7 Penyebab Pengantin Baru Malah Gak Bahagia di Awal Pernikahan

- Tradisi pernikahan yang melelahkan
- Perbedaan ekspektasi tempat tinggal
- Kebiasaan dan sifat asli pasangan yang mengejutkan
Semua orang yang berumah tangga tentu berharap hidup mereka akan lebih bahagia setelahnya. Perasaan bakal lebih tenang karena sekarang hidup dijalani berdua bersama pasangan. Kebahagiaan pengantin pula yang menjadi doa seluruh tamu undangan.
Namun, sebagian pengantin baru justru gak merasakan kebahagiaan yang diimpikan. Beberapa pasangan merasa kehidupannya di bulan-bulan pertama pernikahan berat sekali. Salah sedikit bakal terjadi pertengkaran hebat di antara mereka.
Akan tetapi, kalau masalah yang dirasakan dipendam sendiri juga bikin stres. Pernikahan tanpa persiapan dan proses perkenalan yang cukup lebih berisiko bikin kedua belah pihak merasa salah mengambil keputusan. Sebenarnya, apa penyebab pengantin baru malah gak bahagia di awal pernikahan?
1. Terlalu lelah

Indonesia sangat kaya akan tradisi di setiap daerahnya. Tentu ini menarik dan harus dilestarikan. Akan tetapi, tradisi juga bisa bikin pengantin baru kelelahan. Apalagi kalau keduanya berasal dari daerah yang berbeda.
Barangkali rangkaian pernikahan diselenggarakan dengan dua tradisi di waktu yang berlainan. Seperti pertama dengan tradisi keluarga perempuan. Kemudian beberapa hari atau seminggu kemudian dengan tradisi mempelai pria. Seluruh prosesi baru selesai dalam sebulan. Capek luar biasa, perasaan pun menjadi lebih sensitif.
2. Tempat tinggal yang tak sesuai ekspektasi

Terkait tempat tinggal setelah menikah seharusnya dibicarakan secara terbuka dengan calon pasangan. Kalau keduanya sepakat mengontrak rumah, sebaiknya juga sudah survei bareng. Sehingga keputusan yang diambil diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
Begitu pula bila pengantin akan tinggal di rumah salah satu orangtua. Pasangan mesti memberi tahu berapa orang dan siapa saja yang tinggal di sana. Terbaik calon suami atau istri telah pernah ke rumah tersebut biar melihat sendiri keadaannya.
3. Kaget dengan kebiasaan dan sifat asli pasangan serta keluarganya

Ini sangat rentan terjadi pada pengantin yang dijodohkan. Atau, menikah atas kemauan sendiri tetapi masa perkenalannya amat singkat. Masing-masing sebenarnya belum tahu watak asli calon pasangannya. Ketika lamaran sampai pernikahan dilangsungkan, semuanya tampak baik-baik saja.
Namun, begitu mereka tinggal serumah baru sifat asli dan kebiasaan sehari-hari terlihat. Termasuk keluarga besarnya. Ketika mereka melamar barangkali tampak sopan dan bicaranya lembut. Setelah di rumah baru kebiasaan saling teriak dan nyelekitnya menjadi makanan sehari-hari.
4. Menikah karena perjodohan yang gak diinginkan

Tidak semua orang keberatan dengan perjodohan. Mereka yang sadar sulit menemukan jodohnya sendiri boleh jadi lebih suka dicarikan pasangan. Kalau perjodohan seperti ini, secara psikis mereka sudah siap dengan segala konsekuensinya.
Tak demikian dengan pengantin yang dipaksa oleh orangtua masing-masing. Sebenarnya mereka belum ingin menikah bahkan mungkin telah punya pacar. Hanya saja hubungan dengan kekasih tidak direstui keluarga. Sebelum mereka menikah saja sudah tidak bahagia, apalagi setelah tinggal serumah.
5. Beratnya adaptasi dengan peran baru

Peran baru tidak hanya milik salah satu pihak. Baik suami atau istri bertanggung jawab atas peran masing-masing begitu menikah. Buat sebagian orang, proses adaptasi terhadap peran baru ini tidaklah mudah. Utamanya bagi pasangan suami istri yang amat muda.
Mereka masih ingin diperhatikan dan diurus oleh orangtua. Akan tetapi, sekarang mereka malah harus memperhatikan pasangan. Juga memikirkan urusan rumah yang gak ada habisnya plus kebutuhan sehari-hari. Rasanya seperti mahasiswa mengikuti OSPEK yang berat sekali.
6. Keterbatasan finansial

Uang memang bukan segalanya. Namun, tanpa uang yang cukup rumah tangga pasti isinya berantem melulu. Situasinya barangkali gak sesederhana mereka sudah sama-sama tahu pendapatan masing-masing yang kecil.
Kalau itu telah menjadi pengetahuan bersama dan keduanya siap tentu tidak masalah. Paling bahaya ialah di awal suami berjanji akan mencukupi seluruh kebutuhan keluarga. Akan tetapi, ternyata gajinya gak cukup. Istri pasti kecewa dan uring-uringan.
Apalagi dia sudah kadung melepas pekerjaannya sebelum menikah. Itu pun atas permintaan calon suami yang terlalu yakin mampu menafkahi. Ia seperti dijebak dalam situasi yang memprihatinkan begini. Padahal, untuknya mendapatkan pekerjaan lagi juga sulit.
7. Kekecewaan terkait seks

Pasangan suami istri sangat boleh mengharapkan hubungan seksnya memuaskan. Bagaimanapun juga keduanya sudah dewasa dan memiliki kebutuhan biologis. Rasa kecewa akan datang kalau setiap mereka berhubungan intim sama sekali tak seperti bayangan.
Alih-alih keduanya memperoleh kepuasan seksual, mungkin hanya salah satu yang merasakannya. Atau bahkan tidak seorang pun mencapai orgasme. Suami atau istri yang dinilai terlalu payah dalam urusan ranjang akan membuat pasangannya kesal.
Gagal di minggu pertama mungkin masih dimaklumi. Akan tetapi, bila sampai beberapa bulan tak ada kemajuan tentu bikin pernikahan dingin dan hambar. Rasanya gak ada bedanya antara menikah dengan jomlo.
Komunikasi baik sebelum maupun setelah pernikahan sangat utama untuk mencegah tujuh penyebab pengantin baru malah gak bahagia di awal pernikahan. Namun, penting buat mengupayakan kebahagiaan sejak awal rumah tangga agar ke depan lebih mudah buat pasangan suami istri menghadapi berbagai tantangan.



















