorang Anak

- Kepercayaan terhadap pasangan bisa terganggu karena trauma fatherless, membuat hubungan penuh drama dan overthinking.
- Fatherless dapat menyebabkan kebutuhan akan validasi dari pasangan atau justru menutup diri, mempengaruhi pola hubungan asmara.
- Pola memilih pasangan serupa dengan sosok ayah yang absen atau menyakitkan merupakan dampak umum dari fatherless.
Kita seringkali menyangka luka masa kecil cuma akan numpang lewat dan gak ikut campur dalam urusan cinta saat dewasa. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks. Salah satunya adalah soal fatherless, kondisi ketika figur ayah hilang secara fisik maupun emosional dari kehidupan anak. Bukan cuma soal siapa yang antar jemput sekolah, tapi juga soal pondasi emosional yang diam-diam membentuk cara kamu mencintai dan dicintai.
Kamu mungkin udah tumbuh jadi sosok mandiri dan kelihatan baik-baik aja, tapi hubungan romantis kadang membongkar luka-luka lama yang belum benar-benar sembuh. Di artikel ini, kita bakal bahas 5 dampak fatherless yang sering tanpa sadar mempengaruhi cara kamu membangun dan menjalani hubungan asmara. Bukan buat menyalahkan masa lalu, tapi biar kamu lebih paham dan bisa memutus siklus yang menyakitkan.
1. Sulit membangun kepercayaan

Kalau kamu tumbuh tanpa figur ayah yang bisa diandalkan, secara gak sadar kamu bisa jadi susah percaya sama orang lain, termasuk pasangan. Kamu bisa merasa selalu curiga, takut dikhianati, atau bahkan mikir kalau semua orang bakal ninggalin kamu suatu saat nanti. Padahal pasangan kamu mungkin udah berusaha nunjukin keseriusan, tapi karena luka lama, kamu jadi waspada terus.
Masalah kepercayaan ini bisa bikin hubungan terasa melelahkan, baik buat kamu maupun pasangan. Akhirnya, hubungan jadi penuh dengan drama, overthinking, atau bahkan saling menguji. Membangun kepercayaan butuh proses panjang dan kesabaran, tapi langkah awalnya adalah menyadari kalau kamu punya trauma ini, lalu pelan-pelan belajar ngebedain antara pengalaman lama dengan kenyataan sekarang.
2. Ketergantungan emosional atau sebaliknya, terlalu mandiri

Fatherless juga bisa bikin kamu tumbuh dengan dua ekstrem, kamu bisa jadi terlalu butuh validasi dari pasangan atau malah terlalu menutup diri. Ketika kamu gak dapet cinta dan perhatian dari sosok ayah di masa kecil, kamu bisa tumbuh jadi seseorang yang ngerasa haus cinta. Akhirnya, kamu sering nempel banget sama pasangan karena takut kehilangan, bahkan sampai ngorbanin diri sendiri.
Tapi di sisi lain, ada juga yang tumbuh dengan sikap bisa sendiri, terlalu mandiri sampai gak bisa menerima bantuan atau kasih sayang dari orang lain. Kamu takut terlihat lemah atau tergantung, karena selama ini kamu terbiasa bertahan sendiri. Padahal, dalam hubungan sehat, saling bergantung itu wajar dan justru jadi fondasi keintiman yang kuat.
3. Cenderung memilih pasangan yang salah

Dampak paling umum dari fatherless adalah pola memilih pasangan yang serupa dengan sosok ayah yang absen atau menyakitkan. Misalnya, kamu mungkin sering jatuh cinta sama orang yang dingin, gak hadir secara emosional, atau bahkan toxic. Ini bisa jadi bentuk dari trauma bonding atau upaya bawah sadar untuk menyelesaikan luka lama lewat orang baru.
Sayangnya, kalau gak disadari, kamu bisa terus-menerus terjebak dalam siklus hubungan yang menyakitkan. Kamu terus berharap pasangan kamu akan berubah dan memberi cinta yang kamu dulu gak dapatkan dari ayah. Padahal, kamu layak dapat cinta dari orang yang sehat, yang bisa hadir sepenuhnya, bukan dari seseorang yang terus-menerus bikin kamu merasa gak cukup.
4. Takut pada komitmen tapi juga takut sendiri

Ada paradoks unik yang sering dirasakan oleh kamu yang fatherless, takut banget buat berkomitmen, tapi juga takut banget sendirian. Di satu sisi, kamu khawatir hubungan bakal gagal dan kamu akan ditinggalkan seperti dulu. Tapi di sisi lain, kamu juga merasa hampa dan kesepian kalau gak punya pasangan. Ini bisa bikin kamu masuk dan keluar dari hubungan dengan cara yang impulsif.
Rasa takut ini sering kali bikin kamu bingung sendiri, kamu pengen dicintai, tapi pas udah mulai dekat sama orang, kamu malah mundur karena takut sakit hati. Atau sebaliknya, kamu memaksakan hubungan yang sebenarnya gak sehat cuma karena takut sendiri. Jadi penting banget buat kamu belajar mengenali pola ini dan mulai berdamai sama ketakutan yang selama ini kamu pendam.
5. Sulit mengenali dan mengekspresikan emosi

Waktu kamu tumbuh tanpa sosok ayah yang hadir secara emosional, kamu mungkin gak pernah benar-benar belajar gimana caranya mengenali dan mengelola perasaan kamu sendiri. Akhirnya, dalam hubungan, kamu bisa terlihat dingin atau justru meledak-ledak karena emosi yang gak tersalurkan dengan sehat.
Hal ini bisa bikin komunikasi dengan pasangan jadi berantakan. Kamu bisa kesulitan bilang "aku sedih", "aku kecewa", atau bahkan "aku sayang kamu". Padahal, hubungan butuh komunikasi yang jujur dan terbuka. Mulai belajar mengenali emosi kamu sendiri dan belajar mengekspresikannya dengan kata-kata, bisa jadi langkah penting buat memperbaiki kualitas hubungan yang kamu jalani.
Setelah tahu lima dampak fatherless dalam hubungan romantis, kita bisa lebih sadar bahwa beberapa pola dalam cinta bukan karena kita terlalu ini atau kurang itu, tapi karena ada bagian dari diri yang belum diajak berdamai. Healing memang gak instan, tapi kesadaran adalah langkah pertama yang paling berani dan bermakna.
Kamu punya hak penuh untuk membentuk hubungan yang sehat, meski masa kecilmu gak ideal. Kita gak harus jadi korban dari masa lalu terus-menerus. Justru dari pengalaman itulah, kamu bisa tumbuh jadi sosok yang lebih peka, bijak, dan penuh kasih, untuk diri sendiri dan orang yang akan kamu cintai nanti.